LAMPIRAN
1. HASIL WAWANCARA DENGAN KOMPOL R. SITUMORANG, KASI. OPS. LAT. DIT. SAMAPTA POLDASU
Pertanyaan : Apa sebenarnya faktor faktor penyebab terjadinya kerusuhan pada waktu melakukan demonstrasi?
Jawaban : dalam melakukan unjuk rasa atau demonstrasi sering terjadi kerusuhan ataupun anarki. Kerusuhan ini disebabkan karena beberapa faktor . faktor faktor
tersebut antara lain, pertama faktor potensial. Faktor potensial kerusuhan adalah psikologi masyarakat yang yang mempunyai kemampuan atau potensi sebagai
pemicu terjadinya kerusuhan. Hal ini akan semakin jelas jika didorong oleh unsur unsur seperti kondisi perekonomian masyarakat yang mengalami tekanan terburuk
dan kondisi sosio kultur masyarakat. Kedua, faktor rekayasa. Faktor rekayasa merupakan kesengajaan yang dibuat pihak tertentu karena adanya kepentingan
tertentu yang ingin di capai untuk dengan cara meletupkan kerusuhan. Ketiga, Faktor Kurang Koordinasi antara demonstran dengan aparat kepolisian. Hal ini
dapat menjadi penyebab kerusuhan karena di dalam tata cara menyampaikan pendapat di muka umum harus diberitahukan berapa estimasi massa yang akan
ikut dalam kegiatan unjuk rasa tersebut, sebagaimana yang ada pada pasal 11 undang undang nomor 9 tahun 1998. Karena bisa saja ada sekelompok orang yang
tidak bertanggung jawab masuk kedalam barisan, lalu berusaha mengacaukan keadaan. Kekempat, faktor ketidakpuasan masyarakat. Rasa lelah dalam berunjuk
rasa dan merasa tidak dihargai serta besarnya harapan akan perubahan yang diharapkan tidak mendapat tanggapan dari instansi terkait menjadi penyulut aksi
diluar konteks hokum yang berlaku. Aksi aksi teror, pengrusakan, intimidasi ataupun tindak pidana terhadap jiwa dan benda lain dapat terjadi dalam hal ini.
Factor potensi psikologi massa yang tidak stabil juga berpengaruh dalam timbulnya kerusuhan ini. Massa yang tidak menerima hasil yang dari usaha yang
dilakukan atau hasil yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, akan dengan mudah tersulut emosinya dan melakukan tindakan melanggar hokum. Kelima,
Universitas Sumatera Utara
faktor kurang pengamanan. Dalam hal ini melaksanakan prosedur tetap protap sesuai Peraturan Kepala Polri No 162006 tentang pedoman pengendalian massa
yang mengatur cara bertindak, jumlah kekuatan, peralatan yang digunakan, dan strategi pelaksanaannya. Kesempatan untuk melakukan tindakan rusuh dan
anarkis dapat saja dilakukan oleh para demonstran karena melihat kekuatan serta peralatan yang dipakai oleh Polisi tidak sesuai dengan apa yang ditetapkan dalam
Peraturan Kepala Polri No 162006 tentang pedoman pengendalian massa.
Pertanyaan : bagaimana peran kepolisian dalam menanggulangi kerusuhan pada saat demonstrasi ?
Jawaban : dalam melakukan pengamanan terhadap unjuk rasa polisi memegang peranan penting karena kepolisianlah yang bertanggung jawab terhadap keamanan
Negara. Dalam melakukan pengamanan terhadap unjuk rasa ada pedoman yang harus dilakukan polisi. Pedoman itu tertuang dalam Peraturan Kapolri Nomor 16
Tahun 2006 tentang pedoman pengendalian massa. Pedoman lain adalah Undang undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara, dan Undang undang
Nomor 9 Tahun 1998 tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat dimuka umum. Dalam melakukan unjuk rasa pengunjuk rasa haru terbih dahulu
melakukan pemberitahukan bahwa akan dilakukan unjuk rasa kepada pihak kepolisian setempat. Selain itu ada ketantuan ketentuan lain yang harus dipenuhi,
hal ini tertuang secara lengkap dalam Undang Undang Nomor 9 Tahun 1998 tersebut.
Pertanyaan : Bagaimana persiapan yang dilakukan polisi sebelum melakukan pengamanan unjuk rasa ?
Jawaban : Sebelum kegiatan unjuk rasa polisi melakukan persiapan persiapan seperti mengecek kekuatan personil dan peralatan setelah terlebih dahulu
memperlajari karakter massa. Pasukan yang di turunkan khusus untuk melakukan pengamanan ini adalah pasukan Pengendali Massa Dalmas.
Pertanyaan : Pada saat unjuk rasa berlangsung, bagaimana pengamanan yang dilakukan kepolisian?
Universitas Sumatera Utara
Dalam pengaman saat kegiatan unjuk rasa, tindakan yang dilakukan kepolisian memiliki tahap tahap. Tahap pertama yaitu tahap tertib hijau. Pada saat ini
situasi masih tertib. Dan pasukan dalmas hanya memakai PDL tanpa alat lain. Tahap kedua yaitu tahap tidak tertib Kuning. Pada tahap ini situasi mulai tidak
tertib. Sudah ada tindakan seperti mendorong pasukan dalmas atau kegiatan seperti membakar sesuatu atau kegiatan lain yang mengganggu ketertiban umum.
Dalam hal ini pasukan dalmas sudah dibekali dengan helm, Tongkat âTâ, perisai dan pelidung kaki dan tangan. Tahap ketiga adalah tahap melawan hokum
Merah. Pada tahap ini keadaan sudah rusuh dan perlu dilakukan penindakan. Untuk itu diturunka PHH dari Brimob Polri. Pada tahap ini polisi sudah bisa
melakukan tindakan hokum seperti pengejaran, pembubaran bahkan penembakan apabila mendapat persetujuan dari Kapolda setempat. Mengenai pengaturan
selanjutnya ada diatur dalam Peraturan Kapolri Nomor 16 Tahun 2006.
Pertanyaan : Bagaimana peran kepolisian setela Unjuk rasa selesai? Jawaban : Setiap mengakhiri kagiatan dalmas, Pimpinan kesatuan wajib
melakukan kaji ulang yang merupakan rangkaian kegiatan untuk menganalisa dan mengevaluasi hasil pelaksanaan tugas guna mengadakan koreksi terhadap
tindakan dan cara bertindak yang tidak sesuai dengan prosedur. Hal ini juga berguna dalam pelaksanaan pengendalian massa atau Dalmas selanjutnya. Setelah
selesai pelaksanaan tugas Dalmas, satuan dalmas kembali kemarkas satuan masing masing dengan tertib.
Pertanyaan : Apa kendala yang dihadapi kepolisian dalam melakukan pengaman unjuk rasa ini?
Jawaban : kendala kendala tersebut antara lain seperti masalah Hak Azasi Manusia. Dalam pelaksanaan peran Dalmas untuk menanggulangi kerusuhan,
sering upaya represif dari Kepolisian berbentur dengan Hak Azasi Manusia. Pasukan Dalmas yang melakukan pengejaran dan pemukulan kepada pengunjuk
rasa yang anarkis sering dituding melakukan Pelanggaran Hak azasi Manusia. Kendala lain yaitu kurangnya kesadaran hokum masyarakat. Pengetahuan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat akan hokum perlu ditingkatkan karena dengan tingginya kesadaran masyarakat akan hokum maka akan mengurangi kemungkinan terjadinya
kerusuhan. Informasi ataupun sosialisasi peraturan baru perlu dilakukan secara langsung, apalagi di pedesaan. Karena sosialisasi melalui media elektronik tidak
semuanya dapat merasakan. Selain itu penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan hukum yang berlaku perlu dalam menciptakan situasi yang
aman. Kandala lain adalah kurangnya koordinasi. Kurangnya koordinasi bukan hanya pada tahap persiapan saja atau sebelum dilakukan unjuk rasa, tetapi juga
pada saat berlangsungnya unjuk rasa. Dalmas dalam hal ini bukan hanya sebagai pengaman dalam aksi unjuk rasa tetapi juga sebagai perantara antara pengunjuk
rasa dengan pihak atau instansi yang dituju. Koordinasi pada saat terjadinya unjuk rasa dapat berupa negosiasi yang dilakukan oleh pihak atau instansi yang dituju
dengan pengunjuk rasa melalui negosiator dari kepolisian pada saat unjuk rasa. Dalam hal ini instansi atau pihak terkait haruslah aktif melakukan komunikasi
dengan pihak Kepolisian supaya tidak timbul kerusuhan akibat ketidakpuasan massa pengunjuk rasa dengan hasil atau solusi yang didapat dari kegiatan
berunjuk rasa tersebut.
Pertanyaan : apa upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut? Jawaban : Upaya yang dilakukan adalah dengan melkuakan koordinasi. Sebelum
dilakukan pengamanan terhadap pengemanan unjuk rasa maka perlu dilakukan rapat koordinasi. Koordinasi dilakukan baik didalam tubuh Dalmas sendiri
ataupun koordinasi dengan pihak instansi yang terkait. Pada saat dan setelah unjuk rasapun koordinasi terus dilakukan. Upaya lain adalah dengan melakukan
penyuluhan hokum kepada masyarakat. Penyuluhan Hukum kepada masyarakat dilakukan oleh BIMMAS dengan dibantu oleh Kepolisian dari fungsi lain
tergantung pada materi yang dibawakan. Kurangnya kesadaran hukum masyarakat dikarenakan karena kurangnya pengetahuan akan hukum. Maka untuk itu perlu
dilakukan penyuluhan hukum kepada masyarakat. Peningkatan kualitas dan profesionalisme anggota kepolisian juga merupakan suatu upaya dalam mengatasi
kendala. Karena dengan terciptanya anggota kepolisian yang professional maka
Universitas Sumatera Utara
kemungkinan terjadinya pelanggaran yang dilakukan dalam pelaksanaan tugas seperti masalah Hak Asasi Manusia dapat dihindari.
2. HASIL WAWANCARA DENGAN KOMPOL P.F.H. TAMPUBOLON, KASUBBAG DOKLIPUT RESKRIM POLDASU