Komik di Yogyakarta TINJAUAN KOMIK DAN ANIMASI

commit to user Ы-¿¬ ß²·³¿-· Ü»²¹¿² л²»µ¿²¿² ß®-·¬»µ¬«® Ø·¹¸ Ì»½¸ ÞßÞ ·· 12 7. Mengembalikan Ketertiban atas Nama Pancasila 1966 – 1967 Masa ini masa paling suram dunia komik Indonesia. Saat itu polisi menyita berbagai karya komik yang dianggap melanggar moral serta bertentangan dengan pancasila. Nasib komik Indonesia tidak menentu, apakah komik menjadi urusan bagian anak dan remaja dalam POLRI atau diawasi oleh Departemen Penerangan. Komikus mendirikan IKASTIIkatan Seniman Tjergamis Indonesia guna mendesak pemerintah agar mencari solusi. Lalu dibentuk Komisi Pemeriksa Komik, anggotanya adalah wakil organisasi mahasiswa, Anggota MPR, Departemen Kehakiman, Departemen Penerangan dan POLRI. Komikus Indonesia memimpikan IKASTI menjadi semaca sindikat komik ala Amerika yang menghimpun SDM perkomikan, suatu langkah yang jenius waktu itu. 8. Menuju Stabilitas 1968 – 1971 Pada fase-fase tersebut tercatat empat genre komik yang sangat digemari sampai 1971 yaitu komik wayang, silat, humor, dan remaja. Dari keempatnya mungkin bisa ditarik sebuah bentuk representasi realitas social dan nilai-nilai moralitas yang terkandung dalam komik Marcell Bonneff, Komik Indonesia, Kepustakaan Populer Gramedia, 1998, 45-47

c. Komik di Yogyakarta

Dunia komik memang cukup diminati di kota Jogja. Tak hanya sekedar bagi penikmat pembaca komik semata, tapi juga bagi mereka yang hobi menggambar. Inilah yang memunculkan banyak komunitas berbasis komik. Dari kesamaan hobi menggambar komik, para komikus ini berkumpul dalam suatu komunitas agar dapat lebih mudah berbagi informasi. Salah satu dari sekian banyak komunitas komik adalah Sebikom. Merupakan komunitas para komikus atau kreator komik asal Jogja, Sebikom sendiri sudah berdiri sejak tahun 1998. Awalnya, Sebikom yang merupakan singkatan dari Sedang Bikin Komik hanya beranggotakan 6 orang. Sesama penggemar dunia komik ini memutuskan untuk mendirikan Sebikom agar dapat mewadahi karya-karya mereka. Hingga kini, lebih dari 50 komik telah diterbitkan oleh para anggota komunitas ini. Tak semuanya diperjual-belikan, karena ada sebagian karya yang dibagikan secara cuma-cuma kepada masyarakat Jogja. Selain berkreasi dalam commit to user Ы-¿¬ ß²·³¿-· Ü»²¹¿² л²»µ¿²¿² ß®-·¬»µ¬«® Ø·¹¸ Ì»½¸ ÞßÞ ·· 13 bentuk komik, rupanya para anggota Sebikom juga kerap membuat beberapa ilustrasi tunggal yang memiliki tema tertentu. sumber: http:www.trulyjogja.comindex.php?action =news.detailcat_id=9news_id=958 Tak hanya itu, di Yogyakarta juga terdapat banyak studio-studio komik yang bersifat kelompok atau independen. Biasanya mereka menghasilkan komik yang diadaptasi dari cerita sejarah daerah. d. Pola Distribusi Komik “ Masyarakat sering bertanya, dimana mereka bisa mencari komik Indonesia, sebab di toko buku tidak ada. Bahkan para pedagang buku tidak tahu bahwa komik tersebut pernah terbit.” Produser, pengarang dan penerbit, hanya berfikir bagaimana membuat dagangan yang laris. Ilustrasinya sederhana, jika menerbitkan komik dalam negeri butuh banyak biaya, kontrol ketat, supervisi, dan ketidakterjaminan karya yang terbit secara teratur, maka lebih baik menerbitkan komik impor. Sudah jelas banyak produknya, jelas pembacanya, dan jelas pula profit yang akan diraih. Ada dua pola distribusi pemasaran barang, termasuk komik, yaitu: 1. Pola formal, merupakan sistem distribusi barang dengan memanfaatkan jaringan distribusi yang sudah mapan, misalnya jaringan toko buku yang sudah tersebar luas di Indonesia. Contoh jaringan ini adalah toko buku Gramedia, Gunung Agung, Toga Mas. 2. Pola informal, merupakan sistem distribusi barang secara langsung mendatangi calon konsumen. Artinya produsen langsung mendatangi calon pembeli di tempat mereka berada, misalnya pada even-even pameran buku, pameran anak, acara-acara kreatifitas, distro dan lain-lain. Beberapa yang sukses di jalur ini antara lain Daging Tumbuh, Chaur, yang kabarnya mampu menjual ribuan eksemplar bundel komik. Salman Faridl, Membentuk Distribusi dan Pemasaran Komik Indonesia, Arsip Makalah Gelar Komik Indonesia, 2006

e. Proses Produksi Komik