Latar Belakang Susunan Kekuatan dan Perlengkapan Satuan Pengendali Massa

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Republik Indonesia merupakan Negara hukum rechtstaat sebagai mana yang tercantum dalam UUD 1945 pasal 1 ayat 3, yang berisi : “Negara Indonesia adalah negara hukum”. Artinya bahwa bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara yang berdasar atas hukum rechtstaat, tidak berdasar atas kekuasaan machtstaat dan pemerintahan berdasarkan sistem konstitusi hukum dasar, bukan absolutisme kekuasaan yang tidak terbatas. Sebagai konsekuensi dari pasal 1 ayat 3 amandemen ketiga Undang_Undang dasar 1945, 3 tiga prinsip dasar wajib dijunjung oleh setiap warga Negara yaitu supremasi hukum, kesetaraan didepan hukum dan penegakan hukum dengan cara cara yang tidak bertentangan dengan hukum. Negara hukum merupakan terjemahan dari konsep rechtstaat atau rule of law yang bersumber dari pengalaman demokrasi konstitusional di Eropa abad ke- 19 dan abad ke-20. oleh karena itu, Negara demokrasi pada dasarnya adalah Negara hukum. Ciri Negara hukum antara lain :adanya supremasi hukum, jaminan hak azasi manusia dan legalitas hukum. Di Negara hukum, peraturan perundang undangan yang berpuncak pada Undang-Undang Dasar konstitusi merupakan Universitas Sumatera Utara satu kesatuan sistem hukum sebagai landasan bagi setiap penyelenggaraan kekuasaan. 2 Sejak bergulirnya reformasi pada tahun 1998 wacana dan gerakan demokrasi terjadi secara massif dan luas di Indonesia. Hampir semua Negara didunia meyakini demokrasi sebagai “tolok ukur tak terbantah dari keabsahan politik”. Keyakinan bahwa kehendak rakyat adalah dasar utama kewenangan pemerintah menjadi basis tegak kokohnya sistem politik demokrasi. 3 Dari sudut bahasa etimoligis, demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu Demos yang berarti rakyat dan Cratos atau Cratein yang berarti pemerintahan atau kekuasaan. Jadi secara bahasa, demos-cratein atau demos-cratos bersti pemerintahan rakyat atau kekuasaan rakyat. 4 Aksi massa atau demonstrasi merupakan salah satu hak rakyat yang dilindungi oleh negara dalam konstitusi dasar dan undang-undang. Kemerdekaan menyampaikan pendapat ini merupakan sarana bagi rakyat untuk menggapai tujuannya. Sebagian rakyat mengakui bahwa demonstrasi merupakan salah satu cara yang efektif untuk mencapai kepentingannya. Perubahan yang ingin dicapai oleh sebagian masyarakat masih meyakini bahwa kekuatan massa yang tidak bersenjata mampu untuk mempengaruhi kebijakan. Jika kita kaji secara konstitusional, demonstrasi merupakan hak yang harus dilindungi oleh 2 Dwi winarno, S.Pd, M.Si, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan,2006, PT. Bumi Aksara, Jakarta, Hlm.102 3 Ibid, hlm 60 4 Ibid, Hlm 60-61 Universitas Sumatera Utara pemerintah. Namun di sisi lain, orang yang melakukan demonstrasi juga harus mentaati peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku. 5 Zamroni 2001 menyebutkan adanya kultur atau nilai demokrasi antara lain: 1. Toleransi 2. Kebebasan mengungkapkan pendapat 3. Menghormati perbedaan pendapat 4. Memahami keanekaragaman dalam masyarakat 5. Terbuka dan komunikasi 6. Menjunjung nilai dan martabat kemanusiaan 7. Percaya diri 8. Tidak menggantungkan pada orang lain 9. Saling menghargai 10. Mampu mengekang diri 11. kebersamaan 12. keseimbangan. 6 Setelah tumbangnya rezim orde baru, telah membuka kebebasan sebesar- besarnya bagi rakyat Indonesia untuk menyampaikan aspirasinya. Baik itu secara pribadi ataupun secara berkelompok. Demonstrasi dianggap oleh sebagian orang yang berkaitan dengan hal demonstrasi sebagai proses transisi bangsa Indonesia dari sebuah pengekangan masa lalu. 7 Hal itu dilakukan sesuai dengan prinsip 5 http:lbhposmbo.orgindex.php?pilih=newsmod=yesaksi=lihatid=231 6 Dwi Winarno S.Pd, M.Si, Op.Cit, Hlm 69 7 http:lbhposmbo.orgindex.php?pilih=newsmod=yesaksi=lihatid=231 Universitas Sumatera Utara demokrasi itu sendiri yaitu pemerintahan oleh rakyat yang dibangun diatas dukungan dan partisipasi langsung dari mayoritas rakyat. Salah satu cara untuk mengungkapkan aspirasi itu adalah dengan cara melakukan unjuk rasa. Demonstrasi atau unjuk rasa merupakan suatu bentuk realisasi dari demokrasi. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, demokrasi adalah: 1. Bentuk atau sistem pemerintahan yang seluruh rakyatnya turut serta memerintah dengan perantaraan wakilnya. 2. Pemerintahan rakyat. 8 Demonstrasi mencakup tiga hak yang direalisasikan sekaligus, yaitu hak atas kebebasan berpendapat, berkumpul dan berserikat. Sebelum diamandemen, Pasal 28 UUD 45 menghormati ketiga hak ini. Sesudah amandemen, ditegaskan kembali kebebasan ini dihormati yang terkandung dalam Pasal 28E butir, yang berisi : “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.” Adanya UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, maka tiga kebebasan itu dilindungi. Artinya, demonstrasi damai adalah sah atau legal, tidak boleh diganggu atau dirusak. Pasal 19, 21 dan 22 Kovenan Internasional Hak-hak Sipil dan Politik menegaskan perlindungan atas tiga hak ini. Bahkan negara Republik Indonesia meratifikasi kovenan ini melalui UU Nomor 12 Tahun 2005. Sedangkan Undang undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum, mengatur prosedur berdemonstrasi dengan memberitahukan kepada aparat kepolisian. Kendati demonstrasi diatur 8 Pusat bahasa departemen pendidikan nasional, Kamus besar bahasa Indonesia, 2005,Jakarta,hlm.250 Universitas Sumatera Utara dengan undang undang ini, namun jelas bahwa tidak ada larangan bagi setiap orang untuk mengekspresikan tiga kebebasan ini secara damai. Berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat secara lisan maupun tulisan yang diekspresikan dalam demonstrasi damai adalah tindakan merealisasikan hak-hak sesuai hukum. Kegiatan ini tidak boleh diganggu atau diintervensi pihak ketiga di luar demonstran dan aparat Kepolisian atau pemerintah. Penegasan atas UUD dan tiga UU lainnya sangat jelas. Pertama, demonstrasi secara damai haruslah dihormati baik oleh pemerintah atau polisi maupun oleh kelompok lain. Kedua, demonstrasi ini harus pula dilindungi dari ancaman atau gangguan dari kelompok lain, sehingga berlangsung dengan damai. Setiap orang berhak berdemonstrasi secara damai tanpa diganggu baik untuk memprotes kebijakan pemerintah. 9 Walaupun kemerdekaan dan kebebasan merupakan Hak Asasi Manusia dan sekaligus juga hak asasi masyarakat, namun menurut pembukaan UUD 45 bukanlah kebebasan liar dan tanpa tujuan. Hak kemerdekaan dan keinginan luhur untuk kehidupan kebangsaan termasuk kehidupan perorangan, menurut pembukaan UUD 45, ingin dicapai dengan membentuk pemerintahan negara Indonesia yang disusun atau dibangun dalam suatu UUD negara. Pernyataan atau deklarasi demikian terlihat dengan tegas dalam alinea ke-4 pembukaan UUD 45. Ini berarti, kemerdekaan dan kebebasan yang ingin dicapai adalah kebebasan dalam keteraturan, atau kebebasan dalam tertib hukum. Dengan tertib hukum inilah ingin diwujudkan tujuan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan 9 indonesia-pindopubs.com Universitas Sumatera Utara kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. 10 Dalam prakteknya dilapangan, banyak aksi unjuk rasa ataupun demonstrasi yang berakhir dengan kerusuhan yang mengarah pada anarki. Hal tersebut disebabkan oleh faktor faktor dari dalam dan luar demonstran itu sendiri. Kerusuhan yang terjadi yang berujung pada terjadinya beberapa tindak pidana. Tindakan ini akan mengganggu ketertiban umum dan akan dapat mengancam keamanan Negara. Peristiwa pidana yang juga disebut tindak pidana delict ialah suatu perbuatan atau rangkaian perbuatan yang dapat dikenakan hukum pidana. Suatu peristiwa hukum yang dapat dinyatakan sebagai peristiwa pidana kalau memenuhi unsur unsur pidananya. 11 Menurut Moeljatno unsur tindak pidana adalah : a. Perbuatan b. Yang dilarang oleh aturan hukum c. Ancaman pidana bagi yang melanggar larangan 12 Dinamika politik dan demokrasi di negeri ini, dengan nada sedih harus dikatakan, hampir tidak dapat dipisahkan dari anarkisme. Sebagai sebuah aliran, anarkisme merupakan teori politik yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat tanpa hierarki baik dalam politik, ekonomi, maupun sosial. Para Anarkis berusaha mempertahankan bahwa anarki, ketiadaan aturan-aturan, adalah sebuah 10 Prof. Dr. Barda Nawawi Arief, SH, 2007, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Kejahatan, Kencana, Jakarta, Hal.10-11 11 Ibid 12 Adami Chazawi, 2002, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal. 79 Universitas Sumatera Utara format yang dapat diterapkan dalam sistem sosial dan dapat menciptakan kebebasan individu dan kebersamaan sosial. Anarkisme melihat bahwa tujuan akhir dari kebebasan dan kebersamaan sebagai sebuah kerjasama yang saling membangun antara satu dengan yang lainnya. 13 Anarkisme yang menggunakan jalan kekerasanpun tidak jarang menyusup ke dalam pori-pori politik dan demokrasi di negeri ini. Lihat saja berbagai aksi kerumunan yang mengatasnamakan demokrasi yang tergelar di atas panggung sosial kita. Ibarat sebuah adegan teater, mereka bisa demikian mulus menjalankan peran sebagai algojo-algojo demokrasi yang tak henti-hentinya berteriak, menghujat, dan meneriakkan yel-yel pemaksaan kehendak yang tampil melalui ekspresi wajah yang beringas dan liar. Sifat-sifat individualistik mereka telah melebur ke dalam karakter kerumunan yang bengal dan tak terkendali. Demikian juga dalam berbagai aksi politik yang dengan sengaja membangkitkan sentimen- sentimen kelompok untuk mendapatkan simpati publik. Massa dan kerumunan telah berubah menjadi penguasa dadakan yang bisa demikian mudah melakukan tekanan. Persoalannya sekarang, mengapa negeri kita yang sudah lama dikenal sebagai bangsa yang memiliki peradaban tinggi bisa demikian mudah tereduksi oleh unsur-unsur anarkisme dalam ranah politik dan demokrasi? Mengapa banyak orang yang bisa demikian mudah mengatasnamakan demokrasi dengan menggunakan cara-cara anarkis dalam menggapai tujuan dan ambisi? 14 13 http:sawali.info20090212politik-demokrasi-dan-anarki 14 http:sawali.info20090212politik-demokrasi-dan-anarki Universitas Sumatera Utara Maka dalam hal ini kewajiban lembaga kepolisian untuk menjaga keamanan Negara sebagaimana tercantum pada pasal 2 undang undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara, yang berisi : “Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat”. Kepolisian adalah suatu institusi yang memiliki ciri universal yang dapat ditelusuri dari sejarah lahirnya polisi baik secara fungsi atau organ. Pada dasarnya polisi lahir bersama rakyat untuk menjaga sistem kepatuhan konformitas anggota masyarakat terhadap kesepakatan antar warga masyarakat itu sendiri terhadap kemungkinan adanya tabrakan kepentingan, penyimpangan perilaku dan perilaku kriminal dari warga masyarakat. Ketika masyarakat sepakat untuk hidup didalam suatu Negara, pada saat itulah polisi dibentuk sebagai lembaga formal yang disepakati untuk bertindak sebagai pelindung dan penjaga ketertiban dan keamanan masyarakat atau yang disebut sebagai fungsi “sicherheitspolitizei”. Kehadiran polisi sebagai organisasi sipil yang dipersenjatai agar dapat memberikan efek pematuhan enforcing effect. 15 Semua Negara di dunia ini selalu memiliki aparat kenegaraan yang di sebut polisi. Bentuk dan namanya dapat bermacam-macam. Keluasan tugasnya pun dapat bermacam-macam. Namun pada teori dasarnya polisi itu mempunyai tugas menyelenggarakan keamanan dan ketertiban umum. Tugas itu lalu diperinci dalam tugas yang bersifat prevensi atau pencegahan dan yang bersifat represif 15 Dr. bibit samad Rianto,2006, Pemikiran menuju polri yang proesional, mandiri, berwibawa dan dicintai rakyat, Restu Agung, Jakarta,hlm.36 Universitas Sumatera Utara atau penindakan pelanggaran hukum. Keduanya diarahkan kepada kehidupan masyarakat yang tertib agar dapat mewujudkan dalam ketenteraman dalam bekerja. Di Indonesia pola tindak itu dijadikan falsafah Kepolisian Negara Republik Indonesia atau disingkat Polri dengan rumusan, Polri pada hakikatnya bertugas mewujudkan masyarakat yang Tata, Tenteram, Karta, Raharja. 16 Polisi merupakan salah satu pilar yang penting. Polisi adalah hukum yang hidup. Melalui polisi ini janji janji dan tujuan tujuan untuk mengamankan dan melindungi masyarakat menjadi kenyataan. 17 Kita dapat melihat pada era reformasi telah melahirkan paradigma baru dalam segenap tatanan kehidupan bermasyrakat, berbangsa dan bernegara yang ada dasarnya memuat koreksi terhadap tatanan lama dan penyempurnaan kearah tatanan Indonesia baru yang lebih baik. Paradigma baru tersebut antara lain supermasi hukum, Hak Azasi Manusia, demokrasi, transparansi dan akuntabilitas yang diterapkan dalam praktek penyelenggaran pemerintahan negara termasuk didalamnya penyelenggaraan fungsi Kepolisian. Pengidentifikasian polisi sebagai birokrasi kontrol sosial memang memberi deskripsi mengenai polisi itu. Polisi seharusnya kita lihat tidak hanya menjalankan kontrol sosial saja, melainkan juga memberi pelayanan dan interpretasi hukum secara konkrit, yaitu melalui tindakan-tindakannya. Dengan kontrol sosial, pelayanan dan agen interpretasi tersebut menjadi lebih lengkaplah bahwa polisi mewujudkan janji-janji hukum. 16 Jend. Pol purn Drs. Kunarto, 1997 HAM dan POLRI, Cipta manunggal, Jakarta hlm. 1 17 Drs. DPM. Sitompul, 1985,Hukum kepolisian Indonesia, Tarsito, Bandung hlm. 133 Universitas Sumatera Utara Penegakan hukum, penjagaan keamanan dan ketertiban masyarakat serta pelayanan dan pengayoman masyarakat adalah tugas pokok polisi sebagai profesi mulia, yang aplikasinya harus berakibat pada asas legalitas, undang-undang yang berlaku dan Hak Azasi Manusia. Atau dengan kata lain harus bertindak secara profesional dan memegang kode etik secara ketat dan keras, sehingga tidak terjerumus kedalam prilaku yang dibenci masyarakat . Perilaku polisi adalah wajah hukum sehari-hari. Apabila kita menyadari bahwa polisi merupakan ujung tombak penegakan hukum, yang berarti bahwa polisi yang secara langsung berhadapan dengan masyarakat, dan khususnya, pelanggar hukum dalam usaha menegakan hukum . Dengan demikian, bagaimana perilaku polisi dengan cara-cara kotor dan korup, maka secara otomatis masyarakat pun memandang hukum sebagai sesuatu yang kotor dan korup, juga andaikan pemolisian dikerjakan dengan baik, maka wajah hukumpun akan dipandang baik. Karena itu, pandangan masyarakat tentang polisi akan membawa implikasi pada pandangan mereka terhadap hukum. Pekerjaan pemolisian yang tertanam kedalam masyarakat dapat kita lihat bagaimana struktur sosial, kultural dan ideologis telah menentukan pemberian tempat kepada polisi dalam masyarakatnya, bagaimana ia diterima oleh masyarakat, dan bagaimana ia harus bekerja. Pergeseran serta perubahan dalam fungsi yang harus dijalankan oleh suatu badan dalam masyarakat merupakan hal yang biasa. Hal yang agak istimewa adalah bahwa kita sekarang hidup dalam dunia dan masyarakat yang sedang mengalami perubahan yang sangat intensif dibandingkan dengan waktu-waktu Universitas Sumatera Utara yang lalu. Pekerjaan polisi yang berhadapan langsung dengan masyarakat itu berkualitas penuh, sehingga tidak hanya bisa dikatakan, bahwa mereka berhadapan dengan rakyat, melainkan lebih dari itu berada ditengah tengah rakyat. Polisi juga disebut-sebut sebagai melakukan jenis pekerjaan yang tidak sederhana, yaitu melakukan pembinaan dan sekaligus pendisiplinan masyarakat. kedua- duanya memiliki ciri-ciri yang beda sekali. Profesionalisme polisi dapat tumbuh melalui peningkatan standar profesi yang tinggi dan tugas profesi sebagai panutan sadar hukum serta prilaku sesuai dengan hukum yang dicetuskan mulai dari sistem “recruitmen and training” kepolisian sesuai dengan tuntutan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi. Dewasa ini, usaha Polri mengembangkan profesonalismenya terus diperjuangkan. Usaha-usaha itu terus dilakukan antara lain dengan jalan mengikutsertakan anggotanya kedalam berbagai kegiatan-kegiatan lainnya yang dapat menunjang peningkatan kualitas kerja dan profesionalisme Polri. Permasalahan yang dihadapi Polri dalam tugas saat ini adalah bagaimana menciptakan rasa aman masyarakat menghadapi perkembangan demokrasi dengan bermunculan aksi aksi massa seperti demonstrasi yang sewaktu waktu dapat menyulut terjadinya kerusuhan massal. Profesionalisme Polri dituntut untuk mewujudkan kepastian hukum baik kepastian dalam hukum maupun kepastian karena hukum, melalui pemupukan pengendalian massa secara tegas, berdasarkan hukum dan manusiawi, dengan membekali para anggota polisi dan keterampilan menggunakan peralatan pengendalian massa. 18 18 Dr. bibit samad Rianto, Op.Cit.,hlm. 190 Universitas Sumatera Utara Dalam beberapa waktu kedepan dapat dipastikan akan banyak terjadi gelombang-gelombang unjuk rasa.Untuk itu di perlukan kasiapan dari aparat kepolisian untuk dapat mencegah dan menanggulangi jika terjadinya kerusuhan pada saat unjuk rasa, supaya terjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Penanggulangan kerusuhan yang dilakukan merupakan upaya dalam menciptakan pemikiran bahwa berunjuk rasa bukanlah suatu kegiatan dalam menyampaikan aspirasi yang dilakukan dengan kasar atau dengan jalan harus rusuh supaya mendapat perhatian dari pihak pihak tertentu. Dengan tidak adanya kerusuhan yang tercipta pada saat unjuk rasa maka kebiasaan rusuh pada saat unjuk rasa tidak terjadi. Maka untuk itu diperlukan peran Kepolisian yang Profesional supaya tercipta keadaan yang kondusif dalam menyampaikan unjuk rasa, sebagai wujud kedewasaan dalam berdemokrasi. Berdasarkan dari uraian di atas maka penulis tertarik unjuk mengangkat judul skripsi tentang “PERAN KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI KERUSUHAN YANG TERJADI PADA SAAT DEMONSTRASI” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum.

B. Permasalahan