Faktor Potensial Peran Kepolisian Dalam Penanggulangan Kerusuhan Yang Terjadi Pada Saat Demonstrasi (Studi : Polda Sumut)

C. Faktor Faktor Penyebab Terjadinya Kersuhan Pada Saat Demonstrasi

Terjadinya kerusuhan dalam melakukan unjuk rasa dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Faktor Potensial

Faktor potensial kerusuhan adalah psikologi masyarakat yang yang mempunyai kemampuan atau potensi sebagai pemicu terjadinya kerusuhan. Hal ini akan semakin jelas jika didorong oleh unsur unsur seperti kondisi perekonomian masyarakat yang mengalami tekanan terburuk dan kondisi sosio kultur masyarakat 48 . Keadaan psikologi seseorang yang memang memiliki potensi untuk tejadinya kerusuhan bisa berupa mudahnya seseorang itu dipengaruhi atau meniru perilaku masyarakat atau massa yang rusuh pada saat unjuk rasa. Massa yang melakukan kerusuhan bisa diakibatkan oleh gerakan yang menyinggung harga diri kelompok, atau adanya hasutan dari provokator untuk melakukan kekerasan. Yochelson dan Samenow mengidentifikasi sebanyak 52 pola berpikir yang pada umumnya ada pada penjahat yang mereka teliti. Keduanya berpendapat bahwa para penjahat adalah orang yang ”marah” , yang merasa suatu sense superioritas, menyangka tidak bertanggung jawab atas tindakan yang mereka ambil, dan mempunyai harga diri yang sangat melambung. Tiap dia ada merasa 48 Hasil wawancara dengan Kompol R. Situmorang, Kasi ops Lat Dit Samapta POLDASU, tanggal 16 Maret 2009 di MAPOLDASU Universitas Sumatera Utara ada suatu serangan terhadap harga dirinya, ia akan memberikan reaksi yang sangat kuat, sering berupa kekerasan. 49 Psikologi masyarakat dalam hal ini juga merupakan psiklogi massa. Psikologi adalah ilmu tentang perilaku dan proses mental. Massa dapat diartikan sebagai bentuk kolektivisme kebersamaan. Oleh karena itu psikologi massa akan berhubungan perilaku yang dilakukan secara bersama-sama oleh sekelompok massa. Fenomena kebersamaan ini diistilahkan pula sebagai Perilaku Kolektif Collective Behavior. 50 Perilaku kolektif yang berupa gerakan sosial, seringkali muncul ketika dalam interaksi sosial itu terjadi situasi yang tidak terstruktur, ambigu atau membingungkan, dan tidak stabil. Perilaku kolektif yang suka melakukan kekerasan disebut dengan Mob. Mob adalah kerumunanan Crowds yang emosional yang cenderung melakukan kekerasan atau penyimpangan violence dan tindakan destruktif. Umumnya mereka melakukan tindakan melawan tatanan sosial yang ada secara langsung. Hal ini muncul karena adanya rasa ketidakpuasan, ketidakadilan, frustrasi, adanya perasaan dicederai oleh institusi yang telah mapan atau lebih tinggi. Bila mob ini dalam skala besar, maka bentuknya menjadi kerusuhan massa. Mereka melakukan pengrusakan fasilitas umum dan apapun yang dipandang menjadi sasaran kemarahanannya. 51 49 Topo Santoso, SH, MH dan Eva Achjani Zulfa, SH, Kriminologi, 2004, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hlm.49-50 50 http:suryanto.blog.unair.ac.id20081203memahami-psikologi-massa-dan- penanganannya http:alqudsy.blog.friendster.com200807psikologi-massa 51 ibid Universitas Sumatera Utara

2. Faktor Kesengajaan Rekayasa