Jumlah pengukuran waktu dikatakan cukup apabila jumlah pengukuran minimum secara teoritis lebih kecil atau sama dengan jumlah pengukuran
pendahuluan yang sudah dilakukan N’ ≤ N. Jika jumlah pengukuran masih
belum mencukupi maka harus dilakukan pengukuran lagi sampai jumlah pengukuran tersebut cukup.
3.6.6. Perhitungan Waktu
Dengan melihat bagan, maka dapat diketahui bahwa : -
Waktu siklus adalah waktu hasil pengamatan secara langsung yang tertera dalam stopwatch.
- Waktu normal adalah waktu siklus dengan telah mempertimbangkan
penyesuaian. -
Waktu baku adalah waktu normal dengan mempertimbangkan faktor kelonggaran allowance .
Dengan rumus : Wb = Wn waktu normal x 1 + allowance Atau
Allowance normal
Waktu baku
Waktu 100
100 −
× =
di mana, Wn = Ws waktu siklus x p faktor penyesuaian
3.6.7. Penyesuaian dan Kelonggaran
Waktu siklus Waktu normal
Waktu baku Sistem
kerja
Faktor penyesuaian Kelonggaran
Universitas Sumatera Utara
3.6.7.1. Penyesuaian
Penyesuaian adalah suatu proses dimana pada saat melakukan pengukuran, pengamat mengukur dan membandingkan performansi kerja operator terhadap
konsep kecepatan kerja yang dimiliki oleh pengamat mengenai perfomansi normal. Untuk memudahkan pemilihan konsep wajar, seorang pengukur dapat
mempelajari bagaimana bekerjanya seorang operator yang dianggap normal yaitu, jika seorang operator bekerja tanpa usaha-usaha yang berlebihan sepanjang hari
bekerja, menguasai cara kerja yang ditetapkan, dan menunjukkan kesungguhan dalam menjalankan kegiatannya.
Biasanya penyesuaian dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata-rata dengan suatu harga p yang disebut faktor penyesuaian. Harga penyesuaian p = 1
berarti bahwa operator bekerja dengan wajar berdasarkan pendapatan pengukur, namun jika p 1 itu berarti pengukur berpendapat bahwa operator bekerja di atas
batas kewajaran terlalu cepat dan sebaliknya jika operator bekerja dibawah normal terlalu lambat menurut pendapat pengukur maka p 1. Selain hal tersebut
diatas, ada juga beberapa cara menentukan faktor penyesuaian. 1. Cara Persentase.
Dalam hal ini faktor penyesuaian ditentukan oleh pengukur berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama melakukan pengukuran. Oleh karena
itu cara ini merupakan cara yang paling mudah dan sederhana namun penilaiannya masih kasar. Misalnya, pengukur berpendapat bahwa p = 110
. Jika waktu siklusnya 14,6 menit maka Wn = 14,6 x 1,1 = 16,6 menit 2. Cara Shumard.
Universitas Sumatera Utara
Cara ini didasarkan kepada kelas-kelas perfomansi kerja yang akan menjadi penentu dalam penilaian dengan setiap kelas mempunyai nilai-
nilai sendiri. 3. Cara Westinghouse
Cara ini mengarahkan penilaian pada 4 faktor yang dianggap sangat menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu:
a. Keterampilan atau skill
b. Usaha
c. Kondisi kerja
d. Konsistensi
4. Cara Obyektif Kecepatan kerja dan tingkat kesulitan pekerjaan menjadi perhatian utama
dalam cara ini karena kedua faktor ini dipandang secara bersama-sama menentukan berapa besarnya harga p untuk mendapatkan waktu normal.
5. Cara Bedaux Cara ini diakukan hampir sama dengan cara Shumard, hanya saja nilai-
nilai pada cara Bedaux dinyatakan dalam ”B”, misalnya 60 B 6. Cara Sintesa
Cara ini mengevaluasi perfomansi kerja operator berdasarkan nilai waktu yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Prosedur yang dilakukan adalah
dengan melaksanakan pengukuran kerja seperti biasanya dan membandingkan waktu yang diukur dengan waktu penyelesaian elemen
kerja yang sebelumnya sudah diketahui data waktunya.
Universitas Sumatera Utara
3.6.7.2. Kelonggaran
Kelonggaran pada dasarnya adalah suatu faktor koreksi yang harus diberikan kepada waktu kerja operator, karena dalam melakukan pekerjaannya,
operator bisa terganggu oleh hal-hal yang tidak diinginkan namun sifatnya alamiah
12
12
Yanto. Analisis, Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi.Jakarta. Unika Atmajaya. 2007
. Kelonggaran diberikan untuk 3 hal, yaitu kelonggaran untuk kebutuhan
pribadi, menghilangkan rasa fatique, dan hambatan-hambatan yang tidak bisa dihindarkan, dimana ketiga hal tersebut secara nyata dibutuhkan oleh pekerja
selama melakukan pekerjaannya. 1. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi.
Yang dimaksud dengan kebutuhan pribadi adalah hal-hal seperti minum sekadarnya untuk menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, bercakap-
cakap dengan teman sekerja sekedar untuk menghilangkan ketegangan ataupun kejemuan dalam kerja. Dimana kebutuhan-kebutuhan seperti ini
mutlak dibutuhkan dan dilakukan oleh pekerja. 2. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique.
Rasa fatique tercermin dari menurunnya jumlah maupun kualitas hasil produksi. Untuk itu pekerja harus diberi kesempatan untuk beristirahat
sekedarnya stretching, bahkan bila perlu pergi ke luar ruangan kerja untuk menghilangkan kelelahan.
3. Kelonggaran untuk hambatan-hambatan tak terhindarkan.
Universitas Sumatera Utara
Hambatan-hambatan tak terhindarkan terjadi diluar kekuasaan pekerja untuk mengendalikannya. Yang termasuk ke dalam hambatan-hambatan
yang tak terhindarkan yaitu: menerima atau meminta petunjuk kepada pengawas, melakukan penyesuaian kepada pengawas, listrik padam,
peralatan rusak, serta gangguan-gangguan kerja lainnya.
3.7. Reliabilitas