nilai total sebesar US 869,8 Juta. Sumber investasi terbesar bersumber dari penanaman modal asing.
58
C. Pengaturan Kegiatan Modal Asing Sektor Pariwisata
Kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia, tidak terlepas dari perkembangan aspek-aspek penentu, baik di dalam maupun di luar negeri. Aspek-
aspek tersebut antara lain adalah pemasaran, produksi, aksesibilitas dan infrastruktur kepariwisataan. Dalam aspek pemasarannya, Indonesia mempunyai
peluang yang lebih baik karena citra pariwisatanya yang semakin baik. Selain event-event pariwisata dalam negeri makin terjadwal, pariwisata Indonesia juga
telah melaksanakan promosi bersama dalam rangka kerjasama regional dan bilateral. Hal ini membuat kegiatan pemasaran dan produksi pariwisata semakin
meningkat belakangan ini. Peluang Indonesia dalam aspek produk pariwisata adalah penambahan jumlah kamar hotel untuk menampung besarnya arus
kunjungan wisatawan mancanegara. Disamping itu, seiring dengan peningkatan intensive group yang diangkut oleh Garuda Indonesia khususnya dari Jepang,
posisi Indonesia sebagai New Convention Destination di Asia Pasifik semakin mantap. Peluang Indonesia dalam aspek aksesibilitas dan infrastruktur adalah
dengan dikembangkannya jalur-jalur penerbangan internasional ke beberapa kota diluar empat pintu gerbang utama, sehingga saat ini menjadi 23 pintu gerbang
udara internasional. Selain itu disamping mengembangkan rute penerbangan dalam negeri yang menunjang pengembangan kepariwisataan daerah, jumlah
kapal pesiar yang singgah di beberapa pelabuhan di Indonesia juga semakin
58
http:www.beritasatu.comekonomi146850-realisasi-investasi-pariwisata-indonesia- meningkat-210.html 1 April 2016.
Universitas Sumatera Utara
meningkat. Dibalik faktor peluang, memang masih terdapat beberapa faktor tantangan yang menjadi kendala dalam pengembangan kepariwisataan di
Indonesia. Tantangan ini antara lain berupa munculnya destinasi baru seperti China, Kamboja, Vietnam, Thailand, Eropa Timur dan Taiwan.
Penting bagi industri pariwisata Indonesia untuk meningkatkan kontribusinya pada produk domestik bruto PDB karena hal ini akan memicu
lebih banyak pendapatan devisa karena setiap turis asing menghabiskan rata-rata antara 1.100 dollar AS sampai 1.200 dollar AS per kunjungan dan juga
menyediakan kesempatan kerja untuk masyarakat Indonesia berdasarkan data terakhir dari Badan Pusat Statistik, tingkat pengangguran di negara ini mencapai
5,81 di Februari 2015. Diperkirakan bahwa hampir 9 dari total angkatan kerja nasional dipekerjakan di sektor pariwisata.
Saat ini, sektor pariwisata Indonesia berkontribusi untuk kira-kira 4 dari total perekonomian. Pada tahun 2019, Pemerintah Indonesia ingin meningkatkan
angka ini dua kali lipat menjadi 8 dari PDB, sebuah target yang ambisius mungkin terlalu ambisius yang mengimplikasikan bahwa dalam waktu 4 tahun
mendatang, jumlah pengunjung perlu ditingkatkan dua kali lipat menjadi kira-kira 20 juta. Dalam rangka mencapai target ini, Pemerintah akan berfokus pada
memperbaiki infrastruktur Indonesia termasuk infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi, akses, kesehatan kebersihan dan juga meningkatkan
kampanye promosi online marketing di luar negeri. Pemerintah juga merevisi kebijakan akses visa gratis di 2015 untuk penjelasan lebih lanjut, lihat di bawah
untuk menarik lebih banyak turis asing.
Universitas Sumatera Utara
Kunjungan Wisatawan Asing di Indonesia, 2013-2015:
Bulan Tourist Arrivals
2013 Tourist Arrivals
2014 Tourist Arrivals
2015 Tourist Arrivals
2016 Januari
614,328 753,079
723,039 740,570
Februari 678,415 702,666
786,653 Maret
725,316 765,607
789,596 April
646,117 726,332
749,882 Mei
700,708 752,363
793,499 Juni
789,594 851,475
815,148 Juli
717,784 777,210
814,233 Augustus 771,009
826,821 850,542
September 770,878 791,296
869,179 Oktober
719,900 808,767
825,818 November 807,422
764,461 777,976
Desember 766,966 915,334
913,828 Total
8,802,129 9,435,411
9,729,350 Sumber : http:www.indonesia-investments.comidpariwisataitem6051
Permasalahan yang dihadapi oleh investor asing terkait dengan pengaturan kewenangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah di bidang penanaman modal
asing, yakni :
59
1. Belum jelasnya pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah.
Kewenangan daerah masih banyak yang belum didesentralisasikan karena peraturan dan perundangan sektoral yang masih belum disesuaikan dengan
Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah. Hal ini menyebabkan banyak daerah kabupaten atau kota yang menerbitkan peraturan daerah untuk
mengatur investasi, sehingga terjadi tumpang tindih regulasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah serta antara pemerintah daerah yang satu
dengan pemerintah daerah lainnya. Dalam hal Pemerintah
59
Muhammad Nasir Badu, Internasionalisasi Potensi Sulawesi Barat Studi Kasus: Investasi Asing di Sulawesi Barat, Jurnal Politik ProfetikVolume 3 Nomor 1 Tahun 2014
Universitas Sumatera Utara
ProvinsiKabupatenKota belum sepenuhnya mampu mengeluarkan kebijakan tentang investasi nasional maupun investasi asing yang masuk di Pemerintah
ProvinsiKabupatenKota karena peraturan dan kewenangan tentang investasi masih mengacu pada pemerintah pusat.
2. Pemerintah pusat belum menerbitkan peraturan yang jelas dan komprehensif
mengenai kewenangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam hal penanganan investasi asing. Hal ini menyebabkan investor asing bingung,
karena tidak adanya kepastian hukum sebagai akibat terjadinya konflik kewenangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, serta konflik
kewenangan antar-pemerintah daerah dalam penanganan investasi asing. Sehingga para investor asing yang ingin menanamkan modalnya di daerah
tidak terealisasi dengan baik. 3.
Masih rendahnya kerjasama antar pemerintah daerah. Pemerintah mengharapkan antar pemerintah daerah menjalin kerjasama dengan
memperhatikan perkembangan ekonomi nasional maupun ekonomi daerah sehingga dapat diusahakan pembangunan yang merata di seluruh wilayah
Indonesia. Namun pada umumnya, antar pemerintah daerah yang satu dengan pemerintah daerah yang lain masih mengedepankan egonya. Antar pemerintah
daerah enggan menjalin kerjasama bahkan menunjukkan persaingan antar pemerintah daerah. Hal tersebut perlu dilakukan Pemerintah Daerah banyak
melakukan promosi potensi daerah dan hubungan kerjasama baik antar pemerintah daerah yang lain.
Universitas Sumatera Utara
4. Belum terbentuknya kelembagaan pemerintah daerah yang efektif dan efisien.
Struktur organisasi pemerintah daerah umumnya masih besar dan saling tumpang tindih. Selain itu prasarana dan sarana pemerintahan masih minim
dan pelaksanaan standar pelayanan minimum belum mantap. Juga dalam hubungan kerja antar lembaga, termasuk antara pemerintah daerah, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, masyarakat, dan organisasi non pemerintah belum optimal.
5. Masih terbatasnya dan rendahnya kapasitas aparatur pemerintah daerah. Hal
ini ditunjukkan masih terbatasnya ketersediaan aparatur pemerintah daerah, baik dari segi jumlah, maupun segi profesionalisme, dan terbatasnya
kesejahteraan aparat pemerintah daerah, serta tidak proporsionalnya distribusi, menyebabkan tingkat pelayanan publik tidak optimal yang ditandai dengan
lambatnya kinerja pelayanan, tidak adanya kepastian waktu, tidak transparan, dan kurang responsif terhadap permasalahan yang berkembang di daerahnya.
Selain itu belum terbangunnya sistem dan regulasi yang memadai di dalam perekrutan dan pola karir aparatur pemerintah daerah menyebabkan rendahnya
sumberdaya manusia berkualitas menjadi aparatur pemerintah daerah. 6.
Masih terbatasnya kapasitas keuangan daerah. Hal ini ditandai dengan terbatasnya efektivitas, efisiensi, dan optimalisasi pemanfaatan sumber-
sumber penerimaan daerah, belum efisiennya prioritas alokasi belanja daerah secara proporsional, serta terbatasnya kemampuan pengelolaannya termasuk
dalam melaksanakan prinsip transparansi dan akuntabilitas, serta profesionalisme.
Universitas Sumatera Utara
7. Infrastruktur Jalan, bandara, dan pelabuhan di Sulawesi Barat kurang memadai
sehingga para investor belum sepenuhnya menanamkan modal didaerah tersebut.
Kendala lain yang masih dirasakan adalah belum terpadunya upaya promosi antara pemerintah dengan dunia usaha. Selain itu, informasi pasar yang
belum memadai, khususnya dalam segmentasi pasar pariwisata. Hal ini optimis dapat tercapai mengingat sarana pendukung pariwisata yang dimiliki. Pemerintah
Indonesia akan secara konsisten mengembangkan faktor-faktor peluang yang ada, disamping itu berusaha menekan faktor-faktor tantangan yang akan menjadi
kendala pencapaian sasaran tersebut. Pengaturan kegiatan investor asing dalam kegiatannya menanamkan
modalnya di Indonesia pada sektor pariwisata diatur dalam : 1.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal 2.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.
3. Undang-undang Nomor 10.Tahun 2009 Pariwisata.
4. Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014
Tentang Pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Badan Koordinasi Penanaman Modal.
5. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2015 Tentang Pedoman dan Tata Cara Izin Prinsip Penanaman Modal.
Universitas Sumatera Utara
6. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 5 Tahun
2013 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Non Perizinan Penanaman Modal.
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang