Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat.

tempat melekatnya larvaplanula. Hasil indenfikasi kondisi terumbu karang di perairan Kabupaten Halmahera Barat rata-rata dalam keadaan baik Tabel 12. Tabel 12 Kondisi Terumbu Karang Kabupaten Halmahera Barat Kecamatan Baik Cukup Ha Ha Jailolo 2 156.23 82.69 451.36 17.31 Jailolo Selatan 1 214.55 68.23 565.44 31.77 Sahu 124.33 55.83 98.34 44.16 Ibu 335.77 50.48 329.33 49.52 Jailolo Timur 223.54 64.86 121.11 35.14 Loloda Selatan 3 005.36 68.29 1 395.33 31.71 Total Terumbu Karang 7 059.78 Sumber : DKP Halmahera Barat 2008 Sumberdaya lain yakni spesies makro fauna bentos yang terdapat di perairan Teluk Dodinga terdiri dari dua filum yaitu Molusca dan Echinodermata, dimana filum moluska yang memiliki nilai ekonomis penting terdiri dari tiga kelas yaitu gastropoda jenis-jenis keong seperti Trochus niloticus; bivalvian jenis-jenis kerang seperti Anadara antiquata, Anadara granosa, Tridacna sp, Gafrarium tumidum, Pinctada maxima , Barbatia decussate; dan Chepalophoda cumi-cumi, sotong dan gurita sedangkan filum Echinodermata terdiri dari beberapa jenis teripang ekonomis penting yaitu Holothuria scabra, Holothuria edulis dan Holothuria nobilis. Selain sumberdaya bentik, potensi lainnya adalah jenis crustacea seperti udang karang Panulirus sp, rajungan Portunus spp dan kepiting bakau Scylla serrata. Jenis-jenis sumberdaya ini merupakan jenis yang selalu ditangkap oleh masyarakat untuk konsumsi sehari-hari maupun untuk dipasarkan ke kota Ternate dan Jailolo. DKP Halmahera Barat 2008.

4.5 Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat.

Kecamatan Jailolo Selatan merupakan salah kecamatan dalam wilayah Kabupaten Halmahera Barat. Kecamatan ini dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 19 tahun 2000 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 1999 tentang Susunan Organisasi Kecamatan dalam Wilayah Kabupaten Maluku Utara. Sebelum pembentukan sebuah kecamatan defenitif, wilayah ini masuk dalam wilayah kecamatan Jailolo dan saat itu dibentuk perwakilan kecamatannya dan ditempatkan di Sidangoli sebagai upaya pelayanan masyarakat. Hal ini dilakukan akibat dari rentang kendali antara wilayah kecamatan Jailolo dan Sidangoli dalam soal pelayanan publiknya sangat jauh.

4.5.1 Kependudukan.

Berdasarkan data, jumlah penduduk Kabupaten Halmahera Barat sampai tahun 2008 berjumlah 105 464 jiwa, dimana Kecamatan Jailolo Selatan sebesar 15 875 jiwa yang tersebar pada 18 desa dengan ibukota kecamatan adalah Sidangoli dengan jumlah penduduk dengan perbandingan antara laki-laki 7 815 jiwa dan perempuan 8 060 jiwa. Luas wilayah Kecamatan Jailolo Selatan adalah 146.25 km 2 dengan kepadatan penduduk rata-rata 123.44 jiwakm 2 , khusus Desa Sidangoli dengan jumlah penduduk sebesar 1.013 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 482 jiwa dan perempuan 531 jiwa dengan jumlah 119 Kepala Keluarga. BPS Halmahera Barat, 2008. Tingkat pendidikan penduduk memegang peranan yang cukup penting didalam pembangunan karena akan mempengaruhi peranan masyarakat dalam pembangunan atau cepat lambatnya penduduk menerima gagasan-gagasan pembangunan Tabel 13. Tabel 13 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan` No Tingkat Pendidikan Jumlah Jiwa Persentase 1 Tidakbelum bersekolah 203 20.04 2 TK 97 9.58 3 Tidak Tamat SD 185 18.26 4 SD 230 22.70 5 SMP 145 14.31 6 SMASMK 110 10.86 7 Pendidikan Tinggi 43 4.24 Total 1013 100 Sumber : Diknas Halmahera Barat 2008. Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa tingkat pendidikan sebagian besar penduduk di Sidangoli, Kecamatan Jailolo Selatan adalah Sekolah Dasar dengan persentase sebesar 22.70 sedangkan hanya sekitar 4.24 43 jiwa yang mengenyam pendidikan tinggi. Hal ini sangat erat kaitannya dengan kemampuan ekonomi masyarakat setempat yang sebagian besar adalah petani dan nelayan. Mata pencaharian penduduk sebagian besar 94.38 adalah tani dan nelayan serta pedagang sedangkan sisanya 5.62 adalah pegawai negeri sipil PNS. Hal ini menunjukan bahwa perekonomian masyarakat di wiayah ini didominasi oleh sektor pertanian dan perikanan serta pedagang. Meskipun penduduk mempunyai mata pencaharian pokok, tetapi setiap rumah tangga juga mempunyai mata pencaharian tambahan dari sumber mata pencaharian lainnya. Hasil pertanian dan perikanan, biasanya langsung dipasarkan di Sidangoli. Stok ikan di pasar Sidangoli sebagian besar dipasok oleh nelayan-nelayan dari dari desa-desa pesisir Teluk Dodinga. Profil Desa Sidangoli, 2008. Estimasi produksi rata-rata dari beberapa alat tangkap yang beroperasi di perairan perairan di Teluk Dodinga dan sekitarnya adalah 238.93 tontahun. Laju tangkap dan estimasi produksi dari beberapa jenis alat tangkap yang beroperasi di perairan kecamatan Jailolo Selatan Tabel 14. Tabel 14 Laju Tangkap dan Estimasi Produksi dari Jenis Alat Tangkap No Alat Tangkap Jumlah Unit TripThn Laju Tangkap rata-rata KgTrip Estimasi Prod. rata-rata tonthn 1 2 3 4 5 Pukat cincin Jar insang Hanyut Jar insang Tetap Pancing Bagan Perahu 5 156 25 105 15 20 60 100 420 60 60 75 40 30 55 6.00 70.2 100.00 13.23 49.50 Total 306 660 260 238.93 Sumber : DKP Halmahera Barat 2008

4.5.2 Sosial Budaya.

Penduduk asli yang mendiami Kecamatan Jailolo Selatan berasal dari penduduk asli Halmahera Barat dan para pendatang dari suku Tidore dan Ternate Sangihe Talaud Sulawesi Utara, Bugis Sulawesi Selatan, Kendari Sulawesi Tenggara, Sumatera dan Jawa sehingga bahasa yang dugunakan untuk komunikasi sehari-hari adalah bahasa Ternate dan Bahasa Indonesia. Upacara adat yang kini masih dipertahankan adalah upacara perkawinan, upacara penyambutan tamu yang menujungi desa dengan tari-tarian dan proses mendirikan rumah baru. Upacara adat yang dilakukan tersebut biasanya pada saat hari-hari besar kenegaraan atau keagamaan. Bentuk kearifan lokal yang masih diterapkan di Kecamatan Jailolo Selatan hingga saat ini adalah kegiatan sou ngolo obat laut merupakan suatu tradisi dalam menjaga dan melastarikan sumberdaya pesisir dan laut. Tradisi ini biasa dilakukan sebelum para nelayan menggunakan perahunya untuk melaut. Tradisi ini diharapkan agar dalam melakukan aktifitas ke laut mancing dan lai-lain mendapat hasil tangkapan yang memuaskan dan tradisi ini juga diharapkan agar para nelayan tidak menangkap lebih dari kapasitas dan kondisi pasar ketika hasilnya didaratkan. Pemberlakuan tradisi dimaksudkan selain dari mendapatkan keuntungan dari hasil tangkapan, juga dapat memberikan perlindungan terhadap eksploitasi sumberdaya sehingga ketersediaannya tetap berkelanjutan dan menghindari terjadinya kelangkaan sumberdaya scarcity. Pemberlakuan tradisi ini yang berperan yaitu pemerintah desa, pemangku adat dan pemimpin umat imam Masjid, biasanya diminta oleh masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan agar dalam aktifitasnya tidak mendapat gangguan di laut maupun untuk mendapatkan hasil tangkapan yang memuaskan. Selain tradisi sou ngolo, bentuk kearifan lokal yang juga tetap dipertahankan oleh masyarakat sampai saat ini separti Mabari gotong royong dengan filosofi Rubu-rubu rame-rame doka saya rakomoi yang mengandung makna bahwa segala sesuatu atau pekerjaan harus dipikirkan dan dikerjakan bersama-sama tanpa membedakan suku, turunan dan agama. Berdasarkan konteks filosofi inilah sehingga dikalangan masyarakat Sidangoli dapat melahirkan kelembagaan lokal seperti dibo-dibo tengkulak dan Jojobo Arisan yang merupakan kelembagaan ekonomi bagi masyarakat petani dan nelayan.

4.5.3 Budaya Lokal.

Karakteristik budaya masyarakat Sidangoli adalah perpaduan budaya Halmahera secara umum adalah budaya Mabari gotong royong yang merupakan salah satu kearifan lokal yang sampai saat ini tetap dipertahankan. Jenis tari-tarian daerah sebagai salah satu potensi pendudung pariwisata terdiri dari tarian tide-tide, cakalele, soya-soya, salai jin, baramasuwen, dana-dana dan legu gam serta jenis musik tradisional seperti musik bambu tada dan gala. Tarian tide-tide Tarian ini merupakan tarian khas di Halmahera Barat umumnya dan dilakukan pada saat-saat tertentu seperti pada saat acara sukuran atau pesta perkawinan secara adat serta pesta rakyat. Tarian ini juga dapat disebut sebagai tarian pergaulan karena pada gerakan-gerakan tertentu memberikan makna yang sangat berarti. Penari sangat berhati-hati dalam gerakannya, dimana penari laki-laki berhadapan langsung dengan penari perempuan dan kedua tangannya diangkat memberi isyarat bahwa kedua penarinya saling menikmati dan memberikan suasana hangat bagi para pengunjung atau penonton. Tarian ini dilakukan oleh sekelompok orang baik laki-laki maupun perempuan yang diikuti oleh tiga kelompok tingkatan, yakni kelompok tingkat anak-anak, remaja dan dewasa. Sementara alat musik yang digunakan adalah tifa , gong, serilung dan biola dimana kelompok pemusik ini terdiri dari 6 orang baik laki-laki maupun perempuan sedangkan penari minimal berjumlah 12 orang masnig-masing 6 orang laki-laki dan 6 orang perempuan. Tarian Cakalele. Tarian cakelele juga merupakan tarian khas pulau Halmahera pada umumnya. Tarian ini biasanya disebut sebagai tarian perang dan juga sebagai tarian adat. Biasanya dilakukan pada saat-saat tertentu, yakni pada saat penjemputan tamu kenegaraan maupun penjemputan Sultan secara adat. Tarian ini biasanya dilakukan oleh sekelompok orang atau dua orang laki-laki dan perempuan. Penari laki-laki biasanya menggunakan alat penari yang disebut sebagai parang pedang dan salawaku penangkis sedangkan perempuan menggunakan lenso saputangan atau tangan kosong. Tarian ini biasanya seorang perempuan menari mengelilingi penari yang disebut “Basisi”. Sementara para pemusik yang mengeringi tarian ini berjumlah 4 orang dengan alat yang digunakan adalah gong dan tifa yang dilengkapi dengan pemukul yang terbuat dari kayu dan kulit kelapa. Tarian Soya-Soya. Tarian soya-soya juga merupakan tarian perang, dimana dalam sejarah peperangan antara rakyat Moloku Kie Raha melawan penjajah Portugis pada tahun 1575, tarian ini diperagakan oleh masyarakat Moloku Kie Raha Maluku Utara didepan benteng Foramadiahi Ternate yang dipimpin langsung oleh Sultan Babbullah dalam merebut jenazah Sultan Khairun yang dibunuh oleh Portugis di benteng Foramadiahi. Saat ini tarian ini dilakukan sebagai penjemput tamu-tamu kenegaraan dan Sultan secara adat. Penari dalam terian ini biasanya berjumlah 12 orang yang terdiri dari 6 pasangan dan pada saat menjemput tamu kenegaraan atau Sultan biasanya posisi para penari berada pada tepi dari badan jalan dalam memperagakan tariannya. Sementara peralatan yang digunakan dalam tarian ini adalah janur yang terbuat dari daun woka daun kelapa dan salawaku yang telah dihias sedemikian rupa, sedangakan alat musik yang dipakai adalah gong dan tifa yang dilengkapi alat pemukul yang terbuat dari kayu dan kulit kelapa dengan jumlah pemusik 4 orang. Tarian Salai Jin Tarian Salai Jin merupakan salah satuh tarian khas masyarakat Halmahera Barat. Tarian ini biasa dilakukan pada saat melakukan ritual dalam mengobati orang yang sedang sakit atau juga dilakukan pada saat ritual panen baik hasil pertanian maupun hasil budidaya dalam bidang perikanan. Peralatan yang dipakai dalam tarian ini terdiri dari tombak yang terbuat dari kayu atau bambu, ujungnya dibuat runcing dan ukiran kayu berbentuk burung bidadari yang diletakan pada ketinggian 3 – 4 meter dari permukaan tanah. Saat melakukan tarian ini biasanya tombak tersebut dipegang oleh seorang perempuan yang masih remaja atau gadis yang telah dibuatnya setengah sadar oleh para tetua adat dengan keyakinan bahwa kalau ritual ini tujuannya mengobati orang yang sedang sakit parah dengan menggunakan tombak tersebut dan ditusuk tepat pada bagian dada ukiran burung bidadari oleh gadis yang setengah sadar ini, maka orang sakit tersebut dengan sendirinya akan berangsur-angsur menuju sembuh bahkan sembuh secara total, begitu pula terhadap usaha pertanian dan perikanannya akan mendapatkan hasil yang memuaskan. Jumlah penari pada tarian ini terdiri dari seorang gadis dan dikelilingi oleh 3 – 4 orang laki-laki yang berhadapan langsung dengan seorang kakek atau nenek yang dianggap memiliki ilmu sakti dan irama penarinya mengikuti petunjuk oleh seorang kakek atau nenek karena mereka telah dibuat setengah sadar. Sementara alat musik yang mengiringinya adalah tifa, rebana dan gong. Tarian Baramasuwen. Tarian ini biasanya tarian tradisional masyarakat Halmahera Barat, dimana penarinya berjumlah antara 6 – 12 orang dengan menggunakan bambu, yakni para penari memegang bambu tepat pada ruasnya dengan panjang antara 5 – 10 meter dengan diameter antara 30 – 40 cm. Bambu yang telah dipegang oleh para penari kemudian oleh seorang yang mempunyai ilmu sakti dengan menggunakan obor atau asap rokok ditiup pada dua bagian ujungnya dan sambil memegang salah satu dari ujung bambunya sambil berteriak Baramasuwen dan para penari menjawab idadi gou-gou sebanyak 3 kali teriak maka bambu yang dipegang erat-erat oleh para penari tersebut akan terbang dan melayang membawa penarinya yang melekat pada bambunya dengan batas waktu yang tidak ditentukan hingga terjatuh ke tanah. Biasanya tarian ini dilakukan pada saat ulang tahun kenegaraan upacara 17 Agustus atau upacara adat lainnya yang diselingi dengan acara pesta rakyat. Kerajinan. Kerajian masyarakat Sidangoli dan masyarakat Halmahera Barat pada umumnya biasanya memperkenalkan kerajinan tangan berupa tikar yang terbuat dari daun bobo nipa, selain itu kerajinan lain yang ada berupa tapisan beras yang terbuat dari anyaman bambu, Tolu topi yang biasanya dipakai oleh petani dan nelayan saat melakukan aktifitasnya dan juga sebagai perhiasan dinding yang terbuat dari anyaman bambu dan lain-lain.

5.6 Kondisi Sarana dan Prasarana Wilayah.