4.5. Identifikasi Pemasok dengan Nilai Tertinggi
Pengolahan vertikal menunjukkan pengaruh setiap elemen pada tingkat hirarki tertentu terhadap tujuan.Pengolahan vertikal menunjukkan alternatif
pengukuran kinerja pemasok untuk mengetahui bobot dan prioritas dalam mengukur kinerja pemasok. Tabel 11 menunjukkan prioritas alternatif dalam
mengukur kinerja pemasok.
Tabel 11. Bobot dan prioritas kinerja pemasok Kinerja Pemasok
Bobot Prioritas
Pemasok B 0,2833 1
Pemasok C
0,1984 2
Pemasok E 0,1765 3
Pemasok A 0,1746 4
Pemasok D 0,1714 5
Tabel 11 yang ditunjukkan dapat dilihat bahwa pemasok yang menjadi prioritas utama adalah pemasok B dengan bobot 0,2833. Pemasok C terpilih
karena paling banyak memiliki kriteria dan sub kriteria yang unggul. Pemasok B menjadi prioritas utama dalam semua kriteria. Kriteria kualitas 0,296
, ketepatan waktu
0,298, ketepatan jumlah 0,266, pelayanan 0,223, reputasi pemasok 0,310
.
Hasil bobot kriteria dan sub kriteria pemasok B secara jelas dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Bobot kriteria dan sub kriteria pemasok B Kriteria
Subkriteria Pemasok B
Q D L S I Bobot
VP Kriteria 0,296 0,298 0,266 0,223 0,310 0,2833
Q1 0,319
Q2 0,359
Q3 0,221
D1 0,377
D2 0,200
D3 0,265
L1 0,249
L2 0,200
L3 0,365
S1 0,234
S2 0,200
S3 0,233
I1 0,376
I2 0,200
I3 0,348
Berdasarkan hasil penelitian, pemasok B mendapatkan bobot tertinggi dari reputasi pemasok. Hal ini dikarenakan pemasok B dapat memberikan
kesan yang baik bagi LAI dan dapat menjaga kepercayaan yang diberikan LAI. Pemasok B menerima setiap kritik dan saran serta memprioritaskan
keinginan perusahaan. Kemampuan pemasok B dalam menyediakan bahan baku membuat LAI memprioritaskan pemasok B sehingga LAI dapat
menyediakan produk yang berkualitas dan memuaskan pelanggan. LAI menjalin hubungan yang baik dengan peasok B karena saampai saat ini hanya
pemasok B yang mampu menyediakan bahan baku bible paper yang sesuai dengan standar yang dimiliki LAI.
Pemasok C berada diprioritas kedua dengan nilai bobot 0,1984. Kriteria pemasok C berada pada prioritas kedua dan sub kriteria yang dimiliki
seperti pemasok dapat mengatasi masalah keterlambatan, jumlah minimum barang cacat, perusahaan mudah melakukan pesanan, dan memiliki hubungan
yang baik dengan perusahaan memiliki bobot yang sama dengan pemasok A,B, D, dan E yang bernilai 0,200. Pemasok E menempati prioritas ketiga,
diikuti pemasok A dengan prioritas keempat dan prioritas kelima atau yang kelima pemasok D.
Penilaian kinerja yang dilakukan masih menunjukkan kekurangan pemasok. Kriteria yang menjadi prioritas utama adalah kualitas tetapi dalam
kenyataannya pemasok belum dapat menjaga kekonsistenan kualitas bahan baku yang mereka hasilkan. LAI masih menggunakan pemasok tersebut
karena LAI hanya memiliki satu pemasok tetap yaitu pemasok A,B, C,dan D. Saat ini hanya pemasok A, B, C, dan D yang masih dapat memenuhi
persyaratan yang dimiliki LAI dan mampu menyediakan bahan baku yang dibutuhkan LAI. Bahan baku yang dipasok oleh pemasok E memiliki pemasok
lain namun diantara pemasok sejenis pemasok E yang dapat menyediakan bahan baku yang sesuai dengan keinginan LAI. Hasil pengukuran kinerja
pemasok lebih banyak memiliki nilai lebih pada kriteria pelayanan dan ketepatan jumlah. Hasil pengolahan data secara vertikal dapat dilihat pada
Lampiran 4.
4.6. Implikasi Manajerial