LATAR BELAKANG Penentuan Titik Kritis Pascapanen Pepaya Carica papaya L. (Studi Kasus di Sentra Produksi Pepaya di Kabupaten Sukabumi, Banyumas, Kebumen, dan Boyolali)

1 I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Buah merupakan bahan pangan yang mengandung banyak zat dan vitamin yang bermanfaat bagi tubuh kita. Pepaya atau gandul Carica papaya L. merupakan buah yang cukup banyak dibudidayakan di Indonesia. Buah pepaya memang tergolong buah yang popular dan digemari di seluruh dunia. Daging buah pepaya memiliki rasa manis, enak, dan menyegarkan. Nilai gizi pepaya juga cukup tinggi karena banyak mengandung pro-vitamin A, vitamin C, dan mineral kalsium Warsino 2003. Manfaat tanaman pepaya cukup beragam. Daun pepaya muda, bunga, dan buah yang masih mentah dapat dibuat sebagai bahan ragam sayuran. Dalam pengobatan tradisional, bagian-bagian tanaman pepaya juga banyak digunakan. Daun pepaya dapat dijadikan obat malaria, menurunkan tekanan darah dan membunuh amuba. Sari akar tanaman pepaya dapat dijadikan obat penyakit kencing batu, penyakit saluran kencing, dan cacing kremi, dan masih banyak lagi manfaatnya Kalie 2008. Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar dalam budidaya tanaman pepaya mengingat terbiasanya masyarakat Indonesia berbudidaya pepaya. Berdasarkan laporan FAO tahun 1988 Indonesia menghasilkan pepaya sebesar 270 ribu ton pepaya Wibowo 2003. Sejak Pembangunan Jangka Panjang PJP I, tanaman pepaya termasuk komoditas utama dari kelompok buah-buahan yang mendapat prioritas penelitian dan pengembangan di lingkungan Puslitbang Hortikultura Kalie 2008. Berdasarkan data perkembangan dan peningkatan produktivitas pepaya di Indonesia pada tahun 2005 hingga 2009, produksi pepaya terus mangalami peningkatan, meskipun sempat terjadi penurunan pada tahun 2007. Pada tahun 2008 luas lahan mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, namun produktivitasnya belum mengalami kenaikan karena jumlah produksinya belum bertambah dengan signifikan. Perkembangan dan peningkatan data tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Pepaya juga telah menjadi komoditas ekspor. Volume ekspor pepaya dari tahun 2009 hingga 2011 terus mengalami peningkatan, bahkan pada tahun 2011 volume ekspor pepaya telah mencapai 468 ton. Rata-rata pertumbuhan volume ekspor pepaya sejak 2007 hingga 2011 mencapai 74.96. Data perkembangan volume ekspor pepaya dapat dilihat di Lampiran 1. Tabel 1. Perkembangan dan Peningkatan Produktivitas, Luas Panen dan Produksi Pepaya Indonesia Tahun 2005-2009 Tahun Produksi Ton Peningkatan Luas Ha Peningkatan Produktivitas TonHa Peningkatan 2005 54865.7 - 7879 - 696.40 - 2006 64345.1 17.28 8021 1.80 802.20 15.19 2007 62152.4 -3.41 7984 -0.46 778.50 -2.95 2008 71789.9 15.51 9388 17.58 764.70 -1.77 2009 77284.4 7.65 9571 1.94 807.50 5.59 Sumber: Departemen Pertanian Kehilangan pascapanen buah-buahan tropis sangat bervariasi, nilainya berkisar antara 10 sampai 80, baik di negara maju maupun negara berkembang. Kehilangan pascapanen ini terjadi di sepanjang rantai supply mulai saat panen sampai ke pengemasan, transportasi, penyimpanan, ritel Paull 2001 dalam www.fao.org. Kehilangan pascapanen pepaya di asia tenggara dapat mencapai 30 sampai 60 Arshad et al 2003 dalam www.fao.org. 2 Produk pascapanen merupakan bagian tanaman yang dipanen dengan berbagai tujuan, terutama untuk memberikan nilai tambah dan keuntungan bagi produsen maupun petani. Sejak bagian tanaman tersebut dipanen, sejak itulah bagian tanaman tersebut terputus hubungan fisiologi dengan inangnya. Dengan demikian, bagian tanaman tidak mendapat pasokan hasil metabolisme dari tanaman, tetapi bagian tanaman tersebut masih melakukan kegiatan fisiologinya. Kondisi seperti ini yang mengakibatkan bagian tanaman yang telah dipanen mudah rusak. Hal inilah yang mengakibatkan kehilangan pascapanen. Kehilangan pascapanen selain berpengaruh terhadap kuantitas, juga dapat menyebabkan berkurangnya kualitas produk, yaitu menurunnya nilai nutrisi produk. Perlakuan pascapanen yang baik dapat mengurangi kehilangan pascapanen. Pengurangan susut pascapanen ini merupakan hal yang membantu petani dan juga konsumen Soesanto 2006. Oleh karena itu perlu dilakukan penentuan titik kritis pascapanen pepaya pada rantai pasoknya, sehingga dapat diketahui titik kritis atau kehilangan pascapanen tersebut terjadi di mana. Dengan demikian dapat diketahui penyebab kehilangan pascapanen tersebut dan melakukan usaha meminimalkan kehilangan pascapanen pepaya, sehingga dapat mengurangi kerugian yang disebabkan oleh kehilangan pascapanen tersebut dan buah pepaya dapat menjadi buah yang dapat bersaing di pasaran.

B. TUJUAN