Uji Regresi Linier Berganda Uji Determinasi Struktur Organisasi PT. Angkasa Pura II persero Bandara

tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika varians berbeda disebut homokedastisitas. Model yang baik adalah tidak terjadi homokedastisitas Arief, 1993: Gujarati, 2001 dalam Juliandi, 2013:171.

3.8.3. Uji Regresi Linier Berganda

Analisis merupakan salah satu alat analisis yang menjalankan tentang akibat yang di timbulkan oleh satu atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Adapun digunakannnya alat analisis regresi linier ditujukan untuk memprediksikan nilai variabel terikat dan menjelaskan pengaruhnya. Dalam hal ini penulis menggunakan jenis uji regresi liner berganda untuk mengetahui pengaruh variabel X1 dan X2 terhadap Y secara bersamaan. Regresi linier berganda didasarkan pada pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap variabel terikat. Berikut rumus untuk melihat analisis linier berganda. Y = � + � 1 X1 + � 2 X2 + e Keterangan : Y = Prestasi Kerja X1 = Nilai variabel prediktor yang memprediksi X2 = Nilai variabel prediktor yang memprediksi � 1 = Bilangan koefisien prediktor motivasi kerja � 2 = Bilangan koefisien prediktor kepuasan kerja � = konstanta e = Standar error

3.8.4 Uji Determinasi

� � Koefisien Determinasi berganda atau R- squere � 2 adalah untuk melihat bagaimana variasi nilai variabel terikat dipengaruhi oleh variasi nilai variabel bebas Juliandi, 2013:174. Nilai � 2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi- variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel indevenden memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

3.8.5 Pengujian Hipotesi

Model regresi linier berganda yang sudah memenuhi syarat asumsi klasik akan digunakan untuk pengujian hipotesis dengan menggunakan uji F dan uji T.

3.8.5.1 Uji Simultan Uji - F

Uji F digunakan untuk menguji apakah variabel bebas memiliki pengaruh secara bersamaan terhadap variabel terikat. Untuk menganalisis apakah hipotesis diterima atau ditolak, maka dapat dilihat nilai F yakni pada nilai probabilitasnya. Dimana hipotesisnya adalah : a. H0 : terdapat pengaruh yang tidak signifikan b. Ha : terdapat pengaruh yang signifikan Adapun kriteria penerimaan atau penolakan hipotesisnya adalah sebagai berikut : a. Tolak H0 jika nilai probabilitasnya dihitung ≤ taraf signifikansi sebesar 0.05 Sig ≤ � 0.05 b. Terima H0 jika nilai probabilitas yang dihitung taraf signifikansi 0.05 Sig � 0.05

3.8.5.2 Uji Parsial Uji - T

Uji T digunaka untuk menguji hipotesis apabila peneliti menganalisis regresi persial sebuah variabel bebas dengan sebuah variabel terikat. Maka pengujian ini dapat dilihat dari nilai probabilitasnya. Hipotesisnya adalah: a. H0 : terdapat pengaruh yang tidak signifikan b. Ha : terdapat pengaruh yang signifikan Adapn kriteria penerimaanpenolakan hipotesisnya adalah sebagai berikut: a. Tolak H0 jika nilai probabilitas yang dihitung ≤ taraf signifikansi sebesar 0.05 Sig ≤ � 0.05 b. Terima H0 jika nilai probabilitas yang dihitung taraf signifikansi 0.05 Sig � 0.05 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan PT. Angkasa Pura II Persero PT Angkasa Pura II Persero, selanjutnya disebut “Angkasa Pura II” atau “Perusahaan” merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam bidang usaha pelayanan jasa kebandar udaraan dan pelayanan jasa terkait bandar udara di wilayah Indonesia Barat. Angkasa Pura II telah mendapatkan kepercayaan dari Pemerintah Republik Indonesia untuk mengelola dan mengupayakan pengusahaan Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng yang kini berubah nama menjadi Bandara Internasional Jakarta Soekarno-Hatta serta Bandara Halim Perdanakusuma sejak 13 Agustus 1984. Keberadaan Angkasa Pura II berawal dari Perusahaan Umum dengan nama Perum Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng melalui Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 1984, kemudian pada 19 Mei 1986 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1986 berubah menjadi Perum Angkasa Pura II. Selanjutnya, pada 17 Maret 1992 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 1992 berubah menjadi Perusahaan Perseroan Persero. Seiring perjalanan perusahaan, pada 18 November 2008 sesuai dengan Akta Notaris Silvia Abbas Sudrajat, SH, SpN Nomor 38 resmi berubah menjadi PT Angkasa Pura II Persero. Berdirinya Angkasa Pura II bertujuan untuk menjalankan pengelolaan dan pengusahaan dalam bidang jasa kebandar udaraan dan jasa terkait bandar udara dengan mengoptimalkan pemberdayaan potensi sumber daya yang dimiliki dan penerapan praktik tata kelola perusahaan yang baik. Hal tersebut diharapkan agar dapat menghasilkan produk dan layanan jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat sehingga dapat meningkatkan nilai Perusahaan dan kepercayaan masyarakat. Kiprah Angkasa Pura II telah menunjukkan kemajuan dan peningkatan usaha yang pesat dalam bisnis jasa kebandarudaraan melalui penambahan berbagai sarana prasarana dan peningkatan kualitas pelayanan pada bandara yang dikelolanya. Angkasa Pura II telah mengelola 13 Bandara, antara lain yaitu Bandara Soekarno-Hatta Jakarta, Halim Perdanakusuma Jakarta, Kualanamu Medan, Supadio Pontianak, Minangkabau Padang, Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, Husein Sastranegara Bandung, Sultan Iskandarmuda Banda Aceh, Raja Haji Fisabilillah Tanjungpinang, Sultan Thaha Jambi, Depati Amir Pangkal Pinang dan Silangit Tapanuli Utara. Angkasa Pura II telah berhasil memperoleh berbagai penghargaan dari berbagai instansi. Penghargaan yang diperoleh merupakan bentuk apresiasi kepercayaan masyarakat atas performance Perusahaan dalam memberikan pelayanan, diantaranya adalah “The Best BUMN in Logistic Sector” dari Kementerian Negara BUMN RI 2004-2006, “The Best I in Good Corporate Governance” 2006, Juara I “Annual Report Award” 2007 kategori BUMN Non-Keuangan Non-Listed, dan sebagai BUMN Terbaik dan Terpercaya dalam bidang Good Corporate Governance pada Corporate Governance Perception Index 2007 Award. Pada tahun 2009, Angkasa Pura II berhasil meraih penghargaan sebagai 1st The Best Non Listed Company dari Anugerah Business Review 2009 dan juga sebagai The World 2nd Most On Time Airport untuk Bandara Soekarno-Hatta dari Forbestraveller.com, Juara III Annual Report Award 2009 kategori BUMN Non- Keuangan Non-Listed, The Best Prize ‘INACRAFT Award 2010’ in category natural fibers, GCG Award 2011 as Trusted Company Based on Corporate Governance Perception Index CGPI 2010, Penghargaan Penggunaan Bahasa Indonesia Tahun 2011 dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, penghargaan untuk Bandara Internasional Minang kabau Padang sebagai Indonesia Leading Airport dalam Indonesia Travel Tourism Award 2011, dan Penghargaan Kecelakaan Nihil Zero Accident selama 2.084.872 jam kerja terhitung mulai 1 Januari 2009- 31 Desember 2011 untuk Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, serta berbagai penghargaan di tahun 2012 dari Majalah Bandara kategori Best Airport 2012 untuk Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru dan Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, kategori Good Airport Services untuk Bandara Internasional Minangkabau dan Bandara Internasional Soekarno-Hatta Terminal 3 Cengkareng dan kategori Progressive Airport Service 2012 untuk Bandara Internasional Soekarno- Hatta Terminal 3 Cengkareng Sebagai Badan Usaha Milik Negara, Angkasa Pura II selalu melaksanakan kewajiban untuk membayar dividen kepada negara selaku pemegang saham. Angkasa Pura II juga senantiasa berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang terbaik dan perlindungan konsumen kepada pengguna jasa bandara, menerapkan praktik tata kelola perusahaan yang baik, meningkatkan kesejahteraan karyawan dan keluarganya serta meningkatkan kepedulian sosial terhadap masyarakat umum dan lingkungan sekitar bandara melalui program Corporate Social Responsibility.

A. Bandar Udara Internasional Kualanamu

Bandar Udara Internasional Kualanamu IATA: KNO, ICAO: WIMM adalah Bandar Udara yang terletak di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Bandara ini terletak 39 km dari kota Medan. Bandara ini adalah Bandara terbesar kedua di Indonesia setelah Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. Lokasi Bandara ini dulunya bekas areal perkebunan PT Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa yang terletak di Kecamatan Beringin, Deli Serdang, Sumatera Utara. Pembangunan Bandara ini dilakukan untuk menggantikan Bandar Udara Internasional Polonia yang sudah berusia 85 tahun. Bandara Kualanamu diharapkan dapat menjadi “Main Hub” yaitu pangkalan transit internasional untuk kawasan Sumatera dan sekitarnya. Selain itu, adanya kebijakan untuk melakukan pembangunan Bandara Internasional Kualanamu adalah karena keberadaan Bandar Udara Internasional Polonia di tengah kota Medan yang mengalami keterbatasan Operasional dan sulit untuk dapat dikembangkan serta kondisi fasilitas yang tersedia di Bandar Udara Polonia sudah tidak mampu lagi menampung kebutuhan pelayanan angkutan udara yang cenderung terus meningkat.

B. Sejarah dan Latar belakang Pembangunan Bandar Udara

Internasional Kualanamu Terkait terjadinya krisis ekonomi pada era pemerintahan Orde Baru, maka status pembangunan Bandar Udara Baru Kualanamu “Ditangguhkan Pelaksanaannya” melalui KEPPRES Nomor 39 Tahun 1997 pada tanggal 20 September 1997; Kemudian terjadi perubahan status pembangunan Bandar Udara Baru Kualanamu “Untuk Diteruskan Pelaksanaannya” melalui KEPPRES Nomor 47 Tahun 1997 pada tanggal 1 Nopember 1997; 1998 : Kembali terjadi perubahan status pembangunan Bandar Udara Baru Kualanamu “Untuk Ditangguhkan Pelaksanaannya” melalui KEPPRES Nomor 5 Tahun 1998 pada tanggal 10 Januari 1998. 2002 : Diterbitkan KEPPRES Nomor 15 Tahun 2002 tentang Pencabutan KEPPRES Nomor 39 Tahun 1997 dengan mengintruksikan kepada Kementrian terkait untuk melakukan penilaian kelayakan penerusan proyek- proyek yang ditangguhkan pelaksanaannya termasuk proyek pembangunan Bandar Udara Baru Kualanamu pada tanggal 22 Maret 2002; Selanjutnya Kementrian Perhubungan cq Direktorat Jenderal Perhubungan Udara melakukan pengkajian ulang yang didasarkan pada tingkat kebutuhan, ketersediaan dana dan kriteria karakteristik khusus proyek dan dinyatakan pembangunan Bandar Udara Baru di Kualanamu layak untuk diteruskan pelaksanaanya. Dan atas persetujuan Presiden RI pada Era Reformasi, Menteri Perhubungan menetapkan pembangunan Bandar Udara Baru Kualanamu dapat diteruskan pelaksanaanya dengan pola pendanan dari BLNLOAN, namun kebijakan pemerintah pada Era Indonesia Bersatu menyetujui pendanaan dari APBN dan Sharing dengan PT. Angkasa Pura II Persero selaku BUMN penyelenggara Bandar Udara umum. 2003 : Pembuatan Detail Engineering Design pembangunan Bandar Udara Kualanamu oleh Ditjen Perhubungan Udara dan PT. Angkasa Pura II Persero. 1992 : Dilakukan studi pemilihan lokasi Bandar Udara Baru sebagai pengganti Bandar Udara Polonia oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, dimana terhadap 6 enam alternative lokasi di Propinsi Sumatera Utara yang berada di kawasan Kualanamu, Pantai Cermin Hamparan Perak masing-masing dua lokasi. Dengan memperhatikan 6 enam aspek sebagai berikut: a. Rencana Tata Ruang Wilayah; b. Pertumbuhan Ekonomi; c. Kelayakan ekonomis, teknis, operasional, lingkungan dan usaha angkutan udara; d. Keamanan dan keselamatan penerbangan; e. Keterpaduan intra dan antar moda; dan f. Pertahanan keamanan Negara; Terpilih 2 dua alternatif lokasi Bandar Udara Baru sebagai pengganti Bandar Udara Polonia yaitu di kawasan Kualanamu dan Pantai Cermin masing-masing satu lokasi. 1994 : Dilakukan studi pembuatan Master Plan Basic Design Bandar Udara Baru sebagai pengganti Bandar Udara Polonia oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara terhadap 2 alternatif lokasi terpilih yaitu di kawasan Kualanamu Pantai Cermin masing-masing satu lokasi. 1995 : Penetapan lokasi Bandar Udara Baru di KUALANAMU sebagai pengganti Bandar Udara Polonia melalui Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 41 Tahun 1995 21 September 1995 yang kemudian disempurnakan dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 66 Tahun 1996 6 Nopember 1996. 1996 : Dimulainya proses pembebasan lahan lokasi Bandar Udara Baru Kualanamu seluas 1.365 Ha oleh PT. Angkasa Pura II Persero selaku BUMN penyelengara bandar umum. 1997 :Dilakukan studi Review Master Plan Basic Design Fasilitas Sisi Darat Bandar Udara Baru Kualanamu oleh PT. Angkasa Pura II Persero. Pencanangan membangun Bandara Baru Kualanamu dengan sistem “Ruislag” tukar guling dengan Bandar Udara Polonia, pada saat itu sudah ada investor yang berminat yaitu konsorsium PT. Citra Lamtoro Gung Persada. 2006 : Peletakan Batu Pertama sebagai awal dimulainya pelaksanaan pembangunan Bandar Udara Baru Kualanamu oleh Wakil Presiden RI M. YUSUF KALLA. 2007 : Penetapan Rencana Induk Bandar Udara Baru Kualanamu dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM 30 Tahun 2007 16 Juli 2007 dan perubahannya dengan Peraturan Menteri Perhubungan No. : KM 61 Tahun 2007 29 November 2007. Penetapan KKOP Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan Bandar Udara Baru Kualanamu dengan Peraturan Menteri Perhubungan No. : KM 57 Tahun 2007 2 Nopember 2007. 2008 : Pelaksanaan Pembangunan Bandar Udara Baru Kualanamu sampai dengan saat ini dan diharapkan dapat diselesaikan sesuai target pengoperasian bandar udara yang telah ditetapkan pemerintah. 2013 : Perngoperasian Bandar Udara Internasional Kualanamu pada 25 Juli 2013. 2014 : Tanggal 27 Maret 2014 Bandar Udara Internasional Kualanamu di resmikan oleh PresidenRI Susilo Bambang Yudhoyono.

4.1.2 Struktur Organisasi PT. Angkasa Pura II persero Bandara

Internasional Kualanamu Sesuai dengan Surat Keputusan Direksi PT Angkasa Pura II Persero Nomor: KEP.01.01082014.1 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Cabang PT Angkasa Pura II Persero Bandar Udara Internasional Kualanamu tanggal 6 Agustus 2014, maka struktur organisasi Kantor Cabang PT Angkasa Pura II Persero Bandar Udara Internasional Kualanamu. Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kantor Cabang Utama PT. Angkasa Pura II Persero Bandara Internasional Kualanamu Sumber : PT. Angkasa Pura II Persero Bandara Internasional Kualanamu

4.1.3 Uraian Tugas Pokok dan Fungsi