Hasil Pemeriksaan Skor Indeks Plak

Gambar 2. Grafik rerata skor indeks plak kelompok pelakuan dan kontrol pada hari ke-0 dan ke-7 Tabel 4 menunjukkan perbandingan rerata skor indeks plak antara kelompok perlakuan dan kontrol pada hari ke-0 dan ke-7. Pada hari ke-0, perbandingan rerata skor indeks plak antara kelompok perlakuan dan kontrol tidak terdapat perbedaan yang signifikan, ditunjukkan dari nilai p 0,482 0,05. Sedangkan pada hari ke-7, perbandingan rerata skor indeks plak antara kelompok perlakuan dan kontrol terdapat perbedaan yang signifikan ditunjukkan dari nilai p 0,000 0,05. Tabel 4. Perbandingan rerata skor indeks plak antara kelompok perlakuan dan kontrol pada hari ke-0 dan ke-7 Hari Kelompok Rerata ± SD t Nilai p Perlakuan 0,697 ± 0,271 -0,709 0,482 Kontrol 0,756 ± 0,249 7 Perlakuan 0,300 ± 0,104 -11,547 0,000 Kontrol 0,831 ± 0,177 Keterangan: SD = Standar Deviasi, Uji T Independent bermakna jika p 0,05 Tabel 5 menunjukkan selisih rerata dan standar deviasi skor indeks plak sebelum dan sesudah pada kelompok perlakuan sebesar 0,397 ± 0,282, dengan nilai p 0,000 0,05, yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna dari skor indeks plak pada kelompok perlakuan. Sedangkan selisih rerata dan standar deviasi skor indeks plak sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol sebesar -0,075 ± 0,232 , dengan nilai p 0,164 0,05, yang berarti tidak terdapat perbedaan yang bermakna dari skor indeks plak pada kelompok kontrol. Tanda minus - berarti skor indeks plak pada hari ke-7 lebih besar daripada hari ke-0. Tabel 5. Perbandingan selisih rerata skor indeks plak sebelum dan sesudah pada kelompok perlakuan dan kontrol Perbandingan Kelompok Rerata ± SD t Nilai p Selisih Skor Plak H-0 dan H-7 Kelompok Perlakuan 0,397 ± 0,282 6,297 0,000 Selisih Skor Plak H-0 dan H-7 Kelompok Kontrol -0,075 ± 0,232 -1,449 0,164 Keterangan: SD = Standar Deviasi, Uji T dependent bermakna jika p 0,05

BAB 5 PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa terdapat penurunan skor indeks plak pada subjek perlakuan setelah menggunakan ekstrak biji kopi robusta Coffea canephora 1,5 sebagai obat kumur yang dapat dilihat berdasarkan hasil statistik bahwa terdapat perbedaan bermakna pada kelompok perlakuan. Hasil statistik menunjukkan terdapat penurunan yang signifikan secara statistik pada kelompok perlakuan pada hari ke-7. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa berkumur dengan ekstrak biji kopi robusta 1,5 efektif dalam menurunkan akumulasi plak. Hal ini disebabkan karena adanya kandungan senyawa aktif dari biji kopi robusta yang memiliki efek antibakterial dan antiadhesif. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Antonio et al 2012 mengenai efektivitas ekstrak biji kopi robusta yang menunjukkan bahwa jumlah bakteri dalam biofilm rongga mulut menurun sebesar 15 secara ex vivo. 12 Mehta VV et al 2014 menyatakan senyawa polifenol pada ekstrak kopi robusta merupakan senyawa utama yang berperan dalam aktivitas antibakterial. 13 Analisis kimiawi ekstrak kopi menunjukkan bahwa chlorogenic acids, trigonelline, caffeic acid, dan kafein yang memicu aktivitas inhibisi melawan biofilm secara ex vivo. 12 Antonio et al 2010 menyatakan bahwa kandungan 5-CQA, trigonelline, dan caffeic acid dari biji kopi robusta memicu aktivitas hambat melawan pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. 30 Dalam aktivitas antibakterialnya, Antonio et al 2012 menyatakan kandungan biji kopi robusta menghambat proses metabolik kritis dari Streptococcus mutans. 15 Penelitian ini dilakukan selama 7 hari berdasarkan Penelitian Norris et al 1996 yang menyatakan bahwa ekstrak biji kopi robusta dapat menyebabkan lisis bakteri setelah 7 hari perlakuan. 31 Penelitian F. M. da Silva et al 2014 menunjukkan bahwa senyawa trigonelline merupakan senyawa dalam kopi yang paling efektif dalam melawan bakteri Streptococcus mutans. 32 Kandungan aluminium pada biji kopi robusta juga menunjukkan aktivitas antimikrobialnya terhadap patogen periodontal yang secara signifikan menurunkan kemampuan streptokokkus untuk berkolonisasi pada permukaan enamel dan menurunkan stabilitas koloidal bakteri rongga mulut. 12 Analisis statistik menunjukkan terjadinya peningkatan skor indeks plak pada kelompok kontrol. Peningkatan skor plak dapat terjadi karena subjek kelompok kontrol hanya melakukan kontrol plak secara mekanis dengan penyikatan gigi, yang tidak selalu efektif dalam penyingkiran plak. Selama penelitian berlangsung, subjek penelitian tidak ada menyampaikan adanya keluhan rasa tidak nyaman dan efek samping yang timbul selama pemakaian obat kumur. Bahan etanol 70 dipakai dalam proses ekstraksi karena sifatnya polar-protik karena etanol mengandung lebih banyak air sebagai pengotor yang dapat lebih banyak melarutkan senyawa flavonoid, salah satunya tannin. 33 Harborne 1996 menyebutkan bahwa flavonoid berupa senyawa yang larut di dalam air dan dapat diekstraksi dengan etanol 70. 34