4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis pengamatan dan wawancara peneliti dari informan pertama hingga informan kelima, maka peneliti membuat pembahasan
sesuai dengan tujuan penelitian sebagai berikut : Hedonisme merupakan suatu paham yang mengemukakan bahwa hal
yang terbaik bagi manusia adalah baik apa yang memuaskan keinginan kita, apa yang meningkatkan kuantitas kesenangan atau kenikmatan dalam diri
kita.Wahyudi Kumurotomo,1999:235 Tujuan hidup manusia adalah hedone kenikmatan, kepuasan. Ketenangan
batin diperoleh dengan memuaskan keinginannya. Manusia harus dapat memilih keinginan yang memberikan kepuasan secara mendalam. Hedonisme sebagai
suatu “budaya” yang meletakkan dimensi kepuasan materi sebagai suatu tujuan utama memicu dan memacu pemanfaatan alam dan atau melakukan aktivitas
hidup yang jauh dari dimensi spritual moralitas. Kesadaran akan nilai-nilai etika dan moralitas yang rendah dalam mencapai tujuan hidup meberikan kepuasan
sesaat, dan dampak negatif yang berjangka panjang. Seperti yang terjadi pada kelima informan, FR, MS, AG, FA dan RM mereka merupakan mahasiswa yang
berasal dari kalangan elit yang mempunyai hobi sama dalam menghabiskan waktu dan uangnya yang melebihi batas.
Berdasarkan kelima informan tersebut, peneliti melakukan pembahasan yang dikaitkan dengan tujuan dalam penelitian ini, Untuk mengetahui
karakteristik Mahasiswa Hedonisme di Universitas Sumatera Utara, mengetahui bagaimana gaya komunikasi verbal pada Mahasiswa Hedonisme Universitas
Sumatera Utara, mengetahui bagaimana gaya komunikasi nonverbal pada Mahasiswa Hedonisme Universitas Sumatera Utara, sebagai berikut:
1. Karakteristik Mahasiswa Hedonisme Di Universitas Sumatera Utara.
Karakteristik hedonisme adalah kebendaan dengan ukuran fisik harta, atau apa saja yang tampak, yang dapat dinilai dengan uang. orang yang termasuk
karakteristik hedonisme ialah orang yang sudah senang karena harta bendanya yang banyak, sudah sama artinya dengan orang yang bahagia.
Ciri-ciri karakteristik hedonisme menurut Cicerno dalam Russell 2004 adalah sebagai berikut: Memiliki pandangan gaya hidup instan, melihat perolehan
Universitas Sumatera Utara
harta dari hasill kahir bukan proses untuk membuat hasil akhir. Menjadi pengejar modernitas fisik. Memiliki relativitas kenikmatan di atas rata-rata tinggi.
Memenuhi banyak keinginan-keinginan spontan yang muncul. Ketika mendapat masalah yang dianggap berat, muncul anggapan bahwa dunia begitu
membencinya. Berapa uang yang dimilikinya akan habis Melihat dari ciri-ciri tersebut, hedonisme lebih menitik beratkan kepada kebutuhan jasmani daripada
rohani. Hedonisme kurang lebih adalah berupa kesenangan sesaat yaitu kesenangan duniawi. Cinta pada dunia beserta segala kemewahan yang terlihat
dan dirasakan oleh panca indera manusia. Dalam penelitian ini, peneliti lebih menekankan pada hedonisme di kalangan mahasiswa.
Dari penjelasan yang diatas hampir sama dengan karakteristik yang terjadi pada informan yang peneliti teliti ialah mahasiswa yang berada di Universitas
Sumatera Utara. Dari Informan 1 sampai dengan Informan V sudah termasuk karakteristik mahasiswa hedonisme karena hampir dari semua informan sangat
sering berada diluar rumah untuk menghabiskan waktu dan uangnya. Seperti pada informan I FR dan V RM adalah informan yang senang menghabiskan uangnya
untuk kesenangan jasmani nya, mereka suka pada kemewahan, mereka senang membeli baran-barang yang branded dengan harga jutaan rupiah bahkan sampai
puluhan juta rupiah. Informan II MS senang berada di luar rumah, tiap malam pun ia sering berkunjung ke tempat hiburan malam bersama teman-temannya hanya
untuk bersenang-senang. Informan III AG dan IV FA lebih senang berkumpul bersama teman segengnya untuk mengadakan birthday party, nongkrong di cafe
seharian sehingga uang yang ia pegang pu cepat lenyap dalam jumlah yang cukup besar. AG dan FA juga sama dengan MS yang pernah mengunjungi tempat-
tempat malam hanya untuk menikmati minuman-minuman dan bersenang-senang. Aspek-aspek dalam penelitian ini mengacu pada teori yang dikemukakan
oleh Enggel, dkk 1995 yaitu: 2.
Opini Opini adalah tanggapan baik lisan maupun tulisan yang diberikan individu
tentang dirinya sendiri dan tentang hal-hal yang berkaitan dengan arti hedonisme.
Universitas Sumatera Utara
Dalam opini ini, informan I sampai informan V hampir sama dalam mendefinisikan Hedonisme. FR, MS dan AG mengartikan hedonisme adalah
sesuatu yang berlebihan dalam kehidupan da seseorang yang hidup konsumtif. Sedangkan FA dan MS mengartikan hedonisme adalah seseorang yang hidup
senang-senang dan berfoya-foya tanpa memikirkan hal yang membuatnya sakit atau sedih. Kelima informan yang peneliti wawancara juga mengaku bahwa
dirinya adalah mahasiswa yang berkehidupan hedonisme karena mereka sadar mereka melakukan kegiatan yang hampir sering berada dirumah dan pengeluaran
mereka rata-rata 2juta sampai dengan 5juta perbulan dan uang yang di habiskan hanya untuk nongkrong atau shopping.
3. Aktivitas
Aktivitas Ialah sebagai cara individu mempergunakan waktunya yang berwujud tindakan nyata dalam kegiatan yang bertujuan mencari
kesenangan semata dengan konsekuensi biaya cukup besar, aktivitas dapat berupa berbelanja dengan harga mahal dan frekuensi yang cukup sering.
Menghabiskan diri ditempat hiburan dengan biaya mahal serta kegiatan rutin seperti makan,minum yang dilakukan ditempat-tempat tertentu
dengan biaya besar dan menimbulkan kesan mewah. Dalam penjelasan Aktivitas, sudah terlihat kegiatan apa-apa saja yang
dilakukan mahasiswa di USU ini dalam kesehariannya sampai satu bulan. Aktivitas FR walaupun lebih sering dirumah , tetapi ia selain pergi ke kampus
untuk kuliah, ia harus menyempatkan dirinya untuk jalan-jalan. Dalam seminggu ia harus menyempatkan waktunya berada diluar sebanyak 4x seperti pergi ke mall
untuk shopping, ke cafe-cafe termahal hanya untuk duduk-duduk bersama temannya, dan pergi ketempat perawatan kecantikannya. Uang yang ia habiskan
untuk bersinggah ke cafe atau mall dalam satu hari ialah sekitar 500ribuan. FR mempunyai hobi travelling, jadi ia sering pergi berlibur ke luar negeri bersama
keluarganya untuk shopping dan foto-foto. Aktivitas MS sama ia hobi kalan-jalan bersama teman-temannya bahkan tidak di hari libur, ia serin pergi keluar kota
untuk berlibur bersama temannya. MS juga senang pergi ke kafe-kafe atau tempat-tempat yang menurutnya hits. Tiap malam MS juga sering pergi ke tempat
Universitas Sumatera Utara
hiburan malam bersama teman-temannya, bahkan MS pun rela ke Jakarta atau Bali secara tiba-tiba hanya untuk mendatangi party-party disana. Uang yang
dihabiskan MS dalam satu hari ialah sekitaran 300ribu ke atas AG dan FA adalah teman satu geng, kegiatan mereka sehari-hari hampir sama. Mereka sangat suka
pergi ke kafe untuk nongkrong, ia juga sering mengadakan party untuk merayakan hari-hari penting dalam gengnya. Tempat yang AG dan FA kunjungi ialah tempat-
tempat yang cukup mewah seperti hotel bintang 5 maupun lounge-lounge yang mahal. Sedangkan RM informan terakhir ini juga melakukan aktivitasnya selalu
berada diluar rumah, ia adalah perempuan yang sosialita. Ia mengikuti arisan, dan sering pergi ke kafe hanya untuk meetup bersama teman-teman sosialitanya.
Hobinya RM satu lagi ia hobi shopping, jadi tak heran jika tiba-tiba ia pergi ke luar negeri hanya untuk shopping.
4. Minat
Gambaran inidvidu yang memiliki gaya hidup hedonis yang tinggi adalah individu yang aktivitas, minat dan pendapatnya selalu menekankan pada
kesenangan hidup. Hal tersebut diwujudkan dengan banyak mengabiskan waktu Ialah suatu yang menarik dari lingkungan sehingga individu merasa
senang untuk memperhatikannya. Minat dapat muncul terhadap suatu objek, peristiwa atau topik yang menekankan pada unsur kesenangan hidup. Minat
gaya hidup hedonis dapat berupa ketertarikan individu terhadap barang-barang mahal dan mewah, perhatian khusus pada nilai prestise yang dimiliki suatu
barang atau aktivitas serta keinginan individu untuk melakukan berbagai aktivitas atau perilaku yang mewakili gaya hidup yang diinginkannya.
Menurut penjelasannya, minat terhadap gaya hidup yang hedonisme yang berupa ketertarikan individu terhadap barang-barang yang mewah nan mempunya
nilai yang cukup tinggi ini sudah ada pada diri masing-masing dari kelima informan yang peneliti lihat. Bahwasanya kelima informan tersebut sangat tertarik
untuk membeli barang dengan nilai yang mahal demi kesenangan batiniahnya. Seperti pada informan I FR ia sangat menyukai tas branded seperti coach,
katespade dan tory burch dengan nilai tas kisaran 10jutaan, FR juga tiap minggu harus menyempatkan dirinya membeli pakaiannya dengan alasan ia malu jika
Universitas Sumatera Utara
memposting foto ke media sosialnya menggunakan pakaian yang sama. Ketertarikan dalam membeli barang branded dengan nilai tinggi juga dimiliki oleh
informan V yaitu RM. RM hampir sama dengan FR yang menyukai barang- barang branded kelas atas seperti Longchamp, Chiara Ferragni, Louboutin dan
brand lainnya. Ia harus membelli semua barang itu di luar negeri sehingga ia sering berpergian ke Singapore, KL dan lainnya hanya untuk shopping dan
membeli barang-barang yg ia inginkan dan barang tersebut memang jarang jual di pasaran Indonesia. Sedangkan informan II ia menyukai brand dari USA seperti
ZARA, Sephora, Forever21 lebih senang membeli pakaian-pakaian dan akesorisnya saja. MS tidak separah FR dan RM yang membeli barang kisaran
diatas 10juta, namun kisaran MS ialah 500ribu sampai 2jutaan. MS dalam sebulan minimal harus membeli 1 barang tersebut karena jika ia tidak membeli barang di
tiap bulannya, MS merasa ada yang kurang dalamn dirinya. Informan III AG ini barang ia banyak ia miliki dan harus ia miliki ialah parfume. AG sangat
menyukai parfum original yang berkisar 300ribu sampai 1jutaan.AG sudah banyak mengkoleksi parfumnya sehingga AG mempunya lemari kaca untuk
menaruh parfum-parfum koleksinya. Namun, AG juga sama dengan FR, MS ,dan RM yang menyukai tas branded. Salah satu tas favourite AG adalah tas
MichaelKors yang berkisar diatas 2jutaan. Informan IV berbeda dengan ketiga informan terhadap minatnya dalam membeli barang. FA tidak terlalu suka
terhadap barang branded untuk pakaian , tas atau sepatunya walaupun ia mempunyai koleksi beberapa. Namun FA ini sangat pecinta gadget yang berbrand
APPLE ini sehingga setiap keluaran apple sudah ia miliki seperti ipad, iphone, ipod, dan macbook. Kisaran harga gadget yang dimilikinya juga sama seperti FR
dan RM. Dari kelima informan ini rata-rata membeli barang yang mereka inginkan ialah di MALL. Sebagian dari mereka seperti FR, MS dan AG terkadang
membeli barang tersebut di onlineshop. Sedangkan FA dan RM tidak menyukai belanja di online shop dengan alasan merek takut penipuan dan untrusted olshop.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui karakteristik mahasiswa hedonisme di Universitas
Sumatera Utara adalah kelima informan tersebut memiliki kesamaan pada
Universitas Sumatera Utara
karakteristik hedonismenya yang antusias pada kemewahan dan sering menghabiskan waktu dan uangnya untuk kesenangan pribadinya.
2. Gaya Komunikasi Verbal dan Nonverbal pada mahasiswa Hedonisme di
Universitas Sumatera Utara Pada dasarnya bahasa adalah suatu system lambang yang memungkinkan
orang berbagi makna. Dalam komunikasi verbal, lambang bahasa yang dipergunakan adalah bahasa verbal entah lisan, tertulis pada kertas, ataupun
elektronik. Bahasa suatu bangsa atau suku berasal dari interaksi dan hubungan antara warganya satu sama lain Hardjana, 2003: 23.
Bahasa memiliki banyak fungsi, namun sekurang-kurangnya ada tiga fungsi yang erat hubungannya dalam menciptakan komunikasi yang efektif. Ketiga
fungsi itu adalah untuk mempelajari tentang dunia sekeliling kita, untuk membina hubungan yang baik di antara sesama manusia, dan untuk menciptakan ikatan-
ikatan dalam kehidupan manusia. Dari kelima informan yang peneliti wawancara mempunya hasil dalam
kehidupan sehari-harinya bahasa yang mereka gunakan ialah bahasa non formal indonesia karena menurut mereka bahasa non formalah yang mudah di gunakan
dan dapat dimengerti tempat umum maupun di keluarga. Dari hasil waawancara mengenai komunikasi verbal, informan I, II, III , dan V yaitu FR, MS, AG dan
RM sangat aktif menggunakan komunikasi verbalnya dibandingkan dengan informan III yaitu FA.
Informan I FR sangat aktif menggunakan verbalnya, ia begitu semangat pada saat berbicara. Begitupun dengan informan II MS, III AG, dan V RM pada
saat bicara terlihat begitu semangat saat menceritakan tentang dirinya dalam menyukai hal-hal yang berkenaan dengan hedonisme dan mereka mengaku bahwa
dirinya adalah orang yang suka berbicara bawel ketimbang menggunakan nonverbalnya. Informan I FR saat menceritakan ketertarikannya ia pada barang-
barang branded, membuat dirinya menceritakan barang kesayangan dia. FR pun dengan antusias menceritakan kesehariannya yang padat hanya untuk
menyenangkan dirinya. FR senang jalan-jalan bersama teman-temannya dan menyempatkan dirinya untuk duduk-duduk di cafe hanya sekedar untuk
Universitas Sumatera Utara
membecarakan seputar fashion atau bergosip mengenai masalah yang sedang terjadi akhir-akhir ini. FR mengakui dirinya bukan tipe orang yang pendiam,
bertemu orang yang baru mungkin ia bisa saja berani untuk berkenalan dan berbicara, sama halnya dengan MS dan AG mempunyai kesamaan yang senang
berada di luar rumah karena mereka merasa kesepian dan bosan saat dirumah, sehingga mereka selalu mempunyai jadwal untuk jalan bersama temannya dan
nongkrong hanya untuk bercerita mengenai masalah seputaran dirinya dan bersenang-senang. MS juga hampir sama dengan FR yang senang mencara
lingkungan baru, dan teman baru. Bagi MS mempunyai teman baru berarti menambah wawasan dan pergaulan yang lebih luas. Berbeda dengan AG dan RM,
ia memang lebih sering menunjukan komunikasi verbalnya namun hanya pada teman-teman yang merasa dekat dengannya. Jika bertemu dengan orang baru atau
sendiri, AG dan RM lebih banyak diem. Mereka mengaku tidak mudah untuk berkenalan dengan orang baru sehingga pada saat bertemu dengan orang baru,
mereka lebih pendiam dan jarang berkata-kata. Pada informan III FA ini selalu berbeda dengan yang lain, FA mengaku jarang bicara tetapi ia senang berkumpul
dengan orang-orang yang aktif dalam berbicara. Terkadang FA hanya menggunakan nonverbalnya yaitu lebih banyak senyum jika mendengarkan
teman-teman dekatnya heboh. FA mau berbicara pada saat topik pembicaraannya yang menarik untuknya.
Bahasa yang kelima informan gunakan ialah bahasa formal indonesia dan non formal indonesa. Mereka menggunakan kedua bahasa tersebut tergantung
situasinya seperti apa dan pada siapa harus menggunakan antara dua tersebut. Seperti pada informan I FR pada saat bersama teman-temannya ia menggunakan
bahasa non formal, intonasi dan volume bicaranya lebih berisik dan tinggi ketika bersama teman-teman di kuliahnya maupun teman di luar kuliahnya, sedangkan
pada saat bersama keluarga ataupun seseorang yang lebih tua dari dirinya mereka menggunakan bahasa lebih formal dan dengan nada, intonasi, dan volume yang
lebih rendah dan lemah lembut serta menjaga cara bicaranya agar tidak menyinggung yang lebih tua. Hal ini sama dengan keempat informan yang lainnya
seperti MS , FA dan RM. Namun RM mengaku bahwa dirinya ketika bersama
Universitas Sumatera Utara
dengan teman-teman maupun dengan keluarga tetap dengan suara yang pelan dan lemah lembut.
Hal menarik terdapat pada informan kedua yaitu MS pada saat ia berkumpul dengan sahabat-sahabatnya ia menggunakan bahasa inggris dalam kesehariannya
karena ia harus membiasakan diri dengan menggunakan bahasa inggris dengan mereka, salah satu dari teman yang berkumpul bersamanya adalah orang Inggris
sehingga mereka harus menggunakan bahasa inggris ketika berkumpul untuk bermain bersama.
Dalam komunikasi nonverbal, pada saat berbicara FR dan RM sering menggerakan tangannya. FR seringkali menggerakan tangannya ke mulut atau
hidungnya untuk menutupinya pada saat tertawa, sedangkan RM seringkali pada saat berbicara dan diam, ia seringkali memainkan rambutnya dengan tangannya
untuk menenangkan dirinya pada saat berbicara. Dan FA ia tidak pernag berhenti memainkan gadget iphone nya diputar-putar ditangannya pada saat berbicara
seperti menghilangkan rasa gelisah dan groginya saat ia berbicara. MS dan AG sangat aktif menggerakan tangannya pada saat menjelaskan sesuatu pada saat
bercerita mengenai dirinya. Selain itu informan I FR , informan III AG dan V RM termasuk mudah
dalam memberikan senyumannya dan mengeksptesikan wajahnya saat tertawa dibandingkan dengan MS dan FA yang sedikit senyumnya dan lebih kearah
seperti terlihat angkuh. Dalam hal kontak mata terlihat dari peneliti bahwa pada saat berbicara, FR, MS, AG dan RM sangat fokus tatapan matanya pada saat
berbicara. Berbeda dengan FA yang sering mengalihkan matanya ke arah lain pada saat berbicara.
Pada saat mempunyai mempunyai masalah di kuliah maupun dirumah, informan II, III, IV dan V dapat mempengaruhi ekspresi wajahnya. Mereka
mengaku memasangkan wajah kusutnya atau betenya depan orang-orang banyak. Komunikasi nonverbal pada informan II MS menunjukannya ekspresinya dengan
wajah yang cemberut, dan sedikit uring-uringan dan sedikit marah-marah saat ditanya oleh temannya, ia lebih banyak berdiam saat hanya memainkan hapenya
seharian ketika sedang kesal dan terkadang MS meminta temannya dengan
Universitas Sumatera Utara
mengkode agar dijemput utuk jalan-jalan karena kalau jalan dapat membuat perasaan daan moodnya lebih baik dari sebelumnya.
Informan III AG sama seperti MS jika memiliki perasaan kesal atau mempunyai masalah. AG lebih memilih diam seribu bahasa dan memilih berdiam
dirumah. Curhat dan makan lah yang dapat meredamkan kesalnya AG. FA dan RM juga sama dengan AG yang memilih berdiam diri dikamar selama
mempunyai masalah atau kesal. Hanya informan I FR yang berbeda dari keempat informan. Yang peneliti ketahui, FR mengakui pada saat ia mempunyai masalah,
ia tidak pernah mempengaruhi wajahnya. FR akan tetap memasang wajah yang seakan-akan tidak mempunyai masalah. Karena pengakuan FR, ia tidak mau
menunjukan masalahnya kepada teman atau orang yang melihatnya. Namun, ia akan menyempatkan dirinya seharian dikamar untuk menangis sampai ia merasa
lega. Ini tanggapan ia : “engga pengaruh dan engga di tunjukkin sama aku. Di pendem aja sama
aku hehehe. Karena biar orang liat nya aku kaya seneng selalu aja haha”
Dari segi lain, kelima informan tersebut mempunyai beberapa media sosial seperti instagram, path, dan facebook untuk menunjukan komunikasi nonverbalnya
seperti memposting penampilannya mereka yang terlihat secara jelas sehingga orang dapat menilai seperti apa. Sedangkan media sosial seperti whatsapp, line,
dan skype yang mereka punya untuk mengganti komunikasi nonverbalnya melalui media sosial untuk bercerita dengan yang teman-temannya.
Hasil wawancara dan observasi membuktikan bahwa informan pertama FR dalam gaya komunikasinya memiliki gaya
santai relaxed style ketika berkomunikasi. Hal ini peneliti buktikan dengan memperhatikan saat FR berbicara
dengan peneliti juga peneliti. Ia selalu berbicara dengan tenang dan senang juga setiap berbicara, FR seringkali di selingkan dengan senyum dan tawanya sehingga
peneliti pada saat berbicara dengannya juga memberikan pertanyaan dan berbicara dengan santai.
Sedangkan untuk hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan terhadap informan kedua MS, peneliti melihat ia memakai gaya komunikasi
terbuka open style, dalam setiap wawancaranya ia banyak membahas dirinya ketika waktu ia berada di tempat hiburan malam bersama teman-temannya,
Universitas Sumatera Utara
menceritakan apa-apa saja yang ia lakukan bersama teman-temannya tanpa merasa malu-malu menurutnya ia hanya menceritakan apa adanya mengenai
dirinya. ciri-ciri gaya komunikasi terbuka yaitu dimana komunikator berkomunikasi secara terbuka yang ditunjukkan dalam tampilan jujur dan
mungkin saja blakblakan. Dari hasil wawancara dan observasi peneliti dapat dianalisis bahwa
informan III , AG memiliki gaya komunikasi atentif attentive style, terlihat dari
cara AG mendengarkan penjelasan dari peneliti mengenai hedonisme dan tiap pertanyaan-pertanyaan yang peneliti berikan, ia dengarkan dengan baik dan
sungguh-sungguh baru ia menjawab dengan jelas sampai peneliti mengerti sesuai dengan pertanyaan yang peneliti berikan. AG terlihat bersikap simpati dan selalun
bersunguh-sungguh dalam mendengarkan ketika peneliti jelaskan. Liliweri,2013 : 310.
Sementara untuk hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan terhadap informan keempat FA, peneliti melihat dalam komunikasi verbalnya
lebih menggunakan gaya komunikasi animasi animasi style. pada saat berbicara seringkali peneliti melihat FA sedang menggerakan tangannya atau memainkan
sesuatu barang yang berada dekat dengannya agar ketika ia berbicara ia lebih merasa nyaman dan tidak merasa kaku. Karena pada dasarnya FA sedikit kaku
dan tidak terlalu bisa langsung santai pada saat pertama kali berbicara dengannya. Hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan terhadap informan
kelima RM,dalam komunikasinya memiliki gaya bersahabat friendly style. terlihat dari bicara dan sikap RM pada saat berkomunikasi dengan peneliti saat di
wawancara, RM selalu berusaha untuk menghidupkan suasana dengan tawa, canda , senyumnya dan ramahnyanya ia. Menjawab dan menjelaskan dengan nada
yang lemah lembut sehingga peneliti pun merasa dekat pada saat melakukan wawancara terhadap RM.
Menurut Ruben, kode nonverbal dapat dikelompokkan menjadi empat kriteria, antara lain : Paralanguage, Wajah, penampilan dan isyarat eksternal .
Kode nonverbal pertama ialah Paralanguage yang mengacu pada pesan yang melengkapi bahasa. Secara teknis pesan nonverbal dapat dilihat sebagai sebuah
contoh dari paralanguage yaitu bentuk vokal dan bentuk tertulis.
Universitas Sumatera Utara
Bentuk Vocal ialah Suara vocalis seperti tinggi rendah suara, kecepatan berbicara, irama, batuk, tertawa, berhenti, bahkan keheningan merupakan sumber-
sumber pesan yang sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Dalam hal ini, bentuk vocal yang sering terdengar oleh kelima informan yang peneliti
wawancara : pada FR, MS, AG dan RM sering tertawa dengan pelan, dan terkadang berbicara begitu bersemangat dengan intonasi yang sedikit tinggi
karena bersemangat pada saat bercerita , sedangkan pada FA ia lebih banyak hening karena bingung untuk membuka pembicaraan apa, sekalinya berbicara
dengan nada yang pelan dan berbicara dengan bahasa yang formal. Bentuk Tertulis ialah bentuk kata atau pernyataan juga penting bagi
interpretasi dalam bahasa tertulis. Tanda-tanda emosi emoticons sangat berguna dalam email dan pesan tertulis. Gabungan antara tanda baca misal : menunjukan
tersenyum atau : menunjukan sedih. Dari bentuk tertulis, peneliti bisa lihat bahwasanya banyak menggunakan nonverbalnya pada saat di media sosial dan via
chat. Pada saat peneliti menanyakan informan I FR untuk kesediannya diwawancara lewat direct messenger, FR membalas dengan penuh ramah dan
sering kali ia menggunakan emoticon senyum sehingga menunjukkan bahwa ia menyetujui untuk dirinya di wawancara. Dan peneliti melihat kehedonismeannya
FR dapat terlihat dari kata-kata dan emoticon FR pada saat memposting sesuatu di media sosialnya. Begitupun pada MS dalam media sosialnya sering memposting
foto dan tulisan dengan bahasa inggris agar terlihat lebih berkelas. Informan III dan IV juga sering menggunakan emotenya untuk menunjukkan ia sedih atau
sedang senang dan dapat terlihat dari peneliti bahwa mereka adalah orang yang ramah dan kehedonismeannya dapat terlihat bahwasanya AG membuat caption
“go home” sedangkan lokasi yang ia berikan sedang berada di hongkong. Hal yang sama pada RM yang pernah memposting foto duduk sambil memegang
belanjaan dengan judul “tired”, hal ini menunjukkan ia termasuk hedonisme. Terakhir FA terlihat dari tulisannya bahwa ia adalah orang yang sedikit pendiam
dan formal terlihat dari tulisannya dalam chat dan secara langsung , membahasakan dirinya dengan kata ‘saya’, dalam kehedonisme nya dapat terlihat
dari postingan fotonya yang sedang berkumpul disebuah club atau tempat mewah dan judul hanya dengan menaruh emoticon saja.
Universitas Sumatera Utara
Kode nonverbal yang kedua ialah kode Wajah. Manusia bereaksi terhadap tampilan wajah seseorang secara holistic. Yang artinya, ketika kita melihat wajah
seseorang kita mendapatkan kesan keseluruhan dan jarang memikirkan ciri-ciri khususnya. Misal: Pandangan mata. Dalam hal ini FR dan MS menggunakan face
contact atau kontak wajah pada saat berbicara dengan peneliti pada saat diwawancara, sedangkan AG dan RM pada saat berbicara menggunakan eye
contact atau kontak mata. Setiap menjawab pertanyaan atau mendengarkan pertanyaan yang peneliti berikan mereka seringkali melihat mata peneliti dengan
tajam. Dan selalu berbeda pada informan FA pada saat berbicara dengan peneliti ,
pandangan mata FA ialah gaze avoidance yang berarti = Seseorang yang secara aktif menghindari tatapan dari- orang. FA seringkali saat berbicara memalingkan
wajahnya kearah lain dan tidak pernah kontak wajah maupun kontak mata. Kode nonverbal yang ketiga ialah penampilan. Penampilan adalah sumber
informasi tunggal yang paling penting dalam membentuk kesan permulaan. Penampilan dapat diklasifisikasikan melalui : Rambut, Fisik, Pakaian dan Artefak.
Pada Informan pertama FR, terlihat nonverbalnya yang menandakan bahwa ia mahasiswa hedonisme terlihat dari rambutnya yang pendek tan tertata rapi,
terawat seperti seringnya ia kesalon, FR dari segi fisik memiliki tinggi badan 155cm ini dan berat badan 45kg ini termasuk badan mempunyai badan yang ideal
karena ia mengakui bahwa dirinya sering berolahraga di fitnes ternama di sunplaza. Segi penampilan, FR sangat mencolok karena pakaian yang ia kenakan
dari atas sampai bawah menggunakan barang yang branded, penampilan ia sangat matching dan terkesan borju. Segi artefaknya ia juga menggunakan aksesoris
seperti jam yang mahal, tas yang mahal dan ia membawa mobil berwarna merahnya yaitu honda jazz model terbarunya. Sedangkan pada informan kedua
MS yang menandakan dirinya terlihat hedonisme artefak yang ia miliko ialah ia membawa mobil ketika kemana-mana,dan sering memakai kacamata ditaruh
diatas rambutnya. dari segi rambutnya yang tergerai panjang ini juga seperti terawat. Fisiknya yang tinggi 160cm dan berbadang kurus ini sering
menggunakan baju ketatnya dan rok pendeknya jika pergi kemana-mana membawa kesan ia yang terlihat anggun. Pada informan ketiga AG, dapat terlihat
Universitas Sumatera Utara
juga dari rambutnya yang panjang dan selalu terblow seperti dari salon, fisiknya yang putih bersih , penampilannya selalu matching , feminin dan fashionable
inilah yang membuat dirinya terlihat lebih berkelas. Dari artefaknya, AG membawa mobil hodna swift berwarna kuningnya untuk kekampus dan jalan-
jalan. FA mencolok dari penampilannya yang rapi dan casual dengan memakai kemeja dan celana jeans atau kaus dan celana jeans yang terkesan mewah, dan
artifak yang ia miliki ialah sering membawa-bawa gadget dan dompetnya di tangan kanannya, FA pun terlihat memakai jam branded. Fisiknya juga yang
tinggi tegap dan sedikit berisi ini membawa mobil nissan jukenya berwarna abu- abu tiap kali ia berpergian.
Kode yang terakhir ialah kode Isyarat eksternal. Kode ini menjelaskan gerak- gerik dari seseorang. Kelima informan selama waawancara seringkali melakukan
isyarat-isyarat eksternal seperti menganggukan kepalanya saat ia menyatakan dirinya menyukai hal-hal yang berbau hedonisme. Dan mereka juga sering
menggerakan tangan dan badannya saat menceritakan dirinya dalam menyukai hal-hal yang berkaitan dengan hedonisme yang menandakan bahwa kelima
informan yang peneliti teliti sangat antusias saat membahas tentang kehidupan dirinya dalam kesehariannya dalam hidup senang-senang.
Dalam Theory Of Reason Action, Menurut Skiner dalam Notoatmodjo: 2010, seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon
atau reaksi seseorang terhadap stimulus rangsangan dari luar. Teori Skiner ini dikenal sebagai teori S-O-R Stimulus-Organisme-Respon. Namun dalam
kenyataan, stimulus yang diterima oleh organisme tidak selamanya mampu menghasilkan perilaku, ada beberapa faktor lain yang berperan dalam munculnya
perilaku, salah satunya adalah adanya niat untuk berperilaku tertentu dari suatu individu. Niat itu sendiri juga tidak akan muncul tanpa adanya determinan yang
mempengaruhi. Teori ini menghubungkan keyakinan beliefs, sikap attitude, kehendakintensi intention, dan perilaku behavior. Untuk mengetahui apa yang
akan dilakukan seseorang, cara terbaik untuk meramalkannya adalah mengetahui intensi orang tersebut.
Teori perilaku beralasan diperluas dan dimodifikasi oleh Ajzen dalam Jogiyanto 2007 dan dinamai Teori Perilaku Terencana theory of planned
Universitas Sumatera Utara
behavior. Inti teori ini mencakup 3 hal yaitu; yaitu keyakinan tentang kemungkinan hasil dan evaluasi dari perilaku tersebut behavioral beliefs,
keyakinan tentang norma yang diharapkan dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut normative beliefs, serta keyakinan tentang adanya faktor yang dapat
mendukung atau menghalangi perilaku dan kesadaran akan kekuatan faktor tersebut control beliefs. Jogiyanto 2007 berpendapat bahwa Intensi atau niat
merupakan fungsi dari dua determinan dasar, yaitu sikap individu terhadap perilaku merupakan aspek personal dan persepsi individu terhadap tekanan
sosial untuk melakukan atau untuk tidak melakukan perilaku yang disebut dengan norma subyektif. Secara singkat, praktik atau perilaku menurut Theory of
Reasoned Action TRA dipengaruhi oleh niat, sedangkan niat dipengaruhi oleh sikap dan norma subyektif. Sikap sendiri dipengaruhi oleh keyakinan akan hasil
dari tindakan yang telah lalu. Norma subyektif dipengaruhi oleh keyakinan akan pendapat orang lain serta motivasi untuk menaati pendapat tersebut. Secara lebih
sederhana, teori ini mengatakan bahwa seseorang akan melakukan suatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan bila ia percaya bahwa
orang lain ingin agar ia melakukannya. Menurut hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan, masing-masing
dari kelima informan ini dalam theory of reason action dapat terlihat perilaku- perilaku hedonisme mereka sebagai mahasiswa. Seperti dari penjelasan diatas
bahwasanya teori tindakan beralasan ini dipengaruhi oleh niat, sedangkan niat dipengaruhi oleh sikap dari tindakan yang lalu. Norma subjektif dipengaruhi oleh
keyakinan akan pendapat orang lain. Dimulai dari informan pertama FR dan informan kelima RM, mereka mengaku
dirinya sebagai mahasiswa yang hedonisme karena ia mempunyai niat ingin terlihat beda dan terlihat mewah di depan orang-orang sekelilingnya. Dengan niat
ia yang memang menyukai barang-barang branded sehingga ia punya minat shopping sehingga hampir setiap hari membeli barang-barang mewahnya dan
penampilan pada dirinya agar orang-orang dapat menilainya modis dan branded. Sehingga pengeluaran mereka melebihi budget perbulannya hanya untuk membeli
kebutuhannya saja. FR dan MS juga senang berada di mall dengan niat untuk menghilangkan kejenuhannya. Dan di pengaruhi oleh norma subjektifnya yang
Universitas Sumatera Utara
meyakinkan mereka bahwasanya akan lebih terlihat keren apabila bias nongkrong- nongkrong dikafe terkenal untuk sekedar duduk cantik, foto-foto, dan bergosip.
Selanjutnya pada informan kedua samoai keempat, MS, AG, dan FA. Sesuai dengan teori tindakan beralasan ini, ketiga informan ini mengaku dirinya
mahasiswa yang mempunyai perilaku hedonismenya yang terlihat dari verbal da nonverbalnya. Terlihat dari minat dan aktivitasnya terkadang sering
menghabiskan waktunya di tempat-tempat hiburan seperti entrance, xxx dan café- café ternama di kota Medan ini hanya untuk mencapai tujuannya yaitu demi
kesenangan pribadinya. MS, AG, dan FA mengakui juga bahwa ia lebih tertarik bepergian ke tempat hiburan dan café daripada ke mall atau shopping tetapi jika
ada barang branded yang ia sukai akan mereka beli tetapi tidak sesering FB dan MS. Niat ketiga informan ini melakukan hal itu mempunyai alas an untuk sekedar
senang-senang tanpa peduli orang berkata apa dan mereka akan merasa lebih terlihat gaul oleh orang-orang lain tanpa memikirkan danpak negatif yang akan ia
hadapi. Norma subyektif yang membuiat mereka berniat melakukan hal-hal ini karena keaykinan pendapat orang-orang lain yang berperilaku free bahwa dengan
nongkrong dan ke club sudah terbilang gaul dan keren, sehingga ketiga infoman ini menganut orang-orang yang berkehidupan hedonisme ini.
Dari kelima informan ini dapat disimpulkan bahwa niat, tindakan, keyakinan dan perilaku yang mereka miliki mempunyai alas an tertentu sebagai mahasiswa
yang berperilaku hedonisme. Yaitu agar mereka terlihat beda dari mahasiswa yang lainnya dan terlihat gaul, modis dan branded pada saat orang-orang yang
memandang dan menilai akam dirinya. Karena peneliti selama mewawancarai kelima informan tersebut telah memerhatikann mereka dari tingkah laku, cara
mereka bicara dan menjawab pertanyaan wawancara dan juga penampilan mereka yang terlihat lebih modis, rapi dan menarik perhatian saat bertemu. Dan terbukti
dari mereka mempunyai media social untuk menunjukan penampilan dan tempat- tempat yang mereka kunjungi untuk ditunjukan kepada khalayak dunia maya yang
berteman dengan mereka.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di lapangan, maka ditemukan beberapa kesimpulan yang dapat dilihat sebagai berikut:
1. Karakeristik mahasiswa hedonisme yang dimiliki kelima informan adalah
senang berada diluar rumah bahkan menghabiskan uangnya yang melebihi batas anak-anak mahasiswa seharusnya, dan menyukai barang-barang
branded yang bernilai tinggi. Kelima informan memiliki karakteristik tersebut karena memenuhi hampir seluruh ciri-ciri hedonisme yang ada
pada teori yang sudah ada. 2.
Dalam penggunaan komunikasi verbal, terdapat kemiripan antara FR,MS, AG dan RM yang mengaku dirinya sangat menyukai berbicara daripada
berdiam diri, dalam menjawab pertanyaan mereka menjawab dengan detail dan antusias saat membahas mengenai hal-hal tentang kehedonismeannya
dengan bahasa nonformalnya, sedangkan pada FA, ia seringkali menggunakan bahasanya dengan bahasa yang formal.
3. Dalam penggunaan komunikasi nonverbalnya, terdapat kemiripan antara
kelima informan. Komunikasi nonverbal yang terlihat mereka gunakan adalah penggunaan paralanguage,wajah, penampilan dan isyarat
eksternalnya. FR,MS,AG dan RM yang mempunyai penampilan yang terkesan feminin dan matching dengan mengenakan pakaian yang terlihat
santai tapi tetap terlihat anggun dan berkelas sehingga dapat terlihat bahwa mereka seperti mahasiswa yang hedonisme.
4. Gaya komunikasi yang terjadi pada kelima informan yang peneliti
wawancara. Ada informan yang menggunakan gaya komunikasi friendly style, open style, animasi style dan attentive style. Friendly style adalah
gaya komunikasi yang ditampilkan seseorang secara ramah, merasa dekat, selalu memberikan respon positif, dan mendukung. Open style adalah gaya
seseorang yang berkomunikasi secara tebuka yang ditunjukkan dalam tampilan jujur dan mungkin saja blak-blakan. Assertive style adalah gaya
Universitas Sumatera Utara