Metode Analisis Data. METODE PENELITIAN

hal ini adalah yang bersangkutan telah matang dalam mengambil keputusan dan berpikir secara positif tindakan dan diharapkan dapat memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Responden terdiri atas tokoh masyarakat, tokoh agama, nelayan, petani, pedagang, pemilik penginapan dan tokoh pemuda. Penentuan jumlah responden sampel dari populasi dimaksud menggunakan persamaan yang dikemukakan oleh Slovin 1960 dalam Sevilla et al. 1993 yaitu: ………………………………………………1 Dimana ; n : Ukuran sampel N : Ukuran populasi masyarakat Sidangoli Jailolo selatan e : Persentase ketidaktelitian karena pengambilan contoh 10 Jumlah kepala keluarga di Desa Sidangoli Jailolo Selatan pada tahun 2007-2008 tercatat sebanyak 119 kepala keluarga, sehingga berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus diatas dan persentase ketidaktelitian 10 diperoleh jumlah sampel sebanyak 54 KK. Pemilihan sampel responden dari unsur wisatawan dilakukan secara accidental sampling, yaitu sampel yang diambil dari siapa saja yang kebetulan ada di lokasi penelitian dan bersedia menjadi responden dan dalam penelitian ini jumlah responden dari unsur wisatawan sebanyak 59 orang. Pemilihan responden dari unsur Pemerintah Daerah dilakukan secara sengaja purposive sampling dengan pertimbangan bahwa responden adalah individu atau lembaga yang berperan dalam pengambilan kebijakan sehubungan dengan pengelolaan dan pengembangan Teluk Dodinga sebagai kawasan ekowisata bahari, baik langsung maupun tidak langsung. Selain masyarakat, responden yang diperlukan dari para pejabat yang berasal dari Badan Perencanaan Pembanguna Daerah, Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata, Dinas Kelautan dan Perikanan dan Dinas Perhubungan Kabupaten Halmahera Barat masing-masing 1 orang, unsur Perguruan Tinggi 1 orang dan unsur LSM 1 orang.

3.6 Metode Analisis Data.

3.6.1 Analisis Zonasi.

Analisa zonasi yang diperuntukan bagi Kawasan Teluk Dodinga, yakni dengan menggunakan persentasi total nilai kriteria stasiun-i Salm et al. 2000 dalam Soselisa 2006; Baksir 2009 yang diperoleh dengan membandingkan total nilai stasiun-i dengan niali keseluruhan kriteria dikalikan 100 : NT = x ………………………………….. 2 Dimana : NT = Nilai total stasiun-i Tn = Total nilai stasiun-i Tn = Total nilai keseluruhan kriteria Teknik interval kelas digunakan untuk membagi zona Kawasan Teluk Dodinga yang dibagi dalam tiga zona dengan kisaran nilai masing-masing, yaitu : untuk zona inti kisaran nilainya 70, zona pemanfaatan dengan kisaran antara 60 - ≤70 dan zona pemanfaatan berkelanjutan dengan kisaran antara 50 - 60. 3.6.2 Analisis Tutupan Karang. Analisis tutupan karang adalah untuk mengetahui kondisi ekosistem terumbu karang pada lokasi penelitian, dianalisis berdasarkan pada kategori karang dan persentase tutupan karang hidup lifeform. Semakin tinggi persentasi tutupan karang hidup maka kondisi terumbu karang semakin baik. Persentase penutupan karang hidup ini diperoleh dengan pengamatan metoda line intersept transect LIT yang dihitung berdasarkan persamaan English et al. 1997 yakni : N = L x ……………………….….………………….. 3 Dimana : N = Persentase penutupan karang l = Panjang total lifeformjenis ke-i L = Panjang Garis Transek 50 m Kondisi penilaian terhadap komunitas ekosistem terumbu karang berdasarkan persentase penutupan karang Gomez dan Yap, 1988, adalah sebagai berikut : 1 Persentase penutupan karang antara 75 – 100 : Sangat baik 2 Persentase penutupan karang antara 50 – 74.9 : Baik 3 Persentase penutupan karang antara 25 – 49.9 : Sedang 4 Persentase penutupan karang antara 0 – 24.9 : Rusak

3.6.3 Analisis Kondisi Ikan Karang.

Metode pemantauan ikan karang didasarkan pada kategori kelimpahan dari ikan yang dominan terlihat. Estimasi kelimpahan ikan karang Russ, 1985 Tabel 4. Tabel 4 Estimasi Kelimpahan dari Jumlah Spesies Ikan Dominan Kategori kelimpahan Jumlah ikan karang spesies 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2-4 5-16 17-64 65-256 257-1024 1025-4096 4097-16384 Kelimpahan ikan karang adalah banyaknya ikan pada masing-masing luas daerah pengambilan contoh. Untuk menghitung kelimpahan ikan karang dapat menggunakan formula dibawah ini Odum, 1971 sebagai berikut : ∑ A ……………………………………….…….. 4 Dimana : n = Kelimpahan ikan karang jenis ke-i ∑ n = Jumlah individu dari jenis ke-i A = Luas daerah pengambilan contah 250 m 2

3.6.4 Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung.

Analisis kesesuaian lahan merupakan suatu kajian untuk menilai kecocokan dan kelayakan berbagai macam aktifitas yang akan dilakukan disuatu kawasan sesuai dengan potensi sumberdaya dan peruntukannya dengan mempertimbangkan berbagai parameter. Hal ini mengingat walaupun secara visual suatu lokasi kelihatan indah dijadikan lokasi wisata, namun belum tentu sesuai secara ekologis mengingat ada berbagai parameter baik fisik maupun biologi yang harus diamati dan dinilai secara ilmiah untuk menentukan sesuai tidaknya lokasi tersebut untuk kegiatan wisata. Analisis kesesuaian yang dilakukan dalam penelitian ini hanya difokuskan untuk peruntukan kawasan wisata bahari jenis kegiatan wisata selam dan snorkeling. Kesesuaian kawasan juga merupakan suatu pola pikir yang mengarah pada pertimbangan bahwa betapapun besarnya daya tarik dari suatu lokasi, secara ekologis tetap akan memiliki keterbatasan scarcity, sehingga jumlah dan frekuensi kunjungan dalam suatu ruang dan waktu tertentu harus disesuaikan dengan kaidah yang berlaku. Setiap kegiatan wisata mempunyai persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai dengan obyek wisata yang akan dikembangkan. Formula yang digunakan untuk menentukan kesesuaian wisata Yulianda, 2007 adalah sebagai berikut : IKW ∑ N N x ………………………………….. 5 Dimana : IKW = Indeks kesesuaian wisata N = Nilai parameter ke-i bobot x skor N maks = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata 3.6.4.1Analisis Kesesuaian Wisata Selam. Setiap kegiatan wisata mempunyai persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai dengan obyek wisata. Masing-masing jenis kegiatan wisata memiliki parameter kesesuaian yang berbeda-beda. Parameter kesesuaian tersebut disusun kedalam kelas kesesuaian untuk masing-masing jenis kegiatan wisata dibagi dalam 4 kategori kesesuaian, yakni : sangat sesuai S1, sesuai S2, sesuai bersyarat S3 dan tidak sesuai N dengan defenisi sebagai berikut : 1 Kelas S1: kelas ini tergolong sangat sesuai highly suitable, tidak mempunyai faktor pembatas yang berat untuk suatu penggunaan tertentu secara lestari, atau hanya mempunyai pembatas yang kurang berarti dan tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi lahan tersebut, serta tidak akan menambah masukan dari pengusahaan lahan tersebut. 2 Kelas S2: sesuai suitable, pada kelas kesesuaian ini mempunyai faktor pembatas yang agak berat sedang untuk suatu penggunaan tertentu secara lestari. Pembatas tersebut akan mengurangi produktivitas lahan dan keuntungan yang diperoleh serta meningkatkan masukan untuk mengusahakan lahan tersebut. 3 Kelas S3: sesuai bersyarat conditional suitable, pada kelas kesesuaian ini mempunyai faktor pembatas yang sangat berat untuk suatu penggunaan tertentu secara lestari. 4 Kelas N: tidak sesuai not suitable, yakni mempunyai faktor pembatas beratparmanen, sehingga tidak mungkin dipergunakan terhadap suatu penggunaan tertentu yang lestari. Kelas kesesuaian diperoleh dari perkalian bobot dan skor dari tiap-tiap variabel untuk masing-masing kegiatan wisata. Kesesuaian wisata selam mempertimbangkan 6 parameter dengan empat klasifikasi penilaian. Parameter tersebut meliputi kecerahan perairan, tutupan komunitas karang, jumlah lifeform, jenis ikan karang, kecepatan arus dan kedalaman terumbu karang Tabel 5. Tabel 5 Matriks Kesesuaian Wisata Selam No Parameter Bobot Kelas Kesesuaian dan Skor S1 Skor S2 Skor S3 Skor N Skor 1 Kecerahan Perairan 5 80 3 50 - 80 2 20 - 50 1 20 2 Tutupan Kom. Karang 5 75 3 50 -75 2 25 – 50 1 25 3 Jenis life form 3 12 3 7-12 2 4 - 7 1 4 4 Jenis ikan Karang 3 100 3 50 - 100 2 20 -50 1 20 5 Kec.Aruscmdet 1 0 - 15 3 15 - 30 2 30 – 50 1 50 6 KedalamanT. Karang m 1 6 - 15 3 15 - 20 2 20 – 30 1 30 3 - 6 3 Sumber : Yulianda 2007. Keterangan : Nilai maksimum = 54 S1 = Sangat sesuai, dengan IKW 83 – 100 S2 = Sesua, dengan IKW 50 - 83 S3 = Sesua bersyarat, dengan IKW 17 - 50 N = Tidak sesuai, dengan IKW 17

3.6.4.2 Analisis Kesesuaian Wisata Snorkeling.

Kesesuaian wisata bahari kategori wisata snorkeling, yaitu dengan mempertimbangkan 7 parameter, yakni kecerahan perairan, tutupan komunitas karang, jumlah lifeform, jenis ikan karang, kecepatan arus, kedalaman terumbu karang, dan lebar hamparan datar karang Tabel 6. Tabel 6 Matriks Kesesuaian Wisata Snorkeling No Parameter Bobot Kelas Kesesuaian dan Skor S1 Skor S2 Skor S3 Skor N Skor 1 Kecerahan Perairan 5 100 3 80- 100 2 20-50 1 20 2 Tutupan Kom. Karang 5 75 3 50 -75 2 25-50 1 25 3 Jenis life form 3 12 3 7-12 2 4 - 7 1 4 4 Jenis ikan Karang 3 50 3 30 - 50 2 10-30 1 10 5 Kec.Aruscmdet 1 0 - 15 3 15 - 30 2 30-50 1 50 6 KedalamanTerumbu Karang m 1 1 - 3 3 3 - 6 2 6 - 10 1 10 1 7 Lebar hamparan datar karang m 1 500 3 100-500 2 20-100 1 20 0 Sumber : Yulianda 2007 Keterangan : Nilai maksimum = 57 S1 = Sangat sesuai, dengan IKW 83 - 100 S2 = Sesua, dengan IKW 50 - 83 S3 = Sesua bersyarat, dengan IKW 17 - 50 N = Tidak sesuai, dengan IKW 17

3.6.4.3 Analisis Daya Dukung Kawasan.

Metode yang diperkenalkan untuk menghitung daya dukung pengembangan ekowisata bahari adalah menggunakan konsep daya dukung kawasan DDK yakni jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia Yulianda, 2007 dengan rumus sebagai berikut : DDK K L L W W ……………………………………. 6 Dimana : DDK = Daya dukung kawasan K = Maksimum wisatawan per satuan unit area L = Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan L = Unit area untuk kategori tertentu W = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari W = Waktu yang dihabiskan pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu Potensi ekologis pengunjung K ditentukan oleh kondisi sumberdaya dan jenis kegiatan yang akan dikembangkan Tabel 7. Tabel 7 Potensi Ekologis Pengunjung K dan Luas Area Kegiatan L No Jenis Kegiatan Jumlah Kunjungan K Unit Area L Keterangan 1 Selam 2 2000 m 2 Setiap 2 orang dalam 200 x 10 m 2 Snorkeling 1 500 m 2 Setiap 1 orang dalam 100 x 10 m Sumber : Yulianda 2007 Selanjutnya untuk waktu yang dibutuhkan bagi setiap kegiatan wisata pada area tertentu, yakni dengan melakukan evaluasi terhadap kegitan yang dilakukan pada waktu tertentu Tabel 8. [ Tabel 8 Waktu yang Dibutuhkan untuk Setiap Kegiatan Wisata No Kegiatan Waktu yang dibutuhkan W -jam Total waktu 1 hari W -jam 1 2 Selam Snorkeling 2 3 8 6 Sumber : Yulianda 2007

3.6.5 Analisis Nilai Ekonomi Wisata.

Nilai Ekonomi wisata di kawasan Teluk Dodinga dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan-pendekatan sebagai berikut : 1. Dengan menggunakan pendekatan individu Pendekatan ini digunakan untuk menghitung total nilai manfaat dari suatu kawasan Teluk Dodinga diperoleh dari hasil perkalian Consumer Surplus Individu dengan jumlah pengunjung rill dengan formula sebagai berikut : xTV CS TB i = ...................................................................7 Dimana : TB = Total Manfaat Ekonomi Lokasi Wisata CS = Consumer Surplus Individu- i TV = Total Kunjungan Per Tahun diambil data sekunder 2. Dengan menggunakan regresi linear Pendekatan ini digunakan untuk menganalisis total biaya yang dikeluarkan TC terhadap jumlah kunjungan V, sementara fungsi utilitas U merupakan intercept terahadap rata-rata kunjungan V rata sehingga surplus konsumen dapat dihitung dari total utilitas sumberdaya yang termanfaatkan setelah dikurangi total biaya yang dikeluarkan oleh pengunjung TC total , dengan rumus sebagai berikut : Keterangan : Y = Pendapatan individu ke-i V = Trip kunjungan individu ke-i U = Utilitas TC = Biaya perjalanan individu ke-i NET = Nilai Ekonomi Total CS = Surplus Konsumen N = Sampel Responden L = Luas Terumbu Karang

3.6.6 Analisis Kebijakan.

Analytical Hierarchy Process AHP digunakan untuk menentukan elemen-elemen kunci untuk ditangani. Analisis AHP ini diharapkan dapat mengatasi persoalan-persoalan yang kompleks dalam proses pengambilan keputusan. Prinsip kerja AHP adalah menyederhanakan suatu persoalan yang kompleks dan tidak terstruktur, serta bersifat strategik dan dinamis melalui upaya penataan rangkaian variabel dalam suatu hirarki. Pengolahan data dengan metode AHP ini dapat dilakukan dengan aplikasi perangkat lunak CDP V3.04. Langkah-langkah dalam metode ini adalah : 1 Penyusunan hirarki, 2 Penyusunan kriteria, 3 Penilaian kriteria, Alternatif, dan 4 Penetuan prioritas. Analisis ini didasarkan pada hasil pendapat pakar Expert Judgement. Skala penilaian pakar didasarkan pada skala nilai yang dikeluarkan oleh Saaty 1993 yang berkisar antara nilai 1 – 9 Tabel 9. ……….……………………………………….. 8 ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ = − = = = + = − L N CS NET TC U CS V U TC V V Y Wisata total Rata o o o i β β β β β 1 Tabel 9 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan Intensitas Kepentingan Defenisi Keterangan 1 Kedua elemen sama pentingnya equal Dua mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari pada elemen yang lainnya moderate Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya 5 Elemen satu lebih penting dari pada pengalaman dan penilaian sangat kuat elemen lainnya strong. Menyokong satu elemen dibandingkan Pengalaman dan penilaian sangat kuat elemen lainnya strong. Menyokong satu elemen di bandingkan elemen lainnya. 7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting dari pada elemen lainnya very strong Satu elemen yang kuat disokong dan dominan teriihat dalam praktek 9 Satu elemen mutfak penting pada elemen lainnya extreme Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat 2, 4, 6 Elemen satu lebih penting dari pada pengalaman dan penilaian sangat kuat elemen lainnya strong. Menyokong satu elemen dibandingkan Pengalaman dan penilaian sangat kuat elemen lainnya strong. Menyokong satu elemen di bandingkan elemen lainnya. Sumber : Saaty 1993 Analytical Hierarchy Process AHP merupakan urutan prioritas setiap elemen dinyatakan dalam nilai numerik atau persentasi. Elemen-elemen yang dikaji disusun dalam 5 level, yakni fokus dalam menentukan skenario tahap awal sampai dapat menentukan alternatif kebijakan dalam pengembangan ekowisata bahari. Desain kebijakan untuk pengembangan ekowisata bahari di Teluk Dodinga Kabupaten Halmahera Barat yang berbasis masyarakat seperti ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar 3 Hirarki Desain Pengembangan Ekowisata Bahari di Teluk Dodinga Kabupaten Halmahera Barat

4. PROFIL KAWASAN TELUK DODINGA

4.1 Gambaran Umum.

KawasanTeluk Dodinga Sidangoli merupakan salah satu kawasan yang terletak di wilayah Kecamatan Jailolo Selatan Kabupaten Halmahera Barat. Secara geografis terletak pada posisi 0 50’28.93” Lintang Utara sampai 53’33.86” Lintang Utara dan 127 29’39.12” Bujur Timur sampai 127 37’42.96” Bujur Timur. Secara adminstratif memiliki batas-batas, sebagai berikut: - Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Jailolo Timur - Sebelah Selatan berbatasan dengan Tidore Kepulauan - Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Ternate dan Laut Maluku - Sebelah Timur dengan Kota Sofifi Ibukota Provinsi Maluku Utara. Luas Kawasan Teluk Dodinga adalah 7 397.99 ha. Wilayah daratannya sebagian besar berada pada ketinggian dibawah 550 meter diatas permukaan laut. Kondisi fisiografi kawasan ini terdiri dari perbukitan seluas 3 311.20 ha, dataran tinggi seluas 1 972.53 ha, dan daratan pantai seluas 2 096.26 ha. Kawasan ini juga terdapat kawasan konservasi Tanah Putih, yang terletak sekitar 12 km dari ibukota kecamatan. Kawasan ini telah lama menjadi tujuan wisatawan terutama pengamat burung Bidadari Semioptera wallaci yang merupakan spesies endemik di Pulau Halmahera. Halmahera Barat dalam Angka 2007. Aksesbilitas ke teluk ini sangat mudah dan dapat ditempuh dengan menggunakan speed boat maupun motor laut milik masyarakat dari pelabuhan Sidangoli dengan waktu yang dibutuhkan antara 7 - 10 menit menggunakan speed boat, sedangkan menggunakan mator laut, dibutuhkan waktu sekitar 15 – 20 menit untuk mencapai Teluk Dodinga.

4.2 Kondisi Fisik Kawasan Teluk Dodinga.

Kondisi iklim dipengaruhi oleh laut Maluku dan Laut Halmahera. Keadaan musimnya tidak teratur, hampir setiap bulannya terjadi hujan, dimana pada musim tenggara pada bulan Mei-Oktober dengan angin selatan, musim barat pada bulan Desember – Pebruari dengan angin barat laut, sedangkan pancaroba terjadi pada