2.4 Konsep Risiko
Portofolio keuangan dapat diartikan sebagai investasi dalam berbagai instrumen keuangan yang dapat diperdagangkan di bursa efek dan pasar uang dengan
tujuan menyebarkan sumber perolehan return dan kemungkinan risiko. Instrumen keuangan yang dimaksud meliputi saham , obligasi, valuta asing, deposito, indeks
harga saham dan produk derivative lainnya. Menurut Van Horne dalam Yuliati, dkk, 1996, risiko merupakan
kemungkinan penyimpangan tingkat keuntungan yang sesungguhnya actual return dari tingkat keuntungan yang diharapkan expected return.
Expected return pada dasarnya merupakan rata-rata tertimbang dari berbagai return historis, dengan probabilitas masing-masing return sebagai faktor
penimbangnya. Expected return dicerminkan oleh rata-rata mean dari distribusi probabilitas tingkat keuntungan. Risiko suatu investasi diukur dari besarnya varians
atau deviasi standar dari expected return. Semakin besar tingkat penyearan varians, maka investasi menjadi semakin beresiko.
Risiko investasi dapat berupa kerugian penurunan kurs saham dan kurs obligasi, gagal menerima dividen tunai dan kupon obligasi, gagal menerima kembali
pokok obligasi karena emiten dinyatakan pailit, dan gagal menerima kembali modal karena emiten saham dinyatakan pailit atau sahamnya tidak laku dijual karena emiten
bersangkutan telah dikeluarkan dari pencatatan di Bursa Efek. Untuk mengurangi risiko investasi, investor harus mengenal jenis risiko
investasi. Jenis risiko ini dikelompokkan dalam dua kelompok besar, ya itu risiko
Universitas Sumatera Utara
sistematis atau systematic risk dan risiko tidak sistematis atau unsystematic risk. Terjadinya risiko sistematis memberi dampak terhadap semua jenis saham sehingga
investasi dalam 1 jenis saham atau lebih tidak dapat mengurangi kerugian. Contoh risiko sistematis adalah kenaikan inflasi yang tajam, kenaikan tingkat bunga dan
siklus ekonomi. Untuk mengurangi risiko sistematis, investor dapat melakukan hedging atau lindung nilai di futures market atau di option market. Cara lainnya
adalah memahami perilaku siklus ekonomi dan tanda-tanda awal leading indicator pergantian siklus ekonomi. Risiko tidak sistematis hanya berdampak terhadap suatu
saham atau sektor tertentu. Contoh risiko tidak sistematis adalah peraturan pemerintah mengenai larangan ekspor atau impor semen, yang akan mempengaruhi
harga saham emiten yang menghasilkan produk semen, properti, atau produk lain yang menggunakan bahan semen. Untuk mengurangi kerugian yang mungkin
timbul, investor sebaiknya berinvestasi dalam berbagai jenis saham dari bermacam sektor sehingga jika satu jenis saham merugi, masih ada jenis saham lain yang
beruntung. Menurut Muhammad Samsul 2006, portofolio tidak mungkin mendapatkan return yang maksimal, tetapi dapat menghasilkan return yang optimal
dengan risiko yang minimal.
2.5 Value at Risk VaR