3.8. Pengujian Keseragaman Data
Pengujian keseragaman data adalah suatu pengujian yang berguna untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan berasal dari satu sistem yang sama.
Melalui pengujian ini kita dapat mendeteksi adanya perbedaan-perbedaan dan data-data yang di luar batas kendali out of control yang dapat kita gambarkan
pada peta kontrol. Data-data yang demikian dibuang dan tidak dipergunakan dalam perhitungan selanjutnya.Sritomo, 2003:117
Langkah-langkah pengujian keseragaman data adalah sebagai berikut: 1.
Menghitung harga rata-rata pengamatan N 2.
Menghitung standar deviasi σ
Rumus untuk menghitung standar deviasi adalah sebagai berikut: σx =
Keterangan : σ = Standar deviasi
X = Data yang diperoleh dari pengamatan = Rata-rata dari data pengamatan
N = Jumlah pengamatan yang dilakukan 3.
Menentukan batas kontrol atas BKA dan batas kontrol bawah BKB Untuk menguji keseragaman data, digunakan peta kontrol dengan
persamaan berikut : BKA =
X
+ k σ
Universitas Sumatera Utara
BKB =
X
- k σ
Jika X
min
BKB dan X
max
BKB, maka data seragam Jika X
min
BKB dan X
max
BKB, maka data tidak seragam
3.9. Tingkat Ketelitian dan Tingkat Keyakinan
Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu sebenarnya. Hal ini biasanya dinyatakan dalam persen
dari waktu penyelesaian sebenarnya, yang seharusnya dicari. Sedangkan tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil yang
diperoleh memenuhi syarat ketelitian tadi. Hal ini juga dinyatakan dalam persen. Sebagai contoh jika tingkat ketelitian 10 dan tingkat keyakinan 95 artinya
bahwa pengukur memper-bolehkan rata-rata hasil pengukurannya menyimpang sejauh 10 dari rata-rata sebenarnya dan kemungkinan berhasil mendapatkan hal
ini adalah 95 .Sutalaksana, 2005:142
3.10. Penyesuaian dan Kelonggaran
Setelah pengukuran berlangsung, pengukur harus mengamati kewajaran kerja yang diitujukkan operator. Ketidakwajaran dapat saja terjadi misalnya
bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah diburu waktu, atau karena menjumpai kesulitan-kesulitan seperti kondisi ruangan yang buruk. Penyebab
seperti diatas mempengaruhi kecepatan kerja yang berakibat terlalu singkat atau terlalu panjangnya waktu penyelesaian. Hal ini jelas tidak diinginkan karena
waktu baku yang dicari adalah waktu yang diperoleh dari kondisi dan cara kerja
Universitas Sumatera Utara
baku yang diselesaikan secara wajar. 1.
Konsep tentang bekerja wajar Ketidakwajaran pekerja harus diwajarkan untuk mendapatkan waktu normal.
Pertanyaan yang timbul adalah bagaimana yang disebut wajar itu. Dengan standar apa pengukur menilai wajar tidaknya kerja seorang operator. Biasanya,
melalui pengamatan pengukur dapat melihat cara kerja operator. Dalam kehidupan sehari-hari pun hal ini sering bisa dirasakan, yaitu bila suatu waktu
melihat seorang yang sedang bekerja. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, dapat menyatakan bahwa orang tersebut bekerja dengan lambat atau sangat
cepat. Ketepatan pengukur akan lebih teliti apabila dia telah cukup berpengalaman bagi jenis pekerjaan yang sedang diukur. Semakin
berpengalaman seseorang pengukur, indera yang dimiliki akan semakin peka melakukan penyesuaian. Untuk memudahkan pemilihan konsep wajar, seorang
pengukur dapat mempelajari cara kerja seorang operator yang dianggap
normal yaitu jika seorang operator yang dianggap berpengalaman, bekerja tanpa usaha-
usaha yang berlebihan sepanjang hari kerja, menguasai cara kerja yang ditetapkan dan menunjukkan kesungguhan dalam menjalankan pekerjaannya. Disamping
konsep-konsep yang dikemukakan oleh International Labour Organization ini, terdapat juga konsep yang lebih terperinci yaitu yang dikemukakan oleh Lawry,
Maynard, dan Stegemarten melalui cara penyesuaian
Westinghouse. Ada empat faktor yang menyebabkan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu
keterampilan, usaha, kondisi kerja, dan konsistensi. Walaupun usaha-usaha membakukan konsep bekerja wajar telah dilakukan, namun penyesuaian tetap
tampak sebagai hal yang subjektif.
Universitas Sumatera Utara
2. Cara Menentukan Faktor Penyesuaian
Cara Westinghouse Westinghouse Factors mengarahkan penilaian pada 4 faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam
bekerja yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja, dan konsistensi. Setiap faktor terbagi dalam kelas-kelas dengan nilainya masing-masing. Keterampilan atau
skill didefenisikan sebagai kemampuan mengikuti cara kerja yang ditetapkan. Latihan dapat meningkatkan keterampilan, tetapi hanya sampai ke tingkat
tertentu saja, tingkat yang merupakan kemampuan maksimal yang dapat diberikan pekerja yang bersangkutan. Keterampilan juga dapat menurun, yaitu
bila terlampau lama tidak menangani pekerjaan tersebut. Atau karena sebab- sebab lain seperti karena kesehatan yang terganggu, rasa fatigue yang
berlebihan, pengaruh lingkungan sosial dan sebagainya. Faktor lain yang harus diperhatikan adalah konsistensi atau consistency. Faktor ini perlu diperhatikan
karena pada setiap pengukuran waktu angka-angka yang dicatat tidak pernah semuanya sama, waktu penyelesaian yang ditunjukkan pekerja selalu berubah-
ubah dari siklus ke siklus lainnya, dari jam ke jam, bahkan dari hari ke hari. Selama ini masih dalam batas kewajaran, masalah tidak timbul tetapi jika
variabilitisnya tinggi maka hal tersebut harus diperhatikan. Sebagaimana halnya faktor-faktor lain, konsistensi juga dibagi enam kelas yaitu perfect,
exCEllent, good, average, fair dan poor. Westinghouse factors dilihat pada Tabel 3.1 Sutalaksana,2005
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1. Westinghouse Factors
Faktor Kelas
Lambang Penyesuaian
Keterampilan Superskill
A1 +
0,15 Excellent
A2 +
0,13 B1
+ 0,11
Good B2
+ 0,08
C1 +
0,06 Average
C2 +
0,03 D
0,00 Fair
E1 -
0,05 Poor
E2 -
0,10 F1
- 0,16
Usaha Excessive
F2 -
0,22 A1
+ 0,13
Excellent A2
+ 0,12
B1 +
0,1 Good
B2 +
0,08 C1
+ 0,05
Average C2
+ 0,02
D 0,00
Fair E1
- 0,04
E2 -
0,08 Poor
F1 -
0,12 F2
- 0,17
Kondisi Kerja Ideal
A +
0,06 ExCEllenty
B +
0,04 Good
C +
0,02 Average
D 0,00
Fair E
- 0,03
Poor F
- 0,07
Konsistensi Perfect
A +
0,04 ExCEllenty
B +
0,03 Good
C +
0,01 Average
D Fair
E -
0,02 Poor
F -
0,04
Universitas Sumatera Utara
3. Kelonggaran Allowance Kelonggaran allowance diberikan kepada tiga hal yaitu untuk kebutuhan
pribadi, menghilangkan kelelahan dan hambatan yang tidak dapat dihindarkan. Ketiganya merupakan hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja selama
pengamatan karenanya setelah mendapatkan waktu normal perlu ditambahkan kelonggaran. Dalam menghitung besarnya allowance, keadaan yang dianggap
wajar diambil harga allowance=100 . Sedangkan bila terjadi penyimpangan dari keadaan ini, allowance harus ditambah dengan faktor-faktor berpengaruh
terhadap kegiatan kerja yang dilakukan. Kelonggaran diberikan untuk tiga hal, yaitu:
a. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi personal
Yang termasuk didalam kebutuhan pribadi adalah hal-hal sepeti minum sekedarnya untuk menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, berbicara
dengan teman untuk menghilangkan ketegangan ataupun kejenuhan dalam bekerja.
b. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique
Fatique merupakan hal yang akan terjadi pada diri seseorang sebagai akibat dari melakukan suatu pekerjaan.
c. Kelonggaran untuk hambatan-hambatan tidak terhindarkan delay
Hambatan-hambatan tidak terhindarkan terjadi karena berada diluar kekuasaan kendali pekerja.
Universitas Sumatera Utara
3.11. Menentukan Waktu Terpilih, Waktu Normal dan Waktu Standar