9
B. PASCAPANEN PEPAYA
Tanaman pepaya dipanen setelah berumur 9-12 bulan. Tanda-tanda buah dapat dipetik adalah warna kulit buah yang mulai menguning. Pemanenan buah pepaya dilakukan pada pagi dan sore hari,
serta dilakukan setiap 10 hari sekali. Buah pepaya memiliki tingkat kematangan sebagai berikut Prayoga 2011:
1. Matang fisiologis mature green
2. Sremburat kuning colour break
3. 25 kuning quarter ripe
4. 50 kuning half ripe
5. 75 kuning ripe
6. 100 kunig full ripe
7. Terlalu matang over ripe
Prayoga 2011 mengatakan buah pepaya yang dipanen adalah buah pepaya dengan tingkat kematangan 25 semburat merah. Pantastico 1986 dalam bukunya mengatakan mutu buah yang
baik diperoleh bila pemanenan hasilnya dilakukan pada tingkat kemasakan yang tepat. Buah-buah yang belum masak, bila dipetik akan menghasilkan mutu jelek dan proses pematangan yang salah.
Sebaliknya penundaan waktu pemetikan akan meningkatkan kepekaan buah terhadap pembusukan, akibatnya mutu dan nilai jualnya rendah. Panen dilakukan pada keadaan buah yang sudah tua tetapi
belum masak untuk hasil yang akan dikirim ke pasar yang jauh letaknya. Pemanenan dilakukan menggunakan sarung tangan untuk menghindari luka pada kulit buah.
Buah pepaya yang dipilih dipetik dengan cara memutar buah menggunakan tangan sampai terlepas dari tangkainya atau menggunakan “songgo” berupa bambu yang ujungnya berbentuk setengah
kerucut yang berguna menjaga buah tidak jatuh saat dipetik. Buah yang dipanen diusahakan tidak terjatuh agar tidak memar. Tangga yang digunakan untuk memanen dilapisi kertas untuk mencegah
gesekan antar buah. Wadah yang digunakan untuk hasil panen dialasi kertas sebagai bantalan. Buah hasil panen diletakkan dengan posisi berdiri dan tangkai buah menghadap ke bawah. Setiap lapisan
buah diberi bantalan yang sama dengan bantalan wadah. Tinggi tumpukan buah maksimum 3 lapisan Prayoga 2011.
Pencucian buah pepaya dilakukan untk mengoptimalkan tampilan buah pepaya. Buah pepaya disortir untuk mendapatkan buah dengan ukuran yang seragam. Pengelompokan dilakukan
berdasarkan ukuran, bentuk buah, tingkat kematangan dan keseragaman warna buah. Buah pepaya dikemas dengan kardus yang memiliki sekat-sekat dan lubang sirkulasi udara untuk menjaga mutu
buah pada saat pengangkutan dan penyimpanan. Tinggi tumpukan kardus pada saat pengiriman diatur sesuai kekuatan kemasan dan dihindarkan dari goncangan yang terlalu keras agar buah tidak
rusak Prayoga 2011. Menurut Satuhu 2004 pengemasan buah adalah meletakkan buah-buahan ke dalam suatu
wadah yang cocok dan baik sehingga komoditi tersebut terlindungi dari kerusakan mekanis, fisiologis, kimiawi, dan biologis. Tujuan dari kegiatan pengemasan secara umum adalah:
1. Melindungi hasil produk dari kerusakan. 2. Melindungi dari kehilangan air.
3. Melindungi dari pencurian. 4. Mempermudah dalam pengangkutan.
5. Mempermudah penyusunan baik dalam pengangkutan maupun penyimpanan. 6. Mempermudah dalam perhitungan.
Luketsi 2011 meniliti kemasan yang paling baik untuk mengurangi kerusakan mekanis pada saat transportasi pepaya IPB 9 Callina. Berdasarkan hasil penelitiannya,kemasan yang paling baik
10
adalah kemasan dengan bahan pengisi cacahan kertas koran dan posisi penyusunan buah secara horizontal, tingkat kerusakan mekanis yang terjadi pada pepaya merupakan yang terkecil
dibandingkan bahan pengisi dengan lembaran dan cacahan sponsgabus atau pun kardus berpola. Berdasarkan pengukuran pada parameter susut bobot, kekerasan, dan total padatan terlarut, serta uji
statistik yang telah dilakukan pada buah pepaya, bahan pengisi kemasan yang paling baik untuk mempertahankan mutu dari paremeter tersebut adalah sekat kardus dan posisi penyusunan yang paling
baik adalah posisi vertikal. Kusumah 2007 pernah mengkaji pengaruh berbagai jenis kemasan dan suhu simpan terhadap
mutu fisik mentimun selama transportasi. Penelitian dilakukan dengan meletakan mentimun dalam empat kemasan yang berbeda di atas meja getar selama tiga jam setara dengan 516.53 km pada jalan
luar kota. Berdasarkan penelitian tersebut kemasan yang paling baik untuk pendistribusian mentimun untuk jarak jauh adalah karton kardus dibandingkan peti kayu, plastik atau pun kantong jaring. Buah
mentimun ditinjau dari sudut susunannya tidak jauh berbeda dengan buah buni, sementara itu buah pepaya merupakan salah satu buah yang tergolong buah buni .
Menurut Yuwono et al 2008 penyimpanan adalah suatu cara untuk mempertahankan mutu hasil pertanian setelah dipanen dalam jangka waktu tertentu sebelum dijual atau dikonsumsi. Hal ini
penting untuk menjamin daya simpan buah semaksimal mungkin. Penyimpanan buah adalah kegiatan yang bertujuan untuk memperpanjang ketersediaannya sampai kepada konsumen dan
menyediakannya untuk memenuhi permintaan pasar Satuhu, 2004. Hamaisa 2007 pernah meneliti pengaruh suhu penyimpanan terhadap umur simpan dan kualitas
buah pepaya IPB 1 selama penyimpanan dan pematangan buah. Berdasarkan hasil penelitiannya buah pepaya yang disimpan pada suhu ruang memiliki umur simpan 9 hari, sedangkan buah pepaya yang
disimpan pada suhu 10
o
C memiliki umur simpan hingga 20 hari penyimpanan. Laju produksi CO
2
, perubahan warna, penurunan kekerasan, peningkatan total padatan terlarut dan susut bobot selama
penyimpanan dapat dihambat pada suhu ruang penyimpanan 10
o
C dibanding pada suhu ruang dan suhu 15
o
C. Pelapisan lilin atau waxing dapat menekan laju respirasi sehingga perlakuan ini merupakan salah
satu alternatif untu memperpanjang masa simpan buah-buahan Yowono et al 2008. Fitradesi 1999 pernah melakukan penelitian mengenai pengaruh perlakuan bahan pelapis dan suhu simpan terhadap
daya simpan dan kualitas buah pepaya. Hasil penelitiannya menunjukan pelapisan lilin lebah 6 dan lilin carnauba 6 dapat mempertahankan daya simpan buah pepaya . Pepaya yang dilapisi emulsi lilin
carnauba 6 dan lilin lebah 6 yang disimpan pada suhu dingin berturut-turut mempunyai daya simpan 19.0 HSP dan 15.9 HSP Hari Setelah Panen.
Satuhu 2004 mengatakan, Di Indonesia perhubungan darat sangat dominan terhadap pengangkutan buah yang hendak dipasarkan selanjutnya. Alat angkut yang umum digunakan adalah
truk, mobil bak terbuka atau sejenisnya, dan menggunakan kereta api. Menurut Soedibyo 1985, pada simulasi pengangkutan dengan menggunakan truk guncangan yang dominan adalah guncangan pada
arah vertikal. Sedangkan guncangan pada kereta api adalah guncangan horisontal, guncangan lain berupa puntiran dan bantingan diabaikan karena jumlah frekuensinya kecil sekali.
Goncangan yang terjadi selama pengangkutan baik di jalan raya maupun di rel kereta api dapat mengakibatkan kememaran, susut berat dan memperpendek masa simpan. Hal ini terjadi terutama
pada pengangkutan buah- buahan dan sayuran yang tidak dikemas. Meskipun kemasan dapat meredam efek goncangan, tetapi daya redamnya tergantung pada jenis kemasan serta tebal bahan
kemasan, susunan komoditas di dalam kemasan dan susunan kemasan di dalam alat pengangkut Purwadaria 1992.
11
Perlakuan yang kurang sempurna selama pengangkutan dapat mengakibatkan jumlah kerusakan yang dialami oleh komoditi pada waktu sampai ditempat tujuan mencapai lebih kurang 30 -
50. Pada umumnya hambatan - hambatan yang menyebabkan penurunan mutu tersebut adalah kegiatan penanganan pasca panen yang tidak sempurna walaupun mutu pada waktu pemanenan sudah
baik. Kegiatana penanganan pasca panen meliputi masalah tempat pengumpulan, gradingsortasi, pengemasan, pengangkutan dan pemasaran Soedibyo 1985.
C. KEHILANGAN PASCAPANEN