Model Just and Pope Manajemen Risiko

27 Marginal MP menurun tapi masih positif dan pada tahap ini akan dicapai pendapatan yang maksimum. Menurut Soekartawi 2002 fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atu lebih variabel. Variabel yang dijelaskan disebut variabel dependen Y dan variabel yang menjelaskan disebut variabel independen X. Dimana variabel dependen berupa output dan variabel independen berupa input. Adapun persamaan mematis dari fungsi Cobb- Douglas secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut : = � 1 �1 2 �2 3 �3 , … . . , � �� � Dimana Y = Variabel Dependen X = Variabel Independen � , � 1 = Besaran yang akan diduga u = Unsur sisa e = Logaritma natural e = 2,718

3.1.4. Model Just and Pope

Untuk menghasilkan sebuah produk melalui proses produksi yang membutuhkan masukan input untuk menjadikan sebuah produk tidak lepas dengan ketidakpastian, sehingga mengalami risiko produksi. Just dan Pope merupakan ahli ekonometrika dalam Phoebe Koundouri dan Celine Naugas 2005 mengembangkan model umum untuk penanganan risiko produksi ekonometri. Pendekatan mereka telah cukup populer di kalangan ekonom pertanian. Konsep dasar yang diperkenalkan oleh Just dan Pope adalah untuk membangun fungsi produksi sebagai jumlah dari dua komponen, satu berkaitan dengan tingkat output, dan satu lagi berkaitan dengan variabilitas output. Spesifikasi ekonometrika ini memungkinkan untuk menjelaskan dampak dari proses produksi yang berasal dari input dan output berpengaruh terhadap risiko. Dengan demikian, dalam Just dan Pope dalam fungsi produksi tidak mengabaikan unsur risiko karena dapat mengakibatkan kesimpulan yang salah pada koefisien variabel. Hal ini dapat dilihat dari output galat standar error term yang salah dengan menunjukkan hasil yang jauh lebih besar dalam estimasi dari pada kenyataan yang diperoleh. 28 Pendekatan dengan menggunakan model Just and Pope ini untuk mengetahui faktor-faktor produksi yang dapat menyebabkan peningkatan atau penurunan produksi. Selain melihat pengaruhnya terhadap produksi, model ini juga dapat melihat pengaruh faktor produksi terhadap risiko. Untuk melihat faktor produksi yang mengurangi dan meningkatkan risiko dapat dilihat pada nilai koefisiennya, jika koefisien bertanda positif maka menimbulkan risiko sedangkan yang bertanda negatif mengurangi risiko produksi Fariyanti, 2008.

3.1.5 Sumber-Sumber Risiko

Risiko timbul bukan karena pengaruh dari faktor-faktor produksi yang digunakan. Sumber-sumber risiko menurut Harwood 1999 adalah sebagai berikut.

1. Risiko Produksi

Risiko produksi terjadi pada saat proses penggunaan input untuk dikonversikan menjadi output, saat proses ini risiko produksi biasanya muncul. Risiko produksi terjadi seperti gagal panen, produksi rendah, kualitas kurang baik. Hal ini bisa disebabkan oleh hama dan penyakit, curah hujan, maupun teknologi serta penggunaan sumber daya yang kurang kompeten.

2. Risiko Pasar harga

Risiko pasar terjadi pada saat produk telah dihasilkan dan siap untuk didistribusikan ke tangan konsumen, saat proses perpindahan dari produsen ke konsumen ini terjadi risiko pasar. Risiko pasar bisa terjadi karena produk tidak dapat terjual, disebabkan oleh perubahan harga output, permintaan rendah, ataupun banyak produk substitusi. Risiko pasar ini berhubungan dengan mekanisme antara konsumen dengan produsen yang dapat menimbulkan permintaan dan penawaran.

3. Risiko Kelembagaan

Risiko kelembagaan ini adalah lebih melihat peran dari kelembagaan terkait apakah memiliki hubungan positif atau negatif. Hubungan tersebut akan mempengaruhi risiko kelembagaan. Risiko kelembagaan terjadi karena perubahan kebijakan dan peraturan pemerintah, baik dari segi penggunaan pestisida dan obat-obatan, pajak dan kredit. 29

4. Risiko Finansial

Risiko finansial ini berhubungan dengan alur keuangan yang digunakan untuk kelangsungan usaha tersebut. Risiko finansial terjadi karena tidak mampu membayar hutang jangka pendek, kenaikan tingkat suku bunga pinjaman, piutang tak tertagih sehingga menyebabkan penerimaan produksi menjadi rendah.

3.1.6. Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah cara-cara yang digunakan oleh manajemen untuk menangani berbagai permasalah yang disebabkan oleh adanya risiko, juga berarti suatu cara untuk menangani masalah-masalah yang mungkin timbul disebabkan karena adanya ketidakpastian Kountur, 2004. Untuk menangani risiko diperlukan strategi pencegahan risiko agar risiko dapat ditangani dengan baik. Menurut Kountur 2006, dalam menangani risiko perlu strategi dalam penanganan agar risiko tersebut dapat diminimalkan. Strategi penanganan risiko menurut Kountur 2006 ada lima strategi yang digunakan yaitu menghindari, mencegah, mengurangi kerugian, mangalihkan, dan mendanai. Strategi menghindar dilakukan jika risiko yang dihadapi terlalu besar, yaitu kemungkinan terjadinya besar serta akibat yang ditimbulkan juga besar dan risiko yang dihadapi tidak dapat dikendalikan oleh manajemen dan tidak dapat ditangani dengan strategi-strategi penanganan risiko lainnya. namun tidak semua risiko dapat dihindari dan menghindar kadang-kadang bukan cara yang terbaik. Strategi menghindar sulit dilakukan jika menghindar dari suatu risiko namun menghadapi risiko lain yang mungkin lebih besar dan risiko tersebut memberikan upah yang sulit untuk ditolak. Strategi kedua adalah pencegahan, strategi pencegahan adalah strategi yang digunakan untuk membuat kemungkinan terjadinya risiko sekecil-kecilnya. Pencegahan risiko dapat dilakukan dengan cara memperbaiki sistem dan prosedur, memperbaiki fasilitas, memperbaiki sumber daya manusia, membuat aturan dan kebijakan. Strategi ini membuat risiko yang berada di kwadran kanan-atas bergeser ke kanan-bawah; atau risiko yang berada pada kwadran kiri-atas berpindah ke kiri-bawah, seperti yang digambarkan pada Gambar 5. 30 Kemungkinan X Y 10 X Y Rp 100jt Akibat Rp Gambar 5. Strategi Pencegahan Risiko Sumber : Kountur ,2006 Strategi penanganan berikutnya adalah dengan pengurangan kerugian yang dialami. Dalam strategi ini dilakukan untuk melakukan sesuatu agar sebelum terjadi suatu kejadian kemungkinan terjadinya dibuat sekecil-kecilnya, strategi pengurangan kerugian dimaksudkan untuk mengurangi kerugian setelah kejadian. Pengurangan kerugian dilakukan pada risiko-risiko yang berada pada kwadran kanan-atas dan kawan-bawah. Risiko-risiko yang berada pada kwadran kanan-atas diusahakan ke kwadran kiri-atas, dan risiko-risiko yang berada pada kwadran kanan-bawah berpindah ke kwadran kiri-bawah. Berikut dijelaskan pada Gambar 6. kemungkinan 10 Y Y X X Rp 100jt Akibat Rp Gambar 6. Strategi Pengurangan Risiko Sumber : Kountur, 2006 Strategi berikutnya adalah strategi mengalihkan risiko. Risiko-risiko yang dapat dikendalikan dilakukan penanganan pencegahan dan pengurangan risiko, sedangkan risiko yang tidak dapat dikendalikan penanganannya dilakukan dengan pengalihan ke pihak lain. Risiko-risiko dapat dialihkan ke pihak lain yang menanggung akibatnya. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk 31 mengalihkan risiko ke pihak lain diantaranya dengan mengalihkan risiko melalui asuransi, hedging, leasing, factoring, dan outsourching. Strategi terakhir adalah dengan melakukan pendanaan kepada risiko yang dihadapi. Perusahaan mempersiapkan dana sekiranya terjadinya kejadian yang merugikan sehingga perusahaan memiliki dana untuk membiayai kerugian- kerugian tersebut dengan demikian operasional perusahaan dapat terus berjalan. Perusahaan dapat melakukan beberapa cara untuk mendanai risiko-risiko operasionalnya. Cara-cara tersebut adalah menggunakan kas kecil, menyediakan dana cadangan, melakukan self-insurance, dan membuat captive insurer.

3.2. Kerangka Operasional

Ayam Pedaging Broiler adalah ayam ras pedaging yang mampu tumbuh cepat sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat. Broiler juga mempunyai peranan yang penting sebagai sumber protein hewani yang dibutuhkan oleh manusia yang relative mudah dijangkau oleh semua kalangan. Ayam broiler sangat potensial untuk dikembangkan hal tersebut dilihat dengan semakin meningkatnya tingkat konsumsi terhadap daging ayam broiler seperti yang telah dijelaskan dipendahuluan. Peningkatan konsumsi daging ayam broiler seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia setiap tahunnya. Selain itu juga daging ayam broiler menjadi pilihan untuk memenuhi kebutuhan hewani karena harganya yang lebih murah dibandingkan dengan daging ternak lainnya. Namun, dibalik potensi dari ayam broiler tersebut pada umumnya peternak dihadapkan dengan ketidakpastian atau risiko dalam menjalankan usaha ayam broilernya. Risiko yang dihadapkan adalah risiko produksi. Penelitian ini dilakukan terhadap peternak plasma dari perusahaan Dramaga Unggas Farm DUF sebanyak 30 responden yang dipilih dengan representative. Sistem budidaya yang diterapkan oleh peternak masih bersifat tradisional yaitu masih menggunakan sistem kandang panggung serta penggunaan peralatan yang masih tradisional. Penelitian yang dilakukan diidentifikasi bahwa dalam menjalankan proses produksi peternak didampingi dengan risiko produksi. Indikasi yang menyatakan bahwa peternak ayam broiler tersebut mengalami risiko produksi adalah dengan adanya fluktuasi tingkat kematian dan produktivitas ayam broiler yang tidak