Audit Report Lag Good Corporate Governance

[pihak yang dituju oleh auditor] Laporan Auditor Independen Auditor Kami telah mengaudit neraca perusahaan KXT tanggal 31 Desember 20X2 serta laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas untuk tahun berakhir pada tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen perusahaan. Tanggung jawab kami terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan audit kami. Kami melaksanakan audit berdasarkan audit berdasarkan standar auditing yang diterapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat. Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut diatas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan perusahaan KXT tanggal 31 Desember 20X2, dan hasil usaha, serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. [Tanda tangan, nama rekan, nomor izin akuntan publik, nomor izin kantor akuntan publik] [Tanggal]

2.1.6 Audit Report Lag

Menurut Naimi et al 2010 audit report lag adalah “selisih waktu antara berakhirnya tahun fiskal dengan tanggal diterbitkannya laporan audit”. panjang-pendeknya audit report lag yang terjadi mempengaruhi pengambilan keputusan inverstor, karena dengan adanya penundaan informasi kepada investor dapat mempengaruhi kepercayaan investor di pasar modal. Givoly dan Palmon 1982 menegaskan bahwa lag audit merupakan penentu paling Universitas Sumatera Utara penting dari ketepatan waktu dalam pengumuman laba, yang pada saatnya akan menentukan reaksi pasar terhadap pengumuman laba. Informasi laba yang dihasilkan perusahaan dijadikan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan untuk membeli atau menjual kepemilikan yang dimiliki investor, artinya informasi yang dipublikaskan tersebut akan menyebabkan kenaikan atau penurunan harga saham.

2.1.7 Good Corporate Governance

Istilah ”corporate governance” pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Commmitee,Inggris di tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam laporanya yang kemudian dikenal sebagai Cadbury Report. Komite Cadbury mendefinisikan corporate governance sebagai berikut: Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan ,serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainya yang berkaitan dengan hak-hak kewajiban mereka; atau dengan kata lain suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Sukrisno agoes 2006:101 mendefinisikan tata kelola perusahaan yang baik “sebagai suatu sistem yang mengatur hubungan peran dewan komisaris, peran direksi, pemegang saham dan pemangku kepentingan lainya”. Tata kelola perusahaan yang baik juga disebut “sebagai suatu proses yang tansparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaianya dan penilaian kinerjanya”. National Commitete on Governance NCG, 2006 mempublikasikan “ Kode Indonesia tentang tata kelola perusahaan yang baik Indonesia Code Of Good Corporate Governance” pada tanggal 17 Oktober 2006. Sebagaimana Universitas Sumatera Utara dinyatakan dalam kata pengentarnya oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian,Dr.Boediono, walaupun Kode Indonesia tentang GCG ini bukan merupakan suatu peraturan, tetapi dapat menjadi pedoman dasar bagi seluruh perusahaan di Indonesia dalam menjalankan usaha agar kelangsungan hidup perusahaan lebih terjamin dalam jangka panjang dalam koridor etika bisnis yang pantas. Dalam hubunganya dengan tata kelola Badan Usaha Milik Negara, Menteri negara BUMN juga mengeluarkan keputusan Nomor Kep-117M- MBU2002 tentang penerapan GCG. Ada lima prinsip GCG menurut keputusan ini yaitu: 1. Kesetaraan fairness Kesetaraan merupakan prinsip agar para pengelola memperlakukan semua pemangku kepentingan secara adil dan setara, baik pemangku kepentingan primer pemasok,pelanggan, karyawan, pemodal maupun pemengku kepentingan sekunder pemerintah, masyarakat dan yang lainya. 2. Transparansi transparency Prinsip transparansi disebut juga prinsip keterbukaan , artinya kewajiban bagi para pengelola untuk menjalankan prinsip keterbukaan dalam keputusan dan penyampaian informasi yang disampaikan harus lengkap,benar dan tepat waktu kepada semua pemangku kepentingan. 3. Akuntabilitas accountability Prinsip akuntabilitas adalah prinsip dimana para pengelola berkewajiban untuk membina system akuntansi yang efektif untuk menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya. 4. Responsibilitas responbility Prinsip responsibilitas sering disebut dengan prinsip tanggung jawab adalah prinsip dimana para pengelolawajib memberikan pertanggungjawaban atas semua tindakan dalam mengelola perusahaan kepada para pemangku kepentingan sebagai wujud kepercayaan yang diberikan kepadanya. 5. Kemandirian Sebagai tambahan prinsip dalam mengelola BUMN artinya, suatu keadaan dimana para pengelola dalam mengambil suatu keputusan bersifat professional, mandii, bebas dari konflik kepentingan dan Universitas Sumatera Utara bebas dari tekananpengaruh dari mana pun yang bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan yang sehat. Tujuan penerapan GCG adalah untuk meningkatkan kinerja organisasi serta mencegah atau memperkecil peluang praktik manipulasi dan kesalahan signifikan dalam pengeloaan kegiatan organisasi. Dengan kata lain konsep GCG merupakan upaya perbaikan terhadap sistem, proses dan seperangkat peraturan dalam pengelolaan suatu organisasi yang pada esensinya mengatur dan memperjelas hubungan, wewenang, hak dan kewajiban semua pemangku kepentingan dalam arti luas dan khususnya organ RUPS, dewan komisaris dan dewan direksi dalam arti sempit. Namun harus disadari bahwa bagaimana pun baiknya suatu sistem dan perangkat hokum yang ada,pada akhirnya yang menjadi penentu utama adalah kualitas dan tingkat kesadaran moral dan spiritual dari para pelaku bisnis itu sendiri. Terdapat beberapa indikator yang dapat dijadikan sebagai alat pengukuran pelaksanaan Good Corporate Governance GCG akan tetapi penelitian ini hanya menggunakan dua proksi saja dalam mengukur Good Corporate Governance GCG yaitu Komisaris independen dan Komite Audit.

2.1.8 Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit Report Lag