PENENTUAN TITIK KRITIS PASCAPANEN PEPAYA

34 Pepaya kemudian dikemas kembali ke dalam wadah baik berupa kardus atau pun keranjang. Pengepul asal Sukabumi memilih mengemas pepaya mereka menggunakan keranjang plastik yang dilapisi koran karena lebih praktis dan ekonomis. Pengepul di Kabupaten Banyumas memilih mengemas menggunakan kardus dan diberi pengisi berupa kertas koran, namun tanpa diberi lubang ventilasi. Hal ini dilakukan karena pengepul tidak melakukan pengiriman, sehingga diperlukan kemasan yang hanya dapat digunakan sekali dan lebih ekonomis. Pengepul pepaya asal Kebumen melakukan pengemasan menggunakan kardus khusus yang telah disediakan oleh supplier pemesan karena pepaya yang dikirim ditujukan untuk supermarket sehingga mutu pepaya yang dikirim harus terjaga dengan baik. Pengiriman untuk jarak yang cukup dekat seperti pada pepaya asal Sukabumi dan Boyolali dilakukan menggunakan mobil pick-up, sementara pengiriman jarak jauh untuk pepaya asal Banyumas dan Kebumen yang dikirim ke Jakarta dilakukan menggunakan truk. Penyimpanan dilakukan pada tingkat pedagang grosir dan pengecer. Saat tidak berjualan buah hanya diletakan pada kios mereka tidak ditempatkan pada gudang khusus dengan pengaturan suhu. Saat pemajangan pengecer menggunakan kain untuk mutupi kios mereka agar buah tidak terpapar sinar matahari. Pepaya asal Kebumen disimpan dalam gudang sebelum pepaya dikirim. Pepaya disimpan ke dalam cold storage dengan suhu 17 o C. Penyimpanan hanya dilakukan sekitar selama 10 jam.

E. PENENTUAN TITIK KRITIS PASCAPANEN PEPAYA

Kerusakan pascapanen pepaya dalam rantai pasoknya dapat terjadi saat transportasi, saat penyimpanan atau pun pada saat penjualan di pedagang. Kerusakan pascapanen tersebut dapat mengakibatkan kehilangan pascapanen. Kehilangan pascapanen yang terjadi dapat berupa kehilangan kuantitatif yang mengakibatkan berkurangnya volume atau pun berat produk, atau pun kehilangan kualitatif yang mengakibatkan menurunnya kualitas dan nilai jual produk. E.1. Jenis Kerusakan dan Penyebabnya Terdapat beberapa jenis kerusakan yang terjadi yaitu kerusakan fisik-fisiologis, kerusakan mekanis, dan kerusakan biologis. Setiap kerusakan mempunyai ciri dan indikator yang berbeda. 1. Kerusakan Fisiologis Kerusakan fisiologis terjadi karena perubahan proses fisiologi produk dari proses normalnya yang akan mengakibatkan peningkatan laju kemunduran fisiologi Soesanto, 2006. Kerusakan fisiologis banyak terjadi di tingkat pengecer, seperti buah mengkerut dan gagal masak. 2. Kerusakan Mekanis Kerusakan mekanis terjadi karena penanganan pascapanen yang dilakukan secara kurang hati-hati Soesanto,2006. Kerusakan mekanis dapat terjadi mulai saat pemanenan hingga saat transportasi. Pemanenan dan penanganan perlu dilakukan dengan hati-hati untuk dapat mempertahankan mutu buah-buahan. Pemanenan yang keliru dan penanganan yang kasar di kebun dapat mempengaruhi mutu pemasaran secara langsung Pantastico, 1989. Sumber dari kerusakan tersebut dapat berasal dari peralatan yang digunakan maupun wadah atau tempat penyimpanan sementara pepaya. Kerusakan juga dapat berasal dari goncangan atau gesekan dengan bagian pohon saat melakukan kegiatan pemanenan. Berikut adalah beberapa contoh kerusakan yang terjadi saat pemanenan: 1. Lecet abrasion Lecet terjadi saat kulit mengalami kerusakan atau sebagian terlepas dari jaringan di bawahnya Suastawa,2008. Lecet dapat terjadi karena kulit buah bergesekan dengan batang pohon atau 35 pun dengan keranjang bambu yang tidak terlapisi dengan baik. Lecet pada papaya dapat dilihat pada Gambar 22. Gambar 20. Lecet pada pepaya saat pemanenan 2. Sobekan Tearing Sobekan lazim terjadi di ujung buah saat pemetikan, terutama bila buah dipetik tanpa menggunakan bantuan alat, sehingga terkena batang buah. Sobekan pada papaya dapat dilihat pada Gambar 21. Gambar 21. Sobekan pada pepaya saat pemanenan 3. Cutting Cutting terjadi akibat adanya penetrasi benda tajam ke dalam produk tanpa mengakibatkan penghancuran yang nyata. Cutting biasa terjadi karena pepaya tertekan dan mengenai benda tajam seperti ujung keranjang. Cutting pada papaya dapat dilihat pada Gambar 24. Gambar 22. Cutting 4. Distosi distorsi Merupakan perubahan bentuk yang diakibatkan oleh adanya pembebanan terhadap produk. Distorsi pada papaya akibat tekanan dapat dilihat pada Gambar 25. Gambar 23. Distosi pada pepaya 36 Kerusakan mekanis juga terjadi saat tranportasi pepaya dari pengepul ke pedagang grosir atau pun supplier. Pengemasasn yang tidak baik mengakibatkan pepaya mengalami kerusakan mekanis yang mengakibatkan turunnya nilai jual pepaya tersebut. Contoh kerusakan mekanis yang terjadi saat pengiriman adalah memar. Memar bruishing merupakan kerusakan jaringan buah yang terjadi akibat gaya eksternal yang mengakibatkan perubahan warna serta rasa Suastawa,2008. Memar dan luka- luka kemudian hari akan tampak sebagai bercak-bercak berwarna perang dan hitam yang membuat barang dagangan tidak menarik Pantastico, 1989. Gambar 24. Pepaya yang mengalami memar Kerusakan mekanis yang terjadi saat transportasi diakibatkan penggunaan wadah yang kurang sesuai pada saat pengemasan. Dalam semua jenis wadah terjadi kememaran pada buah yang disebabkan oleh getaran-getaran dan sebagai dampak pengangkutan. Pada umumnya semakin kecil wadahnya, semakin besarlah persentase kememarannya O’Brien et al 1963, 1969 diacu dalam pantastico. Pememaran selama pengangkutan dapat dikurangi dengan pendinginan dengan air dan atau pemberian es di atasnya sebelum pengangkutan. Pemberian es bertujuan memperbesar ketegaran buah dan menahan buah-buah di tempatnya dan dengan demikian menghindarkan terjadinya benturan antara satu dengan yang lain Pantastico, 1989. 3. Kerusakan Biologis Kerusakan biologis adalah kerusakan yang terjadi karena adanya serangan hama dan patogen. Keberadaan hama dan patogen tersebut dapat terjadi sejak produk masih berada di lahan Soesanto2006. Gambar 25. Pepaya yang terserang jamur sejak di lahan Penyakit yang paling umum terjadi pada pepaya saat pascapanen ialah antraknosis. Penyakit itu selalu terjadi pada buah-buahan dan akan tampak nyata bila buah menjadi matang, sementara itu penanganan pascapanen dilakukan pada suhu lingkungan yang memungkin untuk patogen dapat berkembang. Tsai 1969 dalam Pantastico mengatakan penyakit itu terdapat di sepanjang tahun, tetapi terutama pada suhu-suhu 77 sampai 95 o F dan dengan kelembaban tinggi. Infeksi dimulai sebagai bintik kecil berwarna perang muda yang dengan cepat berkembang menjadi bagian yang basah. Timbulnya gejala penyakit saat pemasakan pada papaya dapat dilihat pada Gambar 26, penyakit pada saat pemasaran dapat dilihat pada Gambar 27. 37 Gambar 26. Perubahan warna dan timbulnya gejala penyakit saat menjadi matang Gambar 27 Pepaya yang terserang jamur saat pemasaran E.2. Susut Pascapanen Pemasaran pepaya memiliki pola rantai pasok yang beragam. Panjang pendeknya pola rantai pasok dipengaruhi oleh jumlah aktor atau pelaku usaha yang terlibat pada rantai pasok tersebut, semakin banyak aktor yang terlibat semakin panjang rantai pasok tersebut. Susut pascapanen pada suatu rantai pasok merupakan akumulasi susut dari seluruh susut yang terjadi pada masing-masing aktor rantai pasok yang terlibat di dalamnya. Data besarnya susut pascapanen berdasarkan tipe rantai pasok dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Besarnya susut pascapanen pepaya berdasarkan tipe rantai pasok. Asal Pasokan Tipe Rantai Pasok Susut pascapanen Kuantitas Kualitas Sukabumi 2 10 3 25 Banyumas 5 17 4 Kebumen 3 23 25 Boyolali 1 10 14 Rantai pasok 5 merupakan rantai pasok terpanjang yang terdiri dari petani, pengepul, supplier, pedagang grosir dan pengecer. Susut kuantitatif pascapanen terbesar terjadi pada tipe rantai pasok 3. Rantai pasok 3 merupakan rantai pasok yang terdiri dari petani, pengepul, supplier, dan pengecer . Susut kualitatif pascapanen terbesar terjadi pada rantai pasok 3 pepaya asal Kebumen. Susut pascapanen pada satu rantai pasok berbeda-beda di setiap titik distribusi. Susut terbesar yang terjadi pada pada rantai pasok tersebut merupakan titik kritis susut pascapanennya. Data susut pascapanen pada setiap aktor rantai pasok tiap sentra produksi dapat dilihat pada Tabel 11. 38 Tabel 11. Besarnya susut pascapanen pepaya di tiap aktor rantai pasok Rantai Pasok Susut Pascapanen Kuantitatif Kualitatif Sukabumi tipe rantai pasok 2 Petani Pengepul pengecer 10 Sukabumi tipe rantai pasok 3 Petani Pengepul supplier 15 pengecer 10 Banyumas tipe rantai pasok 5 Petani Pengepul supplier pedagang grosir 10 4 pengecer 7 Kebumen tipe rantai pasok 3 Petani Pengepul supplier 3 pengecer 20 25 Boyolali tipe rantai pasok 2 Petani Pengepul - 14 pengecer 10 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa titik kritis pada tiap rantai pasok sentra produksi berbeda beda. Berdasarkan besarnya susut kuantitatif, rantai pasok pepaya asal Kebumen dan Boyolali memiliki titik kritis pada tingkat pengecer, begitu pula untuk pepaya asal Sukabumi dengan tipe rantai pasok 2. Susut yang terjadi pada tingkat pengecer disebabkan pepaya telah mengalami pembusukan sebelum pepaya tersebut terjual. Pepaya asal Sukabumi dengan rantai pasok 3 memiliki titik kritis susut kuantitatif di tingkat supplier, sementara untuk pepaya asal Banyumas terjadi di tingkat pedagang grosir. Pepaya asal Sukabumi tidak mengalami susut kualitatif pada rantai pasoknya, sementara pada rantai pasok pepaya asal Kebumen titik kritis terjadinya susut kualitatif berada pada tingkat pengecer. Titik kritis terjadinya susut kualitatif pepaya asal Banyumas berada pada tingkat pedagang grosir, sementara untuk pepaya asal Boyolali terjadi pada tingkat pengepul. Berdasarakan hasil pengamatan besarnya susut pascapanen pepaya pada suatu saluran tidak hanya dipengaruhi oleh panjang pendeknya rantai pasok, tapi juga dipengaruhi kegiatan dan penanganan yang dilakukan, jarak, waktu, serta kualitas buah itu sendiri. Data jarak, waktu,dan kemasan yang digunakan pada rantai pasok pepaya dari masing-masing sentra produksi dapar dilihat pada Tabel 12. 39 Tabel 12. Susut pascapanen berdasarkan jarak, waktu dan kemasan saat pendistribusian Asal Jarak Waktu Jenis Susut Pascapanen Pasokan Pendistribusian km Pendistribusian Kemasan Kuantitas Kualitas Banyumas 399 24 - 30 jam Kardus tanpa ventilasi 4 Kebumen 449 30- 48 jam Kardus dengan ventilasi 3 Sukabumi 61,4 kurang dari 24 jam Keranjang plastik 110 kurang dari 24 jam Keranjang plastik 15 Boyolali Kurang dari 24 jam Tanpa Kemasan Jarak pendistribusian merupakan jarak yang ditempuh dari pengepul ke tingkat selanjutnya baik pengecer atau pun supplier. Waktu pendistribusian adalah waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak pendistribusian. Transportasi merupakan salah satu faktor yang penting dalam pendistribusian suatu produk. Pendistribusian pepaya dari seluruh lokasi penelitian dilakukan menggunakan jalur darat baik menggunakan truk maupun pick-up. Pada penelitian ini diamati pepaya yang telah didistribusikan dari pengepul baik ke tingkat pengecer atau pun ke tingkat supplier. Beberapa parameter yang mempengaruhi transportasi suatu produk diantaranya adalah jarak, waktu, dan kemasan yang digunakan. Pepaya asal Kebumen merupakan pepaya yang pendistribusiannya memiliki jarak terpanjang dan waktu terlama, namun susut kuantitatif terbesar terjadi pada pepaya asal Sukabumi yang memiliki jarak dan waktu pendistribusian lebih kecil. Susut tersebut terjadi pada tingkat supplier setelah melalui tahap penyortiran. Pepaya yang susut merupakan pepaya yang mengalami kesalahan panen, yaitu dipetik sebelum waktu panennya sehingga masih terlalu muda untuk dijual bukan karena mengalami kerusakan pada saat perjalanan. Pepaya asal Kabupaten Boyolali dikirim tanpa mengunakan kemasan namun dengan cara diampar, yaitu pepaya disusun dalam bak pick-up tanpa diberi wadah. Pepaya asal Boyolali tidak mengalami susut pascapanen meskipun cara pengirimannya tanpa menggunakan kemasan, hal ini terjadi karena selain jarak dan waktu pendistribusian tidak besar jenis pepaya yang dikirim juga merupakan pepaya yang lebih tahan terhadap guncangan dan kerusakan mekanis. Mutu buah-buahan tidak dapat diperbaiki, tetapi dapat dipertahankan. Mutu yang baik diperoleh bila pemanenan hasilnya dilakukan pada tingkat kemasakan yang tepat Pantastico, 1986. Menurut Soedibyo 1985, pengemasan tidak memperbaiki mutu kondisi yang dikemas, oleh karena itu komoditi yang bermutu baiklah yang harus dikemas. Data penampakan buah setelah pemanenan berdasarkan lokasi asal sentra produksi dapat dilihat pada Gambar 28. 40 Gambar 28. penampakan buah setelah pemanenan berdasarkan lokasi asal sentra produksi Kenampakan pepaya hasil panen asal Sukabumi menunjukan masih terdapatnya sejumlah pepaya yang kurang tua karena kesalahan pemanenan, hal ini mempengaruhi mutu buah yang dikirim. Kesalahan panen dapat terjadi karena pemetik hanya melakukannya berdasarkan pengamatan visual saja, sehingga sangat mungkin terjadi kesalahan dalam menentukan pepaya tersebut sudah matang atau belum. Setelah melewati tahap penyortiran pepaya yang mengalami luka, jamur, atau pun cacat akan lebih lebih mudah terdeteksi, sehingga dapat terpisah dari pepaya yang memenuhi kriteria untuk dikirim. Pepaya masih kurang tua lebih sulit untuk diketahui, sehingga sangat mungkin untuk ikut masuk ke dalam pepaya yang akan dikrim. Kemasan yang digunakan dapat mempengaruhi besar kecilnya susut pascapanen yang terjadi setelah pendistribusian. Pengemasan harus dapat melindungi komoditi dari kerusakan mekanik, memungkinkan pertukaran panas untuk menghilangkan panas kebun dan panas respirasi, dan cukup kuat untuk menahan penangan biaa dan penumpukan maksimal Pantastico, 1986. Susut kualitatif yang terjadi pada pepaya asal Banyumas dikarenakan pepaya mengalami memar sehingga bentuknya tidak menarik lagi dan mengakibatkan harga penjualannya pada tingkat pedagang grosir menjadi turun. Pepaya asal Kebumen mengalami susut kuantitatif, namun susut tersebut bukan dikarenakan kerusakan akibat adanya kerusakan mekanis. Susut tersebut terjadi karena jarak yang ditempuh lebih jauh sehingga pepaya telah mengalami pemasakan saat perjalanan. Kenampakan pepaya setelah transportasi dapat dilihat pada Gambar 29. 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 Sukabumi Banyumas Kebumen P e rs e n tas e p e p ay a b e rd as ar k an k e n am p ak an n y a Sentra Produksi Normal Luka Jamur Kurang Tua Kekuningan Cacat 41 Gambar 29. Kenampakan pepaya setelah transportasi Berdasarkan hasil pengamatan sample pepaya asal Kabupaten Banyumas setelah pendistribusian, memiliki persentase pepaya memar yang cukup tinggi. Pepaya yang berasal dari Kebumen hanya mengalami luka serta kekuningan akibat adanya pemasakan di jalan. Kemasan yang digunakan untuk pendistribusian pepaya asal Banyumas adalah karton kardus tanpa diberi lubang ventilasi udara, pepaya dalam kardus tidak disusun dengan teratur, hanya diberi bahan pengisi berupa kertas koran. Kemasan yang digunakan pada pepaya asal Kebumen adalah karton kardus yang diberi lubang ventilasi udara dan pepaya dibungkus dengan kertas koran sebelum disusun ke dalam kardus tersebut. Berat tiap kardus untuk kemasan pepaya asal Banyumas adalah 40 kg, sementara berat per kemasan pepaya asal Kebumen maksimal 15 kg. Menurut Noer 1998, bobot bersih isi kemasan yang ideal berkisar antara 10-20 kg. Hal ini penting untuk produk yang mempunyai kulit yang halus dan mudah sekali mengalami penurunan mutu bila ditumpuk lebih dari 15 kg seperti pepaya. Handerbug, 1975 Dalam kemasan yng tidak diberi ventilasi bau dan rasa yang tidak diinginkan dapat timbul dalam kemasan yang tertutup rapat, meskipun barangnya kelihatan baik. Buah-buahan yang tidak disusun secara rapi dalam kemasan akan saling berbenturan dan terjadi gesekan antara buah jika mendapat gaya dinamis berupa guncangan dan getaran Luketsi, 2011. Berdasarkan susut yang terjadi pada tiap rantai pasok, kebanyakan susut kuantitatif dalam jumlah besar terjadi pada tingkat pengecer. Pada tingkat pengecer, pepaya mengalami penyimpanan lebih lama dibanding pada aktor rantai pasok yang lain. Pepaya tersebut disimpan pada lapak-lapak sederhana atau pun pada ruangan berpendingin seperti si supermarket. Susut kuantitatif di tingkat pengecer pepaya asal Kebumen dan Boyolali memiliki nilai yang paling besar diantara yang lain. Tujuan pasokan pepaya Kebumen adalah pengecer yang berupa supermarket, sedangkan pengecer pepaya asal Boyolali merupakan kios buah biasa. Jumlah susut kuantitatif pepaya asal Kebumen pada tingkat pengecer merupakan akumulasi susut yang terjadi pada saat bongkar muat setelah barang didistribusikan dan susut yang terjadi pada saat pemasaran. Pada saat pepaya sampai di tempat pengecer terjadi 10 susut kuantitatif dari seluruh pepaya yang datang. Supplier pepaya asal Kebumen menyimpan dahulu pepayanya sebelum dikirim 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 Sukabumi Banyumas Kebumen P e rs e n tas e p e p ay a b e rd as ar k an k e n am p ak an n y a Sentra Produksi Normal Luka Jamur Kurang Tua Kekuningan Memar 42 ke pengecer dengan jangka waktu kurang lebih 10 jam dalam suhu 17 o C, sehingga pepaya tersebut sampai ke tingkat pengecer setelah kurang lebih dua hari setelah pemanenan. Menurut Yuwono 2008 rekomendasi suhu untuk penyimpanan papaya adalah 10 o C. Produk pertanian yang disimpan pada suhu 2-3 o C lebih tinggi dari yang seharusnya, atau suhu pendingin tidak segera dicapai sangat mungkin akan terjadi pembusukan atau proses pematangan yang tidak baik. Hal ini mengakibatkan pada saat sampai di tempat pengecer terdapat pepaya yang mengalami kerusakan dan tidak dapat dipajang untuk dijual, selain itu jangka waktu yang lebih lama tersebut mengakibatkan umur simpan menjadi lebih singkat. Umur simpan yang lebih singkat memungkinkan kenampakan buah berubah menjadi tidak menarik, sehingga susut kualitas yang terjadi lebih besar. Umumnya buah yang dipajang berada pada tingkat kematangan optimal untuk dikonsumsi, dari sisi patologis periode tersebut berkaitan erat dengan kemunculan gejala penyakit pascapanen seperti antranos, stem-end rot, dan bususk buah karena penetrasi mikroba pada luka memarluka gesekan.

F. ANALISIS MARJIN PEMASARAN DAN