Hubungan endometriosis dan karsinoma ovarium melalui jalur imflamasi. Hormon steroid dan karsinoma ovarium.

commit to user 44 Secara umum sitokin dibagi atas proimflamasi, sitokin T-helper-1T H 1 dan immunosupresi, sitokin T-helper- 2 T H 2. Sitokin T H 1 meliputi interferon gamma,TNF - α, IL-1, IL-2 dan IL-6. Anti imflamasi T H 2 termasuk IL-4, IL-5, IL-10 dan TNF- β 103 . Sitokin proimflamasi mengatur cyclo oxygenase COX2, enzim ini mengkatalisasi sintesa protaglandin. Prostaglandin menurunkan deferensiasi sel yang menghambat apoptosis 104 dan memicu invasi dan angiogenesis melalui growth factor dan MMP-9 105 . Sitokin anti imflamasi T H 2 menghambat sintesa sitokin T H 1 termasuk ekspresi COX 2 106 . Pada penelitian imbangan antara sitokin T H 1 dan T H 2 pada zalir peritoneal penderita endometriosis memperlihatkan sitokin T H 2 dominan. 107 Dilain pihak TNF- α secara konsisten tinggi dalam zalir peritoneal disekitar jejas endometriosis.Di dalam jejas endometriosis menghasilkan sitokin T H 1 108 . Faktor-faktor tersebut meningkatkan MMP-9 dan aliran darah ke jejas endometriosis dan menurunkan integritas matrik ekstraselluler dan rintangan jaringan sehingga terjadi invasi dan menstimulasi sel endometriotik berproliferasi. Sel β yang merupakan produksi antibodi terlihat tidak normal pada endometriosis, yang menandakan endometriosis merupakan penyakit autoimun.

2.9.8. Hubungan endometriosis dan karsinoma ovarium melalui jalur imflamasi.

Imflamasi kronis merupakan perubahan dari lingkungan dominan T H 1 menjadi lingkungan dominan T H 2. Karsinoma ovarium menunjukkan dominasi sitokin T H 1. Sitokin tersebut TNF- α ,IL-1, dan IL-6 merupakan sitokin yang mendominasi proses ovulasi, sedang makrofag menghasilkan VEGF, MMP-9 dan TGF- β. Keadaan tersebut mengingatkan pada proses yang terjadi pada endometriosis. Endometriosis maupun commit to user 45 karsinoma ovari secara umum didominasi sitokin T H 1. Terlibatnya TGF- β, VEGF dan MMP-9 merupakan kondisi kritis inflitrasi, invasi dan metastase dari ektopik endometriotik seperti sebagaimana layaknya pada karsinoma.

2.9.9. Hormon steroid dan karsinoma ovarium.

Estrogen dan androgen yang berlebihan di satu pihak, progesteron menurun di lain pihak akan meningkatkan karsinoma ovarium. Penelitian 20 tahun yang lalu menduga bahwa berubahan kearah keganasan dari karsinoma ovarium berasal dari epitel permukaan dan melalui stimulasi estrogen, dan kadar gonadotropin yang tinggi 109 . Bukti epidemiologi menyokong hipotesis gonadotropin dapat memproteksi karsinoma ovarii, sebagaimana terihat pada paritas 110 kontrasepsi oral 111 dan menyusui lama 108,109 akan menekan produksi gonadotropin. Pada kondisi lain data epidemiologi justru menyangkal peran gonadotropin tersebut. Hal ini dibuktikan dengan 1 post menopause dengan terapi sulih hormonal akan menurunkan gonadotropin tetapi tidak meningkatkan karsinoma ovarium. 2 Obat–obatan untuk fertilisasi dapat meningkatkan kadar gonadotropin tetapi tidak meningkatkan risiko karsinoma ovarium 112 dan 3 Penelitian prospektif gagal menghubungkan kadar gonadotropin dengan karsinoma ovarii 113 . Kadar estrogen yang tinggi terlihat pada zalir peritoneum dan juga pada serum penderita karsinoma ovarium jika dibandingkan dengan penderita normal 114 . Pada anovulasi seperti paritas, menyusui dan pemakaian kontrasepsi oral akan melindungi epitel ovarium dari pengaruh estrogen. Menyusui juga secara langsung menurunkan kadar estradiol, sedangkan kontrasepsi oral tergantung dari dosisnya. Kombinasi estrogen dan progestin pada kontrasepsi oral menghilangkan menstruasi anovulatoar dengan ciri unoposed estrogen. Pada kehamilan juga menunjukkan peningkatan commit to user 46 estrogen bersamaan dengan peningkatan progesteron terjadi selama 9 bulan tanpa unoposed estrogen 115 . Faktor risiko yang lain baik langsung ataupun tidak langsung, meningkatkan unoposed estrogen berhubungan dengan karsinoma ovarium. Kondisi ini terlihat pada menarkhe awal dan siklus haid yang pendek. Latihan yang berlebihan akan menurunkan estrogen sekaligus menurunkan risiko karsinoma ovarium tetapi hal ini tidak konsisten Hubungan antara indeks masa tubuh dan karsinoma ovarium juga tidak konsisten kemungkinan premenopause adipositas kadar estrogen rendah, sedangkan postmenopause adipositas kadar estrogen naik. Peminum alkohol kadar estrogen meningkat akan tetapi kaitannya dengan karsinoma ovarium tidak jelas, Demikian juga peminum kopi pada perempuan perimenopause kaitannya tidak jelas. Pada penelitian kohort prospektif penggunaan terapi sulih hormon meningkatkan karsinoma ovarium 2 kali 116 . Androgen memicu dan progestin menekan pertumbuhan karsinoma ovarium 115 . Beberapa penelitian progesteron melawan kerja estrogen dan menurunkan risiko karsinoma ovarium. Penggunaan progesteron pada kontrasepsi oral menurunkan risiko kejadian karsinoma ovarium. Kehamilan kembar akan menurunkan risiko karsinoma ovarium, hal ini juga dikarenakan karena kadar progesteron lebih tinggi pada kehamilan kembar jika dibandingkan dengan kahamilan tunggal. Penelitian dengan binatang coba kera progesteron meningkatkan programmed cell death apoptosis, mekanisme anti mutagenik. Androgen juga berperan pada kejadian karsinoma ovarium terlihat pada pengamatan bahwa 1 epitel normal dan karsinoma ovarium mengekpresi reseptor androgen dan anti androgen menghambat pertumbuhan karsinoma ovarium invitro 116 2 sebagian besar karsinoma ovarium terlihat pada postmenopause karena androgen sangat dominan pada commit to user 47 sirkulasi hormon oleh karena diproduksi kelenjar adrenal dan jaringan perifer sesudah steroidogenesis ovarium berhenti, 3 stroma ovarium mengkonversi androstenedion menjadi dihidrotestosteron lebih daripada ke estrogen. 4 timektomi pada tikus meningkatkan secara tidak normal kadar androgen sebelum pertumbuhan adenoma ovarium. 5 kontrasepsi oral down regulasi produksi androgen oleh sel granulosa ovarium 117 , 6 tinggi badan berpengaruh pada androgen dan berhubungan dengan growh hormon dan juga berhubungan dengan peningkatan estrogen pada fase folikuler, meningkatkan risiko karsinoma ovarium 118 , 7 rasio pinggul dan pinggang merupakan marker adepositas sentral dan pengaruh pada androgen, berkaitan dengan peningkatan kejadian karsinoma ovarium 119 , 8 pada penelitian mengenai hormon streroid androstenedion meramalkan risiko terjadinya karsinoma ovarium meningkat, 9 dugaan ovarium polikistik merupakan kondisi dengan androgen berlebihan, ada kaitannya dengan karsinoma ovarium dan 10 penelitian perempuan dengan endometriosis yang mempergunakan danocrine yang merupakan antagonis androgen dan memperlihatkan risiko karsinoma ovarium 3 kali dibandingkan dengan perempuan yang mempergunakan leuprolide , GNRH agonis 120 . Interpretasi kejadian tersebut dikarenakan androgen berlebihan yang berkaitan dengan insulin , insulin - like growth factor – IIGF-I, dan kelebihan estrogen seperti kasus postmenopause, peningkatan rasio pinggang-pinggul, dan syndroma polikistik. Androgen mengkonversi menjadi estrogen dan peningkatan IGF-I dijumpai pada perempuan yang menderita karsinoma ovarium pada usia muda. Sebagai kesimpulan hormon steroid dengan kelebihan estrogen dan androgen dan kekurangan progesteron mendukung peningkatan risiko karsinoma ovarium. commit to user 48 Table 2.3.Estrogen – related risk factors for ovarian cancer and endometriosis Variable Association to ovarian cancer Association to endometriosis Nulliparity ++ ++ Lack of oralcontraception ++ + Lack of breast-feeding ++ +? Early age at menarche + ++ Short or long menstrual + + Cycles Body mass index - +? Height + + caffeine use + + Alcohol use _ +? Lack of exercise +? ++ Dikutip dari : Roberta B, 2003 Keterangan : ++ Consistent association ; + less consistent association ; +? Questionable association ; - no clear association found Only risk factors that occur in premenopausal women can be compared because endometrioma is uncommon in postmenopaisal women.

2.9.10. Endometriosis dan hormon steroid.