D. Standar Nasional Indonesia Sebagai Suatu Bentuk Perlindungan
Terhadap Konsumen
Welfare State Theory mengatakan: “Negara wajib memberikan perlindungan bagi warga negaranya”. Dalam hal perlindungan kepada warga
negaranya adalah dalam bentuk pemberlakuan Standar Nasional Indonesia. Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia diterapkan agar pelaku usaha yang ada
di Indonesia menstandardisasikan produk-produknya sesuai dengan pengaturan Standardisasi Nasional yang diterapkan pemerintah melalui Peraturan Pemerintah
Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional. Selanjutnya, menurut John Keynes: “Negara bertanggung jawab kepada kesejahteraan rakyatnya”. Oleh
karena itu, gagasan bahwa pemerintah dilarang campur tangan dalam urusan warga negara baik di bidang sosial maupun ekonomi staatsonthouding dan
laissez faire lambat laun berubah menjadi gagasan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyat dan karenanya harus aktif mengatur
kehidupan ekonomi dan sosial.
58
Kepentingan hukum adalah mengurusi hak dan kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki otoritas tertinggi untuk menentukan kepentingan
manusia yang perlu diatur dan dilindungi. Artinya pemberlakuan Standar Nasional
Indonesia wajib terhadap produk-produk yang berkaitan dengan keselamatan, kesehatan dan keamanan masyarakat mempunyai tujuan demi melindungi
masyarakat agar terciptanya kesejahteraan bagi masyarakat itu sendiri.Masyarakat dalam hal ini disebut konsumen.
59
58
John Maynard Keynes, dalam Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2008, hlm. 115.
59
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2000, hlm. 69.
Perlindungan hukum harus melihat
Universitas Sumatera Utara
tahapan yakni perlindungan hukum lahir dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh masyarakat yang pada dasarnya merupakan
kesepakatan masyarakat tersebut untuk mengatur hubungan perilaku antara anggota-anggota masyarakat dan antara perseorangan dengan pemerintah yang
dianggap mewakili kepentingan masyarakat.Dalam hal ini masyarakat yang memerlukan perlindungan hukum adalah masyarakat yang menggunakan suatu
produk disebut konsumen. Ketentuan dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang
melindungi konsumen dari penggunaan barang yang tidak sesuai dengan standar yang ditentukan, adalah Pasal 8 ayat 1 a, yang menentukan bahwa pelaku usaha
dilarang memproduksi danatau memperdagangkan barang danatau jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Produk yang masuk ke dalam suatu negara harus memenuhi ketentuan
tentang standar kualitas yang diinginkan dalam suatu negara. Hal ini berarti produk impor yang dikonsumsi oleh konsumen akan memenuhi standar yang telah
ditetapkan oleh masing-masing negara, sehingga konsumen akan terlindungi baik dari segi kesehatan, maupun tentang jaminan diperolehnya produk yang baik
sesuai dengan harga yang dibayarkan. Oleh karena itu, untuk mengawasi kualitasmutu barang, diperlukan adanya standardisasi mutu barang.
60
Menyadari peranan standardisasi yang penting dan strategis tersebut, pemerintah dengan Keputusan Presiden Nomor 20 Tahun 1984 yang kemudian
60
Ahmadi Miru, Op.Cit., hlm. 198.
Universitas Sumatera Utara
disempurnakan dengan Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 1989 membentuk Dewan Standardisasi Nasional. Di samping itu, telah dikeluarkan pula Peraturan
Pemerintah Nomor 15 Tahun 1991 tentang Standar Nasional Indonesia SNI dan Keppres Nomor 12 Tahun 1991 tentang Penyusunan, Penerapan, dan Pengawasan
SNI dalm Rangka Pembinaan dan Pengembangan Standardisasi Secara Nasional.
61
Untuk lebih menjamin suatu produk, yang diperlukan bukan hanya sampai pada dipenuhinya spesifikasi dan pembubuhan tanda SNI, tapi masih perlu
dilakukan pengawasan oleh Departemen Perdagangan terhadap produk yang telah memenuhi spesifikasi SNI yang beredar di pasaran dalam negeri, maupun yang
akan diekspor. Dengan telah dibentuknya Dewan Standardisasi Nasional dan
diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1991 tentang Standar Nasional Indonesia dan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 1991 tentang
Penyusunan, Penerapan, dan Pengawasan SNI, yang kemudian diindaklanjuti dengan Surat Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 22KPII95, maka mulai 1
Februari 1996 hanya ada satu standar mutu saja di Indonesia, yaitu SNI.
62
Berkaitan dengan itu, maka terhadap komoditas ekspor dan impor berlaku ketentuan:
63
61
Agung Putra, Pengendalian dan Pengawasan Mutu Produk, Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang-Kanwil Departemen Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur, 1995,
hlm. 1.
62
Republik Indonesia, Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 1991 tentang Penyusunan, Penerapan, dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia, Bab VI, Pasal 16 angka 2 dan 3.
63
Agung Putra, Op.Cit., hlm. 10.
Universitas Sumatera Utara
1. Standar komoditas ekspor tidak boleh lebih rendah daripada SNI, yang berarti
standar komoditas ekspor mempergunakan SNI atau dengan spesifikasi tambahan non mandatory bila diperlukan;
2. Standar komoditas impor minimal harus memenuhi SNI dan standar nasional
negara yang bersangkutan. Pemberlakuan SNI ini merupakan suatu usaha peningkatan mutu, yang
disamping menguntungkan produsen, jua menguntungkan konsumen, tidak hanya konsumen dalam negeri, akan tetapi juga konsumen di luar negeri, karena standar
yang berlaku di Indonesia telah disesuaikan dengan standar mutu Internasional, yaitu dengan telah diadopsinya ISO 9000 oleh Dewan Standardisasi Nasional
dengan Nomor Seri SNI 19-9000: 1992. Di mana ISO 9000 sendiri pada umumnya:
1. Mengatur semua kegiatan dari perusahaan dalam hal teknis, administrasi dan
sumber daya manusia yang mempengaruhi mutu produk dan jasa yang dihasilkan;
2. Memberikan kepuasan kepada para pelanggan dan pemakai akhir;
3. Penerapan konsep penghematan biaya dengan cara pelaksanaan pekerjaan
yang benar pada setiap saat; 4.
Memberikan petunjuk tentang koordinasi antara manusia, mesin dan informasi untuk mencapai tujuan standar;
5. Mengembangkan dam melaksanakan sistem manajemen mutu untuk
mencapai tujuan mutu dari perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Sasaran dari ISO 9000 salah satunya adalah untuk kebutuhan dan harapan pelanggan, yaitu kepercayaan terhadap kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan mutu yang diinginkan dan pemeliharaannya secara konsisten. ISO 9000 akan menunjang program perbaikan mutu untuk mencapai mutu yang
memenuhi keinginan konsumen di seluruh dunia.
64
1. Penerapan standar mutu yang tinggi akan menaikkan ongkos produksi;
Dengan diadopsinya ISO 9000 ini diharapkan dapat mengubah pola pikir pengusaha di negara berkembang yang pada umumya berpendapat bahwa barang
yang baik dan seragam tidak menguntungkan perusahannya, karena berbagai alasan seperti:
2. Penekanan atas mutu suatu produk akan mengurangi produktivitas;
3. Konsumen di dalam negeri tidak kritis dengan standar mutu.
Padahal jika dicermati, pemenuhan standar sangat diperlukan dalam transaksi perdagangan Internsional karena menjamin keseragaman tingkat kualitas
barang yang diperdagangkan.Demikian pula pemenuhan standar juga dapat mengurangi sengketa tentang kualifikasi dan kualitas barang yang diekspor atau
diimpor. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kaitan Standar Nasional
Indonesia dengan hak-hak konsumen adalah bahwa Standar Nasional Indonesia mampu melindungi hak-hak konsumen.Standar Nasional Indonesia menjamin
konsumen untuk mendapatkan barang-barang yang bagus di pasaran sesuai dengan standarnya.Artinya Standar Nasional Indonesia juga berpihak kepada
64
Ramlan Zoebir, Penerapan Ketentuan Standardisasi Produk Dalam Hubungannya Dengan Sistem Jamiinan Mutu, Makalah, Disampaikan pada Diklat Analisa Perdagangan
Internasional, Jakarta, 30 November 1996, hlm. 5.
Universitas Sumatera Utara
konsumen. Dengan kata lain Standar Nasional Indonesia adalah kepastian hukum sekaligus bentuk perlindungan terhadap konsumen.
65
65
Roni Harni Yance S. Garingging, dalam Jurnal “Aspek Hukum Perlindungan Konsumen dalam Kebijakan Standar Nasional Indonesia SNI terhadap Industri Elektronik
Rumah Tangga di Sumatera Utara Studi Pada PT. Neo National Medan”, 2014, hlm. 82.
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang