BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Paradigma Kajian
Paradigma ibarat sebuah jendela tempat seseorang bertolak menjelajahi dunia dengan wawasannya. Sebagian orang menyatakan paradigma paradigm
sebagai intelektual komitmen, yaitu suatu citra fundamental dari pokok permasalahan dari suatu ilmu. Namun secara umum paradigma dapat diartikan
sebagai seperangkat kepercayaan atau keyakinan dasar yang menuntun seseorang dalam bertindak atau keyakinan dasar yang menuntun seseorang dalam bertindak
dalam kehidupan sehari-hari. Paradigma adalah basis kepercayaan utama dari sistem berpikir basis dari ontologi, epistemologi, dan metodologi. Dalam
pandangan filsafat, paradigma merupakan pandangan awal yang membedakan, memperjelas dan mempertajam orientasi berpikir seseorang. Hal ini membawa
konsekuensi praktis terhadap perilaku, cara berpikir, intepretasi dan kebijakan dalam pemilihan masalah. Paradigma memberi representasi dasar yang sederhana
dari informasi pandangan yang kompleks sehingga orang dapat memilih untuk bersikap atau mengambil keputusan.
Meskipun tidak bisa disetarakan dengan seperangkat teori semata, paradigma memberikan arah tentang bagaimana pengetahuan harus didapat dan
teori-teori apa yang seharusnya digunakan dalam sebuah penelitian. Menurut Thomas Khun dalam Bulaeng, 2004: 2 paradigma didefenisikan sebagai suatu
pandangan dunia dan model konseptual yang dimiliki oleh anggota masyarakat ilmiah yang menentukan cara mereka meneliti.
Menurut Moleong 2011: 49, ada berbagai macam paradigma, tetapi yang mendominasi ilmu pengetahuan adalah Scientifik Paradigm paradigma ilmiah
dan Naturalistic Paradigm paradigma almiah. Paradigma ilmiah bersumber dari pandangan positivisme lazimnya disebut sebagai paradigma kuantitatif
sedangkan pandangan alamiah bersumber pada pandangan fenomenologis lazimnya disebut sebagai paradigma kualitatif.
Universitas Sumatera Utara
Paradigma kuantitatif Positivisme berakar pada pandangan teoritis Auguste Comte dan Emile Durkheim pada abad ke 19 dan awal abad ke 20. Para
Positivisme mencari fakta dan penyebab femomena sosial dan kurang mempertimbangkan keadaan subjektifitas individu. Paradigma kuantitatif
dinyatakan sebagai paradigma tradisional, positivisme, eksperimental, atau empiris.
Penelitian kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang dilakukan secara alamiah sesuai dengan kondisi yang terjadi di lapangan tanpa adanya
rekayasa dan jenis data yang dikumpulkan berupa data deskriptif .Arifin, 2012: 140
. Sesuai dengan metodologi penelitian ini yakni penelitian kualitatif, maka
dalam penelian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivisme. Asumsi ontologism pada paradigma konstruktivisme menganggap realitas merupakan
konstruksi sosial, kebenaran suatu realitas bersifat relatif, berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial. Selain itu realita juga dianggap
sebagai konstruksi mental dari individu pelaku sosial, sehingga realitas dipahami secara beragam dan dipengaruhi oleh pengalaman, konteks dan waktu
Kriyantono, 2008: 51. Secara epistemologis, pemahaman tentang suatu realitas atau temuan suatu
penelitian merupakan produk interaksi antara peneliti dengan yang diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti dan objek atau realitas yang diteliti merupakan kesatuan
realitas yang tidak terpisahkan. Peneliti merupakan fasilator yang menjembatani keragaman subyektivitas pelaku sosial dalam rangka merekonstruksikan realitas
sosial. Dari sisi aksiologis, peneliti akan memperlakukan nilai, etika, dan pilihan moral sebagai bagian integral dari penelitian dengan tujuan merekonstruksi
realitas sosial secara dialektis antara peneliti dengan pelaku soaial yang diteliti. Konstruktivisme atau constructivism mempunyai dampak yang luas sekali
dibidang komunikasi. Menurut pandangan ini, para individu melakukan interpretasi dan bertindak menurut kategori-kategori konseptual di dalam
pemikirannya. Realitas tidak hadir dalam bentuk apa adanya tetapi harus disaring melalui cara seseorang melihat sesuatu. Konstruktivisme sebagian didasarkan
pada teori dari George Kelly dalam Budyatna dan ganiem, 2011: 221 mengenai
Universitas Sumatera Utara
konsep-konsep pribadi atau personal constructs yang mengemukakan bahwa orang memahami pengalamannya dengan mengelompokkan dan membedakan
peristiwa-peristiwa yang dialaminya menurut persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaanya. Perbedaan-perbedaan yang dipresepsikan tidaklah
alamiah tetapi ditentukan oleh sejumlah hal-hal yang berlawanan didalam system kognitif individu.
Kompleksitas kognitif memainkan peranan yang penting di dalam komunikasi. Konsep-konsep antarpribadi terutama penting karena konsep-konsep
tersebut mengarahkan bagaimana kita memahami norang lain. Para individu berbeda dalam kompleksitas dengan mana mereka memandang individu lainnya.
Bila seorang individu sederhana dalam arti kognitif, individu tersebut cenderung melakukan stereotip kepada orang lain, sedangkan bila individu lebih memiliki
perbedaan secara kognitif, maka individu tersebut akan melakukan perbedaan- perbedaan secara halus dan lebih sensitive. Secara umum, kompleksitas kognitif
mengarah kepada pemahaman yang lebih besar mengenai pandangan-pandangan orang lain dan kemampuan yang lebih baik untuk membingkai pesan-pesan dalam
arti dapat memahami orang lain. Konstruktivisme pada dasarnya merupakan teori pilihan stategi atau
strategy-choice theory. Prosedur-prosedur penelitian para konstruktivis biasanya menanyakan para subjek untuk memilih tipe-tipe pesan yang berbeda dan
mengklasifikasikannya yang berkenaan dengan kategori-kategori strategi Budyatna dan Ganiem, 2011: 225.
2.2. Kajian pustaka 2.2.1 Komunikasi