bebas dari tekananpengaruh dari mana pun yang bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
pengelolaan yang sehat.
Tujuan penerapan GCG adalah untuk meningkatkan kinerja organisasi serta mencegah atau memperkecil peluang praktik manipulasi dan kesalahan
signifikan dalam pengeloaan kegiatan organisasi. Dengan kata lain konsep GCG merupakan upaya perbaikan terhadap sistem, proses dan seperangkat
peraturan dalam pengelolaan suatu organisasi yang pada esensinya mengatur dan memperjelas hubungan, wewenang, hak dan kewajiban semua pemangku
kepentingan dalam arti luas dan khususnya organ RUPS, dewan komisaris dan dewan direksi dalam arti sempit. Namun harus disadari bahwa bagaimana pun
baiknya suatu sistem dan perangkat hokum yang ada,pada akhirnya yang menjadi penentu utama adalah kualitas dan tingkat kesadaran moral dan
spiritual dari para pelaku bisnis itu sendiri. Terdapat beberapa indikator yang dapat dijadikan sebagai alat
pengukuran pelaksanaan Good Corporate Governance GCG akan tetapi penelitian ini hanya menggunakan dua proksi saja dalam mengukur Good
Corporate Governance GCG yaitu Komisaris independen dan Komite Audit.
2.1.8 Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit Report Lag
Ada beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap audit report lag antara komisaris independen, komite audit, leverage dan ukuran perusahaan.
2.1.8.1 Komisaris Independen
Menurut Surya dan Yustiavandana, 2008 : 135 Komisaris independen adalah “komisaris yang bukan merupakan anggota
Universitas Sumatera Utara
manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat atau dengan cara lain yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan pemegang
saham mayoritas dari suatu perusahaan yang mengawasi pengelolaan perusahaan”.
Komisaris Independen bertanggung jawab dan mempunyai kewenangan untuk mengawasi kebijakan dan kegiatan yang dilakukan
direksi dan memberikan nasihat bilamana diperlukan. Tugas utama komisaris independen adalah memperjuangakan kepentingan pemegang
saham minoritas. Beberapa kriteria Komisaris Independen menurut Keputusan
Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor Kep-305BEJ07 adalah sebagai berikut:
1. Jumlah minimal komisaris independen adalah 30 dari seluruh anggota dewan komisaris;
2. Komisaris independen tidak mempunyai saham baik langsung ataupun tidak langsung pada emiten atau
perusahaan publik; 3. Komisaris independen tidak memiliki afiliasi dengan emiten
atau pemegang saham mayoritas atau pemegang saham utama dari perusahaan tercatat yang bersangkutan;
4. Komisaris independen tidak memiliki hubungan afiliasi dengan direktur dan atau komisaris lainnya dari perusahaan
tercatat yang bersangkutan. 5. Komisaris independen tidak memiliki kedudukan rangkap
pada perusahaan lainnya yang terafiliasi dengan perusahaan tercatat yang bersangkutan atau hubungan usaha baik
langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha perusahaan tercatat;
6. Komisaris independen harus berasal dari luar emiten atau perusahaan publik;
7. Komisaris independen harus mengerti peraturan perundang- undangan di bidang pasar modal;
Universitas Sumatera Utara
8. Komisaris independen diusulkan dan dipilih oleh pemegang saham minoritas yang bukan pemegang saham pengendali
dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS Sesuai dengan prinsip dan aturan corporate governance, maka
komisaris memegang peranan yang sangat penting dalam perusahaan. Dalam kerangka corporate governance komisaris ditugaskan untuk
menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan serta mewajibkan terlaksananya
akuntabilitas. Fungsi akuntabilitas komisaris ini ditujukan agar perlindungan terhadap para penanam modal seperti pemegang saham,
bank sebagai kreditor dan lembaga dana pensiun serta stakeholders lainya seperti buruh perusahaan, customers, lingkungan hidup serta
masyarakat sekitarnya dikelola oleh perusahaan dengan baik. Adanya komisaris independen dengan persentase yang tinggi dalam perusahaan
diindikasikan dapat mengawasi prilaku oportunistik manajemen, meningkatkan kualitas pengungkapan disclosure dalam laporan
keuangan dan mempengaruhi panjang pendeknya audit report lag.
2.1.8.2 Komite Audit