Pengertian Kepolisian Peran Kepolisian Dalam Penanggulangan Kerusuhan Yang Terjadi Pada Saat Demonstrasi (Studi : Polda Sumut)

3. Masyarakat dan aparatur penegak hukum untuk mengetahui apa kendala dan upaya yang dilakukan lembaga Kepolisian Daerah Sumatera Utara dalam menanggulangi kerusuhan yang terjadi pada saat unjuk rasa di wilayah hukum Polda Sumatera Utara.

E. Keaslian Penulisan

Berdasarkan data yang ada di sekretariat jurusan pidana, bahwa penelitian ataupun tulisan dalam bentuk skripsi, belum pernah ada yang menyangkut tentang Peran Kepolisian Dalam Menanggulangi Kerusuhan Yang Terjadi Pada Saat Unjuk Rasa. Oleh karena itu Penulis menganggap bahwa skripsi ini merupakan asli dari buah pemikiran penulis sendiri dengan asas asas keilmuan yaitu jujur, rasional dan objektif serta terbuka. Semua ini merupakan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah. Skripsi yang penulis tulis ini merupakan hasil pikiran penulis di tambah dengan literatur literatur lain, baik dari buku buku milik penulis sendiri, dari perpustakaan serta sumber sumber lain yaitu internet dan riset di Markas Kepolisian Daerah Sumatera Utara.

F. Tinjauan Kepustakaan

1. Pengertian Kepolisian

1.1 Sejarah Kepolisian

Universitas Sumatera Utara Perkembangan suatu organisasi tidak terlepas dari pengaruh lingkungan baik politik, ketatanegaraan, ekonomi maupun sosial budaya. Terdapat saling keterkaitan dan saling pengaruh antara administrasi Negara dengan perkembangan politik, ekonomi, dan sosial budaya. Sebaliknya, organisasi dapat pula mempengaruhi lingkungan tertentu. Hal itu dialami pula oleh Polri sebagai institusi Negara yang cukup besar. 19 Institusi kepolisian republik ini telah mengalami sejarah panjang dan berliku. Pada masa kolonial Belanda dan masa penjajahan Jepang, polisi digunakan semata mata sebagai alat kekuasaan pemerintah kolonial dan penjajah. Sementara itu dalam berbagai kebijakan nasional yang dilahirkan,di awal perang kemerdekaan, polisi merupakan bagian dari pasukan rakyat bersenjata dalam menghadapi penjajah. Polri juga sempat mangalami masa masa kebersamaan dengan pemerintah sebagai alat kekuasaan politik Negara. Pada masa kelahiran Undang undang kepolisian tahun 1961, polisi ditempatkan menjadi bagian Integral Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ABRI. Posisi ini semakin diperkuat dengan kelahiran undang undang pertahanan dan kemanan Negara pada tahun 1982. 20 Kelairan undang undang kepolisian pada tahun 1997, walaupun secara normatif menempatkan polisi bukan menjadi bagian militer. Namun watak militer Polri masih terasa sangat dominan mengingat rumusan aturannya masih mengacu pada ketentuan UU pertahanan dan keamanan Negara tahun 1982. cikal bakal 19 Jenderal Pol. purn Prof. Dr. Awaloedin Djamin, MPA,2007,Kedudukan kepolisian Negara RI di dalam sistem ketatanegaraan: dulu, kini dan esok, PTIK Press, Jakarta,hlm. 9 20 Brigjend Pol. Drs. Soewadji, 2005,Merubah image Polri, PT. Pustaka Bintang, Jakarta,hlm. 9 Universitas Sumatera Utara kemandirian Polri sebagai wujud reformasi baru dapat diwujudkan dengan lahirnya Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 1999 yang diteruskan dengan terjadinya amandemen kedua UUD 1945 pada tahun 2000. Kemandirian Polri semakin mendapat tempat dengan Kelahiran TAP MPR Nomor VIIMPR2000, yang kemudian ditindak lanjuti dengan lahirnya undang undang Kepolisian pada tahun 2002 sebagai pengganti undang undang Kepolisian tahun 1997. 21 Tonggak sejarah kepolisian menemukan momentum dan jati dirinya dengan pemisahan polri dari Dephankam dan TNI yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2001. tanggung jawabnya secara langsung kepada Presiden sebagai langkah strategis mewujudkan paradigma baru polisi sipil yang mampu menciptakan rasa aman, keselamatan, kepastian dan kedamaian lahir batin yang berorientasi pada profesionalisme, dekat dengan masyarakat, bertanggung jawab dan mempunyai komitmen terhadap masyarakat sebagaimana tergambar dalam visi, misi Polri saat ini. 22

1.2 Pengertian Kepolisian

Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang kepolisian Negara Republik Indonesia tepatnya pada pasal 1 ayat 1, menyatakan bahwa Kepolisian adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 23 Dalam hal ini berarti Kepolisian merupakan sebuah lembaga. Maka kita juga harus mencari pengertian dari Polisi itu sendiri yang merupakan subjek dari Kepolisian. Pada pasal 1 ayat 2 Undang-undang Republik Indonesia nomor 2 21 Ibid, hal 10 22 Ibid, hal 13 23 Undang undang Republik Indonesia No 2 Tahun 2002, pasal 1 ayat 1. Universitas Sumatera Utara tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia bahwa anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah pegawai negeri pada Kepolisian Negara. Kata “polisi” dalam bahasa Indonesia merupakan kata pinjaman dan berasal dari bahasa Belanda “politie”. Adapun bahasa Belanda “politie” didasarkan atas serangkaian bahasa Yunani Kuno dan Latin yang berasal dari bahasa Yunani Kuno “politeia”. Kata tersebut berarti kota atau negara kota ataupun pemerintahan Negara kota polisi. Dalam hukum romawi yang sejak undang undang 12 meja Leges XII tabularum pada tahun 450 SM memuat unsur unsur hukum Yunani terdapat kata kata “politia” yang artinya sama dengan “politeia” di Yunani. Sejak hukum Romawi meresap keseluruh Eropa barat pada abad ke-15 dan ke-16 9 abad sesudah mulai runtuhnya imperium Romawi melalui penelitian kaum glossator abad ke-12 dan abad ke-13 dan kaum post glossator abad ke- 14 dan sekolah sekolah hukum di Italia pertama di bologua dan di Perancis selatan, maka kata kata politia masuk ke berbagai bahasa Eropa dalam nada bahasa beda tetapi dengan arti yang sama. 24 Atas dasar perkembangan itu maka kata “polis”, mendapat pengertian “negara” dan dalam bentuk-bentuk perkembangannya masuk unsur “pemerintah” dan lain sebagainya. Bahasa Yunani Kuno tersebut masuk kedalam bahasa Lain sebagai “poliyia” dan kata itulah yang diduga menjadi kata dasar kata “police” 24 Drs. DPM. Sitompul, 1985,Op.Cit, hlm, hal 34 Universitas Sumatera Utara dalam bahasa Inggris, “ politie” dalam bahasa Belanda dan “polisi” dalam bahasa Indonesia. Bilamana secara tepat kata “polisi” mendapat arti yang kini digunakan, sulit dipastikan. Namun demikian, perkembangan sebagimana dicatat di inggris, yang dicatat penggunaan kata “police” sebagai kata kerja yang berarti “memerintah” dan “mengawasi” sekitar tahun 1589. Selanjutnya sebagai kata benda diartikan “pengawasan”, yang kemudian meluas dan menunjukkan “organisasi yang menangani pengawasan dan pengamanan” tahun 1716. Di Indonesia, istilah polisi ‘ digunakan dalam pengertian “organisasi pengamanan” pada abad ke-19 dalam interregum Inggris dari 1811 – 1817. wilayah Indonesia saat itu merupakan bagian dari wilayah yang dipimpin “bupati” masing-masing diserahi tugas pengamanan terib hukum dan polisi bertanggungjawab pada bupati setempat itu. Dari kata “polisi” tersebut kemudian para cendikiawan Kepolisian menyimpulkan bahwa terdapat 3 tiga pengertian, yaitu : 1. Polisi sebagai fungsi 2. Polisi sebagai organ kenegaraan 3. Polisi sebagai jabatan atau petugas. 25 Yang banyak disebut sehari-hari adalah pengertian polisi sebagai pejabat atau petugas. Tiga pengertian kata polisi tersebut, kadang dicampur adukkan oleh masyarakat, yang seharusnya diartikan sesuai dengan konteks yang menyertai. Oleh karna itu timbul penilaian yang sebenarnya untuk individu pejabat tetapi diartikan sebagai tindakan suatu lembaga alat negara. 25 Jend. Pol. purn Drs. Kunarto MBA, Etika Kepolisian,1997, Cipta manunggal, Jakarta, hlm.56 Universitas Sumatera Utara

1.3 Fungsi,Tugas Pokok dan Wewenang Kepolisian

Di dalam undang undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, fungsi dari kepolisian diatur pada pasal 2 yang berisi: “Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat” Pelaksanaan fungsi Kepolisian ini diemban oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dibantu oleh : a. Kepolisian khusus b. Penyidik pegawai negeri sipil c. Bentuk bentuk pengamanan swakarsa. Secara universal, tugas POLRI pada hakekatnya adalah 2, yaitu tugas preventif dan tugas represif. Tugas preventif adalah tugas terbatas, kewenangannya dibatasi oleh KUHAP, sehingga asasnya bersifat legalitas yang berarti semua tindakannyan harus berdasarkan hukum. 26 Pelaksanaan tugas preventif itu dapat dibagi dalam dua kelompok besar. Pencegahan yang bersifat fisik dilakukan dengan empat kegiatan pokok, mengatur, menjaga, mengawal dan patroli TURJAWALI. Serta pencegahan yang bersifat pembinaan yang dilakukan dengan kegiatan penyuluhan, pembinaan, arahan, sambung, anjang sana untuk mewujudkan masyarakat yang sadar dan taat hukum serta mempunyai daya cegah-tangkal atas kejahatan. Dalam hal hal 26 Jend. Pol. purn Drs. Kunarto MBA, Perilaku Organisasi Polri, 2001, cipta manunggal, Jakarta, hlm 109. Universitas Sumatera Utara tertentu melakukan tugas preventif itu harus dilakukan dengan keras. Tindakan ini yang disebut diskresi. 27 Sedangkan tugas preventif adalah tugas yang luas hampir tanpa batas dirumuskan dengan kata kata berbuat apa saja boleh asal keamanan terpelihara dan tidak melanggar hukum itu sendiri. Dengan begitu pada tugas ini yang digunakan adalah asas oportunitas, utilitas dan asas kewajiban 28 Dimasa sekarang, di masa universalisasi HAM, tindakan polisi dalam menegakkan hukum itu, telah dipagari dengan ketat oleh asas asas HAM, yang tertuang dalam KUHAP, dari mulai tindakan penyelidikan, penggerebekan, penangkapan, penyidikan ivestigasi sampai peradilannya. 29 Didalam Undang undang Nomor 2 Tahun 2002 mencantumkan tantang tugas pokok kepolisian yang tertera pada pasal 13 yang berisi : “Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah: a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; b. menegakkan hukum; dan c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.” Pasal 14 1 Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas : a. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan; b. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan; c. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan; d. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional; 27 Jend. Pol. purn Drs. Kunarto MBA, Perilaku Organisasi Polri, 2001, cipta manunggal, Jakarta, hlm 109. 28 Ibid, hlm 109. 29 Ibid, hlm 110. Universitas Sumatera Utara e. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum; f. Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa; g. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya; h. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian; i. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban danatau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia; j. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi danatau pihak yang berwenang; k. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; serta melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 2 Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf f diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Dan dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, kepolisian mempunyai wewenang. Hal ini diatur pada pasal 15 dan 16 Undang undang Nomor 2 Tahun 2002 yang berisi: Pasal 15 1 Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan 14 Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum berwenang: a. Menerima laporan danatau pengaduan; b. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban umum; c. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat; d. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan dan kesatuan bangsa; e. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif kepolisian; f. Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan; g. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian; h. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang; i. Mencari keterangan dan barang bukti; j. Menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional; Universitas Sumatera Utara k. Mengeluarkan surat izin danatau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat; l. Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat; m. Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu. 2 Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang- undangan lainnya berwenang : a. Memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan masyarakat lainnya; b. Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor; c. Memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor; d. Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik; e. Memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak, dan senjata tajam; f. Memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap badan usaha di bidang jasa pengamanan; g. Memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus dan petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian; h. Melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam menyidik dan memberantas kejahatan internasional; i. Melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi terkait; j. Mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi kepolisian internasional; k. Melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup tugas kepolisian. 3 Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 huruf a dan d diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 16 1 Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan 14 bidang proses pidana, Kepolisian Negara Republik Indonesia berwenang untuk : a. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan; b. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan; c. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan; d. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri; e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat; f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; Universitas Sumatera Utara g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; h. Mengadakan penghentian penyidikan; i. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum; j. Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana; k. Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum; dan l. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab. 2 Tindakan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf l adalah tindakan penyelidikan dan penyidikan yang dilaksanakan jika memenuhi syarat sebagai berikut : a. Tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum; b. Selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut dilakukan; c. Harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan jabatannya; d. Pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa; dan e. Menghormati hak asasi manusia.

2. Pengertian Demonstrasi