karyawan maupun sesama karyawan serta baiknya daya tanggap dalam melayani konsumen sehingga menciptakan kepuasan bagi konsumen.
Keberhasilan usaha tidak hanya membutuhkan lingkungan kerja yang baik dan mendukung, faktor lainnya adalah karakteristik individu di mana dalam hal
ini merupakan seluruh karyawan serta pemilik usaha Sup Kambing Khasmir itu sendiri yang memiliki komitmen dan bermotivasi untuk mencapai tujuan usaha
yaitu tercapainya target penjualan dan kepuasan konsumen. Peneliti melihat bahwa karakterisitik setiap individu yang membuat usaha Sup Kambing Khasmir
mencapai tujuan tersebut adalah kemampuan intelektual, kemampuan fisik, baiknya kerjasama antar karyawan, hubungan yang baik antar pemilik dan
karyawan serta sikap karyawan terhadap pekerjaannya. Selain itu lingkungan kerja yang masih memiliki beberapa kekurangan menjadikan alasan peneliti
melakukan penelitian ini. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha tersebut sehingga peneliti
membuat penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Lingkungan Kerja dan Karakteristik Individu terhadap Keberhasilan Usaha Baru Studi Kasus
pada Usaha Sup Kambing Khasmir Ringroad Medan”.
1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan yang ingin dibahas berdasarkan latar belakang penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
“ Apakah lingkungan kerja dan karakteristik individu berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keberhasilan usaha baru pada usaha Sup
Kambing Khasmir ? ”
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui dan menganalisis faktor lingkungan kerja dan karakteristik individu yang mempengaruhi keberhasilan
usaha baru pada usaha Sup Kambing Khasmir.
1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
a. Bagi pemilik usaha, sebagai sumber informasi untuk menjadi
pertimbangan bagi para wirausahawan dalam mendirikan dan menjalankan suatu usaha dan sebagai bahan masukan kepada para wirausahawan
mengenai bagaimana pentingnya menerapkan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha baru.
b. Bagi peneliti, untuk menambah kontribusi bagi pemikiran guna
memperluas cakrawala berpikir khususnya dalam bidang kewirausahaan. c.
Bagi peneliti lain, sebagai bahan referensi yang nantinya dapat memberikan perbandingan dalam mengadakan penelitian lebih lanjut di
masa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Uraian Teoritis 2.1.1
Pengertian Wirausaha
Pengertian wirausahawan entrepreneur secara sederhana adalah orang yang berjiwa berani mengambil risiko untuk membuka usaha dalam berbagai
kesempatan. Berjiwa berani mengambil risiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam
kondisi tidak pasti. Kegiatan wirausaha dapat dilakukan seorang diri atau berkelompok. Seorang wirausahawan dalam pikirannya selalu berusaha mencari,
memanfaatkan, serta menciptakan peluang usaha yang dapat memberikan keuntungan Kasmir, 2006 : 16.
Machfoedz 2005:9 menyatakan bahwa seorang wirausahawan adalah pribadi yang mandiri dalam mengejar prestasi, ia berani mengambil risiko untuk
mulai mengelola bisnis demi mendapatkan laba. Karena itu, ia lebih memilih menjadi pemimpin daripada menjadi pengikut, untuk itu seorang wirausahawan
memiliki rasa percaya diri yang kuat dan mempertahankan diri ketika menghadapi tantangan pada saat merintis usaha bisnis. Dalam menghadapi berbagai
permasalahan, seorang wirausahawan senantiasa dituntut kreatif. Kewirausahaan merupakan sebuah alat dari pandangan hidup seseorang
yang menginginkan adanya kebebasan dalam ekonomi untuk menciptakan sesuatu yang baru dengan menggunakan sumber daya yang ada. Untuk mencapai tersebut
tentunya harus pandai memanfaatkan peluang-peluang melalui kesempatan bisnis,
Universitas Sumatera Utara
kemampuan manajemen pengambilan resiko yang tepat untuk mencapai kesempatan, dan melalui kemampuan komunikasi dan keahlian manajemen dalam
menggerakkan manusia, keuangan dan sumber daya materi untuk menghasilkan proyek dengan baik Ranto, 2007: 21.
2.1.2 Pengertian Usaha Kecil
Pengertian usaha kecil menimbulkan pandangan yang berbeda di benak masing-masing. Mungkin langsung tergambar pada benak sebagian orang adalah
sebuah toko kelontong yang menjual kebutuhan sehari-hari, atau seorang penjual es yang menggunakan gerobak atau bahkan seorang pedagang roti keliling yang
menjajakan dagangannya dengan menggunakan sepeda yang telah dimodifikasi. Usaha kecil adalah suatu usaha yang memiliki sepuluh gerobak untuk
berjualan roti atau es, dan bahkan toko kelontong yang mempunyai dua atau tiga bahkan lebih cabang. Usaha kecil menurut surat edaran Bank Indonesia No.
261UKK tanggal 29 Mei 1993 perihal kredit Usaha Kecil KUK adalah usaha yang memiliki total aset maksimum Rp. 600 juta enam ratus juta rupiah tidak
termasuk tanah dan rumah yang ditempati. Pengertian usaha kecil ini meliputi usaha perseorangan, badan usaha swasta dan koperasi, sepanjang aset yang
dimiliki tidak melebihi nilai Rp. 600 juta. Menurut UU No. 91995 tentang Usaha Kecil yang dimaksud dengan
usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dalam memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan seperti kepemilikan
sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Usaha kecil yang dimaksud di sini meliputi usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional. Adapun usaha kecil
Universitas Sumatera Utara
informal adalah berbagai usaha yang belum terdaftar, belum tercatat, dan belum berbadan hukum, antara lain petani penggarap, industri rumah tangga, pedagang
asongan, pedagang keliling, pedagang kaki lima, dan pemulung. Sedangkan usaha kecil tradisional adalah usaha yang menggunakan alat produksi sederhana
yang telah digunakan secara turun temurun, dan berkaitan dengan seni dan budaya Anoraga, 2002:45.
Definisi UKM menurut Biro Pusat Statistik BPS lebih mengacu kepada klasifikasi skala usaha dan jumlah tenaga kerja yang diserap. UKM menurut Biro
Pusat Statistik BPS adalah usaha skala kecil yang menggunakan kurang dari 5 lima orang karyawan atau usaha menengah yang menyerap tenaga kerja antara 5
lima hingga 19 sembilan belas orang.
2.1.3 Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja dalam suatu perusahaan sangat penting untuk diperhatikan manajemen. Meskipun lingkungan kerja tidak melaksanakan proses
produksi dalam suatu perusahaan, namun lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap para karyawan yang melaksanakan proses produksi tersebut.
Lingkungan kerja yang baik bagi karyawan dapat meningkatkan kinerja. Sebaliknya, lingkungan kerja yang tidak memadai akan dapat menurunkan kinerja
dan akhirnya menurunkan motivasi kerja karyawan. Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan baik atau sesuai apabila karyawan
dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman dan nyaman. Kesesuaian lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya dalam jangka waktu yang
lama. Lebih jauh lagi lingkungan-lingkungan kerja yang kurang baik dapat
Universitas Sumatera Utara
menuntut tenaga kerja dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien.
2.1.3.1 Pengertian Lingkungan Kerja
Menurut Forehand dan Gilmer dalam Agustini 2006:8 lingkungan kerja adalah suatu set ciri-ciri yang membedakan suatu organisasi dengan organisasi
lainnya dalam jangka waktu panjang dan mempengaruhi tingkah laku manusia dalam organisasi tersebut”.
Cikmat dalam Nawawi 2003:292 menyatakan bahwa “lingkungan kerja adalah serangkaian sifat kondisi kerja yang dapat diukur berdasarkan persepsi
bersama dari para anggota organisasi yang hidup dan bekerjasama dalam suatu organisasi”.
Sedangkan Lussier dalam Nawawi 2003: 293 mengartikan bahwa “lingkungan kerja adalah kualitas internal organisasi yang relatif berlangsung terus
menerus yang dirasakan oleh anggotanya”. Sementara itu, menurut Steers dalam Agustini 2006: 8 berpendapat bahwa “lingkungan kerja merupakan ciri-ciri dalam
organisasi yang mempengaruhi tingkah laku pekerja”. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa lingkungan
kerja adalah suatu tempat di mana anggota organisasi melaksanakan pekerjaannya dan merupakan suatu kondisi kondisi kerja yang dapat diukur berdasarkan sifat dan
persepsi subjektif bersama dari anggotanya yang hidup dan bekerja secara bersama yang berlangsung secara terus menerus serta menghasilkan tindakan berkesan dalam
menjalankan tugas dan pekerjaannya.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja
Menurut Nawawi 2003: 226 faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja adalah sebagai berikut:
“Lingkungan kerja dapat berbentuk kondisi fisik kondisi kerja dan non fisik iklim kerja. Kondisi fisik kondisi kerjaadalah kemampuan mengatur dan
memelihara ruang kerja agar selalu rapi, sehat dan bersih sehingga menjadi tempat kerja yang menyenangkan dan membetahkan. Sedangkan kondisi kerja non fisik
iklim kerja berkenaan dengan suatu keadaan yang terbentuk berdasarkan hubungan kerja antara atasan dengan bawahan dan bawahan dengan bawahan yang dirasakan
menyenangkan.” Adapun penjelasan mengenai pendapat Nawawi tersebut di atas yaitu:
a. Kondisi fisik kondisi kerja merupakan keadaan kerja dalam perusahaan
yang meliputi penerangan tempat kerja, penggunaan warna, pengaturan suhu udara, kebersihan, dan ruang gerak.
b. Kondisi non fisik iklim kerja sebagai hasil persepsi karyawan terhadap
lingkungan kerja tidak dapat dilihat atau disentuh tetapi dapat dirasakan oleh karyawan tersebut. Iklim kerja dapat dibentuk oleh para pemimpin yang
berarti pimpinan tersebut harus mempunyai kemampuan dalam membentuk iklim kerja tersebut.
2.1.4 Karakteristik Individu
2.1.4.1 Pengertian Karakteristik Individu
Setiap manusia mempunyai karakteristik individu yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Di mana dapat dijelaskan oleh beberapa
pendapat dari berbagai ahli sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Rivai 2006:67 menyatakan bahwa k
arakteristik individu adalah ciri-ciri khusus, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang dimiliki seseorang
yang membedakannya dengan orang lain .
Menurut Maslow dalam Gibson et.al. 2000:132, menggambarkan karakteristik individu yang didefinisikan sebagai orang yang beraktualisasi diri
mengenai: 1.
Kemampuan mempersepsi orang dan kejadian-kejadian dengan akurat. 2.
Kemampuan melepaskan diri sendiri dari kekalutan kehidupan. 3.
Orientasi masalah tugas. 4.
Kemampuan untuk memperoleh kepuasan pribadi dari pengembangan pribadi dalam melakukan suatu hal yang berharga.
5. Kapasitas untuk mencintai dan mengalami kehidupan dengan cara yang
sangat mendalam. 6. Ketertarikan pada tujuan apa yang mereka sedang kerjakan.
7. Kreativitas yang tinggi dalam bekerja. Menurut Robbins 2008, menyatakan bahwa faktor-faktor yang mudah
didefinisikan dan tersedia, data yang dapat diperoleh sebagian besar dari informasi yang tersedia dari seorang karyawan dapat mengemukakan karakteristik individu.
Lebih lanjut Robbins 2008, mengemukakan bahwa variabel ditingkat individu meliputi karakteristik biografis, kemampuan dan kepribadian. Karakteristik
biografis meliputi: usia, jenis kelamin, status perkawinan,banyaknya tanggungan dan masa kerja dengan suatu organisasi dari karyawan itu sendiri. Karakteristik
kemampuan meliputi kemampuan intelektual dan fisik, sedangkan karakteristik pribadi meliputi sikap seorang karyawan.
Universitas Sumatera Utara
Dari uraian di atas, terlihat bahwa setiap karyawan sebagai individu memiliki karakteristik yang berbeda. Perbedaan ini menggambarkan bahwa
karakteristik individu tidak akan sama antara seorang karyawan dengan karyawan yang lainnya.
2.1.4.2 Kemampuan
Menurut Tampubolon 2008, .
Ability adalah kemampuan yang berkaitan dengan kinerja seseorang
. . Dengan kata lain, orang mampu untuk menampilkan
kemampuan kerja dan melaksanakan tugas dengan baik, misalnya seseorang yang dapat menyelesaikan tugas-tugasnya tanpa kesalahan dalam batas waktu yang
telah ditentukan. Sofyandi dan Garniwa 2007, menyatakan bahwa
k emampuan adalah sifat
yang dibawa dari lahir atau dipelajari yang memungkinkan seseorang menyelesaikan pekerjaannya
. Menurut Robbins 2008:57, ada dua jenis kemampuan yang dimiliki oleh
seseorang, yaitu: 1.
Kemampuan Intelektual Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk
melakukan atau menjalankan kegiatan mental. Ada 7 tujuh dimensi yang membentuk kemampuan intelektual, yakni:
a Kecerdasan numerik adalah kemampuan berhitung dengan cepat dan tepat.
b Pemahaman verbal yaitu kemampuan memahami apa yang dibaca atau didengar.
Universitas Sumatera Utara
c Kecepatan perseptual yaitu kemampuan mengenal kemiripan dan perbedaan visual dengan cepat dan tepat.
d Penalaran induktif adalah kemampuan mengenal suatu urutan logis dalam satu masalah dan pemecahannya.
e Penalaran deduktif yaitu kemampuan menggunakan logika dan menilai implikasi dari suatu argumen.
f Visualisasi ruang yaitu kemampuan membayangkan bagaimana suatu obyek akan tampak seandainya posisi dalam ruang diubah.
g Ingatan adalah berupa kemampuan menahan dan mengenang kembali pengalaman masa lalu.
2. Kemampuan Fisik
Kemampuan fisik adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas yang menuntut daya stamina, kecekatan, dan ketrampilan. Kalau kemampuan
intelektual berperan besar dalam pekerjaan yang rumit, kemampuan fisik hanya mengandalkan kapabilitas fisik.
2.1.4.3 Sikap
Menurut Robbins 2008:92, Sikap atau attitude adalah pernyataan evaluatif, baik yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan terhadap objek,
individu, atau peristiwa. Hal ini mencerminkan bagaimana perasaan seseorang tentang sesuatu.
Menurut Robbins 2008:93, ada 3 tiga komponen utama dari sikap, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Komponen Kognitif
Segmen opini atau keyakinan dari sikap, yang menentukan tingkatan untuk bagian yang lebih penting dari sebuah sikap.
2. Komponen Afektif
Segmen emosional atau perasaan dari sikap. 3.
Komponen Perilaku Niat untuk berperilaku dalam cara tertentu terhadap seseorang atau
sesuatu. Menurut Robbins 2008:99, ada 2 dua faktor pendukung sikap kerja
yang utama,yaitu: 1.
Kepuasan Kerja Kepuasan kerja atau job satisfaction dapat didefinisikan sebagai suatu
perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya.
2. Keterlibatan Pekerjaan
Keterlibatan pekerjaan atau job involvement mengukur tingkat sampai mana individu secara psikologis memihak pekerjaan mereka dan
menganggap penting tingkat kinerja yang dicapai sebagai bentuk penghargaan diri.
2.1.5 Keberhasilan Usaha
Menurut Nasution 2001:12, sebuah perusahaan dikatakan meraih keberhasilan usaha jika dana usahanya bertambah, hasil produksi meningkat,
keuntungan bertambah, kepuasan pelanggan, perkembangan usaha serta penghasilan karyawan dari perusahaan tersebut bertambah.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Ranto 2007:20 keberhasilan berwiraswasta tidaklah identik dengan seberapa berhasil seseorang mengumpulkan uang atau harta serta menjadi
kaya, karena kekayaan bisa diperoleh dengan berbagai cara sehingga menghasilkan nilai tambah.
Berusaha lebih dilihat dari bagaimana seseorang bisa membentuk, mendirikan, serta menjalankan usaha dari sesuatu yang tadinya tidak berbentuk,
tidak berjalan atau mungkin tidak ada sama sekali. Seberapa pun kecilnya ukuran suatu usaha jika dimulai dari nol dan bisa berjalan dengan baik maka nilai
berusahanya jelas lebih berharga daripada sebuah organisasi besar yang dimulai dengan bergelimang fasilitas.
Menurut Hutagalung 2008:50, sukses tidak terjadi secara kebetulan, secara instan dan tidak pula turun tiba-tiba dari langit. Sukses adalah buah dari
proses sistematis, perjalanan panjang dan kerja keras. Sukses selalu diukur dengan uang, harta, jabatan, keluarga, ketenaran nama. Sukses besar berarti akumulasi
dari kesemuanya.
2.1.5.1 Faktor-faktor Keberhasilan Usaha
1. Motivasi
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Center for Entrepreneurial Research dalam Zimmerer Scarborough, 2002:85 menemukan 69 siswa menengah
atas ingin mulai menjalankan usaha mereka sendiri. Motivasi utamanya adalah be their own bosses.
2. Usia
Ronstandt dalam Staw, 1991 menyatakan kebanyakan wirausaha memulai usahanya antara usia 25-30 tahun. Sementara Staw 1991,
Universitas Sumatera Utara
mengungkapkan bahwa umumnya pria memulai usaha sendiri ketika berumur 30 tahun dan wanita pada usia 35 tahun. Harlock 1991 berpendapat bahwa
perkembangan karir berjalan seiring dengan perkembangan manusia. Setiap kelompok manusia memiliki ciri-ciri khas bila dikaitkan dengan perkembangan
karir. Pendapat Harlock senada dengan pendapat Staw 1991 bahwa usia bisa
terkait dengan keberhasilan. Bedanya, Harlock menekankan pada kemantapan karir, sedangkan Staw 1991 menekankan bertambahnya pengalaman. Menurut
Staw 1991, usia bisa terkait keberhasilan bila dihubungkan dengan lamanya seseorang menjadi wirausaha. Dengan bertambahnya pengalaman ketika usia
seseorang bertambah maka usia memang terkait dengan keberhasilan. 3.
Pengalaman. Pengalaman mengelola usaha bisa diperoleh sejak kecil karena
pengasuhan yang diberikan oleh orang tua yang berprofesi sebagai wirausaha. dalam Hutagalung, 2008:9
2.2. Penelitian Terdahulu
Sari 2008 melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Karakteristik Individu Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada CV.
Kawan Kita Klaten”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh
mana pengaruh karakteristik individu terhadap kinerja karyawan CV. Kawan Kita Klaten, pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan CV. Kawan Kita
Klaten dan mengetahui pengaruh bersama karakteristik individu dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan CV. Kawan Kita Klaten . Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa karakteristik individu dan lingkungan kerja
Universitas Sumatera Utara
berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan CV. Kawan Kita Klaten dan menunjukkan bahwa variabel lingkungan kerja merupakan faktor yang
berpengaruh dominan terhadap kinerja karyawan.
Lingga 2008 melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Studi pada Karyawan Bagian
Produksi Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo Cabang Malang”.
Penelitian ini bertujuan menjelaskan pengaruh lingkungan kerja yang terdiri dari variabel lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik sebagai variabel
bebas terhadap variabel kinerja karyawan sebagai variabel terikat secara parsial dan simultan. Hasil penelitian yang didapat adalah variabel lingkungan kerja fisik
X
1
dan lingkungan kerja non fisik X
2
mempunyai pengaruh signifikan terhadap variable kinerja karyawan Y.
2.3. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang diteliti. Pertautan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah
dideskripsikan akan dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel yang diteliti. Sintesa tentang hubungan
variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis Sugiyono, 2005:49.
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah dapat disusun sebuah kerangka konseptual, yaitu :
Menurut Nasution 2001:12, sebuah perusahaan dikatakan meraih keberhasilan usaha jika dana usahanya bertambah, hasil
Universitas Sumatera Utara
produksi meningkat, keuntungan bertambah, kepuasan pelanggan, perkembangan usaha serta penghasilan anggota dari perusahaan tersebut bertambah.
Menurut Lussier dalam Nawawi 2003:293
lingkungan kerja adalah kualitas internal organisasi yang relatif berlangsung terus menerus yang dirasakan
oleh anggotanya. Lingkungan kerja dapat berbentuk kondisi fisik kondisi kerja dan
non fisik iklim kerja. Kondisi fisik kondisi kerja adalah kemampuan mengatur dan memelihara ruang kerja agar selalu rapi, sehat dan bersih sehingga menjadi tempat
kerja yang menyenangkan dan membetahkan. Sedangkan kondisi kerja non fisik iklim kerja berkenaan dengan suatu keadaan yang terbentuk berdasarkan hubungan
kerja antara atasan dengan bawahan dan bawahan dengan bawahan yang dirasakan menyenangkan.
Lingkungan kerja yang baik, menyenangkan dan membuat karyawan merasa nyaman dalam bekerja sera didukung sarana dan prasarana yang memadai ditempat
kerja pada suatu perusahaan dapat menjadi salah satu faktor dalam meningkatkan kinerja karyawan lebih baik lagi sehingga setiap karyawan yang bekerja dapat
termotivasi memberikan kontribusi pencapaian tujuan usaha yaitu keberhasilan usaha itu sendiri.
Menurut Robbins 2008, menyatakan bahwa faktor-faktor yang mudah didefinisikan dan tersedia, data yang dapat diperoleh sebagian besar dari informasi
yang tersedia dari seorang karyawan dapat mengemukakan karakteristi individu. Lebih lanjut Robbins 2008, mengemukakan bahwa variabel ditingkat individu
meliputi karakteristik biografis, kemampuan dan kepribadian. Karakteristik kemampuan meliputi kemampuan intelektual dan fisik, sedangkan karakteristik
pribadi meliputi sikap seorang karyawan.
Universitas Sumatera Utara
Setiap karyawan sebagai individu memiliki karakteristik yang berbeda. Perbedaan ini menggambarkan bahwa karakteristik individu tidak sama antara
seorang karyawan dengan karyawan yang lainnya. Keunikan karakterisitik membantu memberi masukan, kontribusi dan solusi yang berbeda terhadap
pencapaian suatu tujuan usaha yaitu mencapai suatu keberhasilan usaha.. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja fisik
maupun non fisik yang dapat meningkatkan kinerja karyawan maka secara otomatis keberhasilan akan tercapai dengan mudah. Sedangkan karakteristik
individu tiap karyawan yang memiliki keunikan tersendiri yang dihubungkan melalui kemampuan dan kepribadian masing-masing karyawan yang berbeda dan
relevan dengan deskripsi pekerjaan karyawan yang berbeda pula dapat membantu memberikan kontribusi besar dalam keberhasilan suatu usaha.
Kerangka konseptual dapat dibuat secara skematis sebagai berikut :
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Penelitian
Karakteristik Individu X
2
Keberhasilan Usaha
Y Lingkungan Kerja
X
1
Sumber : Nawawi 2003, Robbins 2008 dan Nasution 2001 diolah
Universitas Sumatera Utara
2.4. Hipotesis