23
BAB II PENGATURAN KEGIATAN PENANAMAN MODAL
ASING SEKTOR PARIWISATA
B. Penanaman Modal Asing Menurut Undang-Undang No. 25 tahun 2007
Pemerintah melakukan satu kegiatan usaha yang memerlukan modal dalam pengelolaan sumber daya alam SDA maupun sumber daya manusianya
SDM untuk memperoleh hasil yang maksimal guna meningkatkan perekonomian nasioanl. Modal tersebut didapat dari para penanam modal yang
menanamkan modalnya. Pada perkembangan ekonomi dunia saat ini, penanaman modal menjadi salah satu altenatif yang dianggap baik bagi pemerintah untuk
memecahkan kesulitan modal dalam melancarkan pembangunan nasional, sebab salah satu fungsi penanaman modal, khususnya penanaman modal asing adalah
untuk memanfaatkan modal, teknologi, skill atau kemampuan yang dimiliki oleh penanaman modal guna mengelola potensi-potensi ekonomi economic
recourcess yang sangat memerlukan modal yang besar, teknologi yang canggih, skill dan kemampuan yang profesional yang belum sepenuhnya mampu
tertangani oleh pihak swasta nasional maupun pemerintah sendiri.
20
Tujuan penyelenggaraan penanaman modal hanya dapat tercapai apabila faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi, antara
lain melalui perbaikan koordinasi antar instansi Pemerintah Pusat dan Daerah, menciptakan birokrasi yang efisien, kepastian hukum di bidang penanaman modal, biaya ekonomi yang
20
Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Jakarta : Kencana, 2007, hlm. 185.
Universitas Sumatera Utara
berdaya saing tinggi, serta iklim usaha yang kondusif di bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha.
Sebelum berlakunya Undang-Undang No. 25 Tahun 2007, keberadaan penanaman modal dalam negeri diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang No. 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Menurut ketentuan undang-undang
tersebut, penanaman modal dalam negeri adalah penggunaan modal dalam negeri yang merupakan bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-
haknya dan benda-benda baik yang dimiliki oleh Negara maupun swasta nasional atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia yang disisihkan disediakan guna
menjalankan usaha sepanjang modal tersebut tidak diatur dalam Pasal 2 UU No. 1 Tahun 1967 bagi usaha-usaha yang mendorong pembangunan ekonomi pada
umumnya.
21
21
Dhaniswara K. Harjono, Hukum Penanaman Modal, Jakarta: PT RadjaGrafindo Persada, 2007, hlm.122-123.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing PMA yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970
dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1970, pada awalnya merupakan dasar hukum bagi kegiatan penanaman modal di Indonesia. Sejak diundangkannya kedua undang-undang tersebut, kegiatan
penanaman modal baik modal asing maupun dalam negeri telah berkembang dan memberikan kontribusi dalam mendukung pencapaian sasaran pembangunan
ekonomi nasional, namun untuk mempercepat perkembangan ekonomi nasional
Universitas Sumatera Utara
diperlukan mengganti kedua undang-undang tersebut.
22
Undang-Undang Penanaman Modal No.25 Tahun 2007 tidak mengadakan pembedaan antara penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing.
Oleh karena itu, undang-undang tersebut mengatur mengenai kegiatan penanaman modal, baik penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri dan
tidak mengadakan pemisahaan undang-undang secara khusus, seperti halnya undang-undang penanaman modal terdahulu yang terdiri dari dua undang-undang,
yaitu Undang-Undang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri.
Undang-undang ini mengatur secara komprehensif berbagai hal mengenai kegiatan penanaman modal
secara langsung di Indonesia untuk menetapkan iklim investasi yang kondusif tetapi tetap mengedepankan kepentingan nasional. Dasar pemikiran undang-
undang penanaman modal ini adalah bahwa investasi merupakan instrumen penting pembangunan nasional dan diharapkan dapat menciptakan kepastian
hukum bagi penanam modal dalam dan luar negeri untuk meningkatkan komitmennyaberinvestasi di Indonesia.
23
Menurut ketentuan Pasal 1 ayat 1 UU No. 25 Tahun 2007 menyebutkan bahwa penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik
oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia.
24
22
Rahayu Hartini, Mengkritisi Undang-Undang Penanaman Modal, Published Oktober 5, 2009, Artikel Bagian 1.
23
Ibid, hlm 121.
24
Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
Universitas Sumatera Utara
Menurut Komaruddin, yang dikutip oleh Pandji Anoraga merumuskan penanaman modal dari sudut pandang ekonomi dan memandang investasi sebagai
salah satu faktor produksi disamping faktor produksi lainnya, pengertian investasi dapat di bagi menjadi tiga,yaitu:
25
1. Suatu tindakan untuk membeli saham, obligasi atau suatu penyertaan lainnya;
2. Suatu tindakan memberi barang-barang modal;
3. Pemamfaatan dana yang tersedia untuk produksi dengan pendapatan di masa
mendatang Selain pembagian penanaman modal yang di kenal dalam Undang-Undang
No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yaitu yang membagi penanaman modal dengan penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri,
kegiatan penanaman modal pada hakikatnya dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
1. Investasi langsung direct invesment atau penanaman modal jangka panjang
Investasi lansung di Indonesia saat ini diatur dalam UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang memperbaharui ketentuan perundang-
undangan yang menyangkut investasi asing sebelumnya. UU tersebut mengatur baik investasi yang dilaksanakan oleh investor dalam negeri maupun investasi
yang dilaksanakan oleh investor asing.
26
Ketentuan Undang-Undang Penanaman Modal, pengertian penanaman modal hanya mencakup penanaman modal secara langsung. Penanaman modal
adalah ”segala bentuk kegiatan menanamkan modal, baik oleh penanam modal
25
Pandji Anoraga, Perusahaan Multi Nasional Penanaman Modal Asing, Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1995, hlm 57
26
Ibid, hlm 12
Universitas Sumatera Utara
dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia.”Investasi secara langsung ini karena dikaitkan
dengan adanya keterlibatan secara langsung dari pemilik modal dalam kegiatan pengelolaan modal.
27
2. Investasi Tak Langsung Indirect Invesment atau Portofolio Invesment
Investasi tak langsung pada umumnya merupakan penanaman modal jangka pendek yang mencakup kegiatan transaksi di pasar modal dan di pasar
uang. Penanaman modal ini disebut dengan penanaman modal jangka pendek karena pada umumnya, jual beli saham atau mata uang dalam jangka waktu yang
relatif singkat tergantung kepada fluktuasi nilai saham danatau mata uang yang hendak mereka jualbelikan.
Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal juga telah ditentukan pengertian penanaman modal asing.
Penanaman modal asing adalah “Kegiatan menanam untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing,
baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.”
Penanaman Modal asing juga merupakan transfer modal baik yang nyata maupun yang tidak nyata dari suatu negara ke negara lain tujuannya untuk
digunakan di negara tersebut agar menghasilkan keuntungan di bawah pengawasan dari pemilik modal, baik secara total atau sebagian.
28
27
Ida Bagus Rahmadi Supanca, Kerangka Hukum Kebijakan Investasi Lansung di Indonesia, Bogor: Ghalia Indonesia, 2006, hlm. 53
28
Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012 hlm. 148 – 149.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 1 angka 8 Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal memaparkan, konstruksi modal asing dalam ketentuan ini,
hanya difokuskan kepada kepemilikan modal. Kepemilikan modal asing ini dikategorikan menjadi lima macam, yaitu:
1. Negara asing;
2. Perseorangan warga negara asing;
3. Badan usaha asing;
4. Badan hukum asing; danatau
5. Badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruhnya modalnya dimiliki
oleh pihak asing.
29
Investor asing adalah perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, danatau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah negara
Republik Indonesia. Investor Asing berupa: 1.
Perseorangan warga negara asing; 2.
Badan usaha asing; danatau 3.
Pemerintah asing
30
Bagi investor asing, hukum dan UUPM menjadi salah satu tolok ukur untuk menentukan kondusif tidaknya iklim investasi di suatu negara. Dalam tiga
dekade belakangan ini, pelaku usaha yang menanam modal di negara berkembang sangat mempertimbangkan kondisi hukum di negara tersebut. Infrastruktur hukum
bagi investor menjadi instrumen penting dalam menjamin investasi mereka. Hukum bagi mereka memberikan keamanan, certainty dan predictability atas
29
Ibid, hlm. 151-152.
30
Ibid, hlm. 152
Universitas Sumatera Utara
investasi mereka. Semakin baik kondisi, hukum dan undang-undang yang melindungi investasi mereka semakin dianggap kondusif iklim investasi dan
negara tersebut.
31
Politik hukum mencakup proses pembuatan dan pelaksanaan hukum yang dapat menunjukkan sifat dan arah kemana hukum akan dibangun dan ditegakkan;
terjadinya perubahan struktur sosial, politik hukum harus mengarah pada upaya penyesuaian dengan struktur baru, sebab hukum bukan bangunan yang statis
melainkan bisa berubah karena fungsinya melayani masyarakat.
32
31
Hikmahanto, Juwana, Arah Kebijakan Pembangunan Hukum di Bidang Perekonomian dan Investasi, Makalah, Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2010, hlm. 10-11.
32
Ibid., hlm 10
Dalam rangka menciptakan produk hukum yang berfungsi melayani masyarakat maka
pembentukan undang-undang harus dapat melahirkan produk yang berkarakter responsif atau populistik yaitu produk hukum yang mencerminkan rasa keadilan
dan mencerminkan harapan masyarakat. Dalam proses pembuatannya memberikan peranan yang besar dan partisipasi penuh kelornpok-kelompok sosial
atau individu. Untuk mengkualifikasi apakah suatu produk hukum tersebut bersifat responsif, indikator yang dipakai adalah proses pembuatan hukum, sifat
fungsi hukum dan kemungkinan penafsiran atas produk hukum. Produk hukum yang karakternya responsif, proses pembuatannya bersifat
partisipatif yakni mengundang sebanyak-banyaknya partisipasi masyarakat. Dilihat dari fungsinya maka hukum yang berkarakter responsif bersifat aspiratif
yaitu: memuat materi-materi yang secara umum sesuai dengan aspirasi atau kehendak masyarakat yang dilayaninya.
Universitas Sumatera Utara
Masuknya modal asing dalam perekonomian Indonesia merupakan tuntutan keadaan baik ekonomi maupun politik. Penghimpunan dana
pembangunan perekonomian Indonesia melalui investasi modal secara langsung sangat baik dibandingkan dengan penarikan dana internasional lainnya seperti
pinjaman luar negeri.
33
Modal asing yang dibawa oleh investor merupakan hal yang penting sebagai alat untuk mengintegrasikan ekonomi global. Selain itu,
kegiatan ekonomi akan memberikan dampak positif bagi negara penerima modal seperti mendorong pertumbuhan bisnis, adanya suplai teknologi dan investor baik
dan bentuk proses produksi maupun permesinan dan penciptaan lapangan kerja.
34
Kepastian hukum itu sendiri bagi investor adalah tolok ukur untuk menghitung risiko. Bagaimana risiko dapat dikendalikan dan bagaimana
penegakan hukum terhadap risiko. Jika penegakan hukum tidak mendapat kepercayaan dari investor maka hampir dapat dipastikan investor tidak akan
berspekulasi di tengah ketidakpastian. Berbagai peraturan perundang-undangan tidak akan berarti tanpa ada jaminan legal certainty atau kepastian hukum atas
keputusan yang ditetapkan. Dalam dunia usaha, pelaku usaha memerlukan syarat esensial ketika berbisnis; dan prasyarat bagi setiap transaksi bisnis, yaitu adanya
kepastian hukum legal certainty.
35
33
DeiissaA., Ridgway, MariyaA., Talib, Spring, Globalization and Development: Free Trade, Foreign Aid, Investment and The Rule of Law, daiam California Western
InternationalLawJournal, 2003 Vol, 33, hlm. 335.
34
Yulianto, Syahyu, Pertumbuhan Investasi Asing di Kepulauan Batam:Antara Dualisme Kepemimpinan dan Ketidakpastian Hukum, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 22-No. 5 Jakarta: Yayasan
Pengembangan Hukum Bisnis, 2003, him. 46.
35
Ningrum Natasya, Sirait, Mencermati Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 Dat am Memberikan Kepastian Hukum Bagi Pelaku Usaha, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 22 Jakarta:
Yayasan Perigembangan Hukum Bisnis, 2003, him. 60.
Universitas Sumatera Utara
Ketidakpastian hukum dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Kebijakan atau peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan peraturan di
atasnya, atau aturan yang dibuat tidak mengindahkan peraturan atau tidak mencabut peraturan sebelumnya untuk aspek yang sama. Terkadang juga
peraturan dibuat berlaku surut, proses pengambilan keputusan pejabat negara yang tidak konsisten dan tidak transparan. Semua hal tersebut membuat pengusaha atau
investor merasa berada di persimpangan jalan, menimbulkan perasaan tidak adanya kepastian hukum dan ketidakpastian usaha.
36
Kepastian hukum dalam hukum investasi positif yang dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
berkaitan erat dengan kebijakan dasar penanaman modal yang menempatkan pemerintah agar:
37
1. memberi perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam negeri dan
penanaman modal asing dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional;
2. menjamin kepastian hukum, kepastian berusaha, dan keamanan berusaha
bagi penanam modal sejak proses pengurusan perizinan sampai dengan berakhirnya kegiatan penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan 3.
membuka kesempatan bagi perkembangan dan memberikan perlindungan kepada usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi.
36
Ridwan, Khairandy, Peranan Perusahan Penanaman Modal Asing Joint Venture dalam Ahli Teknologi di Indonesia, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 22 Nomor 5, Jakarta: Yayasan
Pengembangan Hukum Bisnis, 2003, hlm. 51.
37
Pasal 4 ayat 2 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Universitas Sumatera Utara
Di dalam UUPM, asas kepastian hukum ditentukan dalam Pasal 3 ayat 1 huruf a, dalam penjelasannya: asas dalam negara hukum yang meletakkan hukum
dan ketentuan peraturan perundangundangan sebagai dasar dalam setiap kebijakan dan tindakan dalam bidang penanaman modal.
Kewajiban dan Hak Serta Tanggung Jawab Penanaman Modal Asing 1.
Kewajiban penanam modal asing PMA Kewajiban penanam modal asing berdasarkan UUPM yang tercantum
dalam Pasal 15, yaitu setiap penanam modal berkewajiban:
38
a. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik
b. Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan
c. Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya
kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM d.
Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal
e. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.
f. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik
Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik, yang dimaksud pengolahan perusaan yang baik adalah struktur dan proses yang digunakan dan
diterapkan organ perusahaan untuk meningkatkan pencapaian sasaran hasil usaha dan mengoptimalkan nilai perusahaan bagi seluruh pihak yang berkaitan dan
berlandaskan peraturan dan perundang-undangan serta nila-nilai etika. Ada tiga
38
Undang-Undang No 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal Pasal 15
Universitas Sumatera Utara
komponen penerapan tata kelola perusahaan yang baik yaitu kinerja ekonomi, kepatuhan hukum dan kesesuaian dengan norma etika.
39
Berdasarkan Pasal 37 UUPM mengenai ketentuan peralihan, “undang- undang yang lama dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan
belum diatur dengan peraturan pelaksanaan yang baru”. Sehingga dengan adanya Pasal tersebut di dalam UU No.1 tahun 1967 tentang penanaman modal
asing tetap berlaku mengenai kewajiban-kewajiban PMA. Di antaranya yaitu: Setiap penanaman modal di Indonesia mewajibkan penanam modal untuk
melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan, menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal dan mematuhi semua
ketentuan perundang-undangan. Dalam melakukan usahanya perusahan tidak hanya mempunyai
kewajiban yang bersifat ekonomis dan legal, namun juga memiliki kewajiban yang bersifat etis. Etika bisnis merupakan tuntunan perilaku bagi dunia usaha
untuk bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan oleh komunitas dunia usaha.
40
a. Memenuhi kebutuhan akan tenaga kerjanya dengan warga negara Indonesia,
kecuali dalam hal yang diatur dalam Pasal 11 Pasal 10 UU PMA b.
Melakukan kerjasama antara modal asing dan modal Indonesia
39
Satriya Nugraha, “ Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas”, http:m.kompasiana.com20120514Tanggung-Jawab-Sosial-dan-Lingkungan-Perseroan-
Terbatas, diakses tanggal 01 April2016
40
Salim dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia Jakarta: PT Raja Grafindo offset, 2008 hlm 209.
Universitas Sumatera Utara
c. Mengurus dan mengendalikan perusahaanya sesuai dengan asas-asas ekonomi
perusahaan dengan tidak merugikan kepentingan negara Pasal 26 UU PMA d.
Memberikan kesempatan partisipasi bagi modal Nasional secara efektif setelah jangka waktu tertentu menurut imbangan yang ditetapkan pemerintah
Pasal 27 UU PMA e.
Wajib menyelenggarakan danatau menyediakan fasilitas latihan dan pendidikan di dalam dan atau di luar negeri secara teratur dan terarah bagi
warga negara Indonesia. Tujuannya adalah agar tenaga kerja warga negara asing dapat diganti oleh tenaga kerja warga negara Indonesia Pasal 12 UU
PMA Kewajiban lain dalam PMA, yang telah disebutkan dalam UU Nomor 1
Tahun 1967 seperti di atas. Perusahaan-perusahaan dengan modal asing, wajib mengurus dan mengendalikan perusahaanya sesuai dengan asas-asas ekonomi
perusahaan tanpa merugikan kepentingan Negara Indonesia. Di samping itu, perusahaan-perusahaan modal asing yang bersangkutan wajib menyediakan
fasilitas di bidang latihan dan pendidikan. Terdapat pula kewajiban lain yaitu memberikan kesempatan modal nasional untuk ikut berpartisipasi dalam
perusahaan tersebut.
41
41
Zudan Arif Fakrulloh dan Hadi Wuryan, Hukum Ekonomi Surabaya: Karya Abditama, 1997, hlm 8
Apabila seorang usahawan, baik usahawan asing maupun usahawan dalam negeri akan menanamkan modalnya, maka bukan hukum atau perundang-
undangan yang pertama-tama dilihatnya.
Universitas Sumatera Utara
Banyak faktor-faktor lain yang akan dipelajari terlebih dahulu untuk mnentukan sikap dalam menanamkan modalnya tersenut. Setiap penanaman
modal asing terutama akan dipengaruhi oleh:
42
1. Sistem politik dan ekonomi negara yang bersangkutan
2. Sikap rakyat dan pemerintahnya terhadap orang asing dan modal asing
3. Stabilitas politik, stabilitas ekonomi dan stabilitas keuangan
4. Jumlah dan daya beli pendududk sebagai calon konsumennya
5. Adanya bahan mentah atau bahan penujang untuk digunakan dalam
pembuatan hasil produksi 6.
Adanya tenaga buruh yang terjangkau untuk roduksi 7.
Tanah untuk tempat usaha 8.
Struktur perpajakan, pabean, dan cukai 9.
Kemudian perundang-undangan dan hukum yang mendukung jaminan usaha Jika diperhatikan tentang perundang-undangan dalam negara-negara
berkembang di Asia yang kini berlomba-lomba untuk menarik penanam modal asing, maka dengan perundang-undang tersebut dapat dikelompokkan dalam
beberapa bagiankelompok sebagai berikut: a.
Bersifat membatasi restrictive, yaitu: 1.
Membatasi batas minimm dari modal yang ditanam 2.
Membatasi lapangan usaha yang boleh ditanam modal asing 3.
Membatasi daerah-daerah yang boleh dimasuki usaha PMA 4.
Membatasi jangka waktu berdirinya perusahaan PMA
42
Soedjono Dirdjosisworo, Hukum Perusahaan Mengenai Penanaman Modal di Indonesia Bandung; Mandar Maju. 1999 hlm 226
Universitas Sumatera Utara
5. Membatasi masuknya tenaga asing
b. Bersifat memberi perangsang incentive, yaitu:
1. Perundang-undangan yang lunak dan mudah
2. Perundang-undangan Agraria yang cukup terang dan menjamin
kepastian hukum dalam hak-hak atas tanah 3.
Perundang-undangan buruh yang menjamin ketenangan perburuhan 4.
Peraturan devisa yang menjamin kebebasan untuk repatriasi modal yang ditanam dan keuntungan yang diperoleh
5. Perangsang perpajakan dan bea cukai bagi industri-industri
diprioritaskan atau yang besar resikonya 6.
Peraturan bea masuk untuk proteksi hasil-hasil dalam negeri tertentu terhadap saingan luar negeri.
2. Hak Penanaman Modal Asing PMA
Hak dan kewajiban penanaman modal asing telah ditentukan dalam Pasal 10,12,14,19,26 dan Pasal 27 Undang-undang No 1 Tahun 1967 tentang
Penanaman Modal Asing. Adapun Hak penanaman modal asing meliputi: a.
Pemakaian atas tanah, seperti hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai Pasal 14 UU PMA
b. Hak untuk mendatangkan atau menggunakan tenaga-tenaga pimpinan dan
tenaga kerja ahli warga Negara asing bagi jabatan-jabatan yang belum dapat diisi dengan tenaga warga Negara Indonesia Pasal 9 UU PMA
c. Hak transfer dalam valuasi asli dari modal atas dasar nilai tukar yang
berlaku untuk :
Universitas Sumatera Utara
1 Keuntungan yang diperoleh modal sesudah dikurangi pajak dan
kewajiban pembayaran lain di Indonesia. 2
Biaya-biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja yang dipekerjakan di Indonesia.
3 Biaya-biaya lain yang ditentukan lebih lanjut.
4 Penyusutan atas alat-alat perlengkapan tetap.
5 Kompensansi dalam hal nasionalisasi Pasal 19 UU PMA
Hak dan kewajiban penanaman modal, khususnya penanaman modal asing telah ditentukan dalam Pasal 8, 10, 14, 15 dan 18 UUPM Hak Investor asing,
disajikan berikut ini: a.
Mengalihkan asset yang dimilikinya kepada pihak yang diinginkannya. b.
Melakukan transfer dan repatriasi dalam valuta asing. Hak transfer merupakan suatu perangsang untuk menarik penanaman modal asing. Repatriasi
pengiriman dengan bebas dalam bentuk valuta asing, tanpa ada penundaan yang didasarkan pada perlakuan diskriminasi, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Hak-hak transfer dan repatriasi ini meliputi:
1 Modal;
2 Keuntungan, bunga bank, dividen, dan pendapatan lain;
3 Dana-dana yang diperlukan, untuk:
a Pembelian bahan baku dan penolong barang setengah jadi atau barang
jadi; atau
Universitas Sumatera Utara
b Penggantian barang modal dalam rangka untuk melindungi
kelangsungan hidup penanaman modal. c
Tambahan dana yang diperlukan bagi pembayaran penanaman modal; d
Dana-dana untuk pembayaran kembali pinjaman e
Royalty atau biaya yang harus dibayar; f
Pendapatan dari perseorangan warga Negara asing yag bekerja dalam perusahan penanaman modal
g Hasil penjualan atau likuidasi penanaman modal;
h Kompensasi atas kerugian;
i Kompensasi atas pengambilalihan;
j Pembayaran yang dilakukan dalam rangka;
1 Bantuan teknis; 2 Biaya yang harus dibayar untuk jasa teknis dan manajemen;
3 Pembayaran yang dilakukan di bawah kontrak proyek;; dan 4 Pembayaran hak atas kekayaan intelektual.
l. Hasil penjualan asset Hak ini tidak mengurangi kewenangan pemerintah untuk :
a. Memberlakukan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mewajibka
pelaporan pelaksanaan transfer dana; dan b.
Hak pemerintah untuk mendapatkan pajak dabatau royalty danatau pendapatan pemerintah lainnya dari penanaman modal.
c. Menggunakan tenaga ahli warga Negara asing untuk jabatan dan keahlian
tertentu;
Universitas Sumatera Utara
d. Mendapatkan kepastian hak, hukum, dan perlindungan.
e. Informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankannya.
f. Hak pelayananan.
g. Berbagai bentuk fasilitas kemudahan.
43
3. Tanggung Jawab Penanaman Modal Asing PMA
Tanggung jawab penanaman modal dalam Pasal 16 yang menyatakan bahwa setiap penanaman modal bertanggung jawab untuk:
a. Menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan UUPM disebutkan bahwa modal adalah segala asset dalam bentuk uang atau bentuk
lain yang bukan uang yang oleh penanaman modal yang mempunyai nilai ekonomis.
44
Adapun sumber dari modal adalah: 1
Modal dalam negeri yaitu modal yang dimiliki oleh Negara Republik Indonesia, perseorangan warga Negara Indonesia, atau badan usaha yang
berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum.
45
2 Modal Asing adalah modal yang dimiliki oleh Negara asing, badan usaha
asing, badan hukum asing, dan atau badan hukum Indonesia yang sebagaian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing.
46 [9]
43
Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia Jakarta: PT Raja Garfndo Persada 2012 hlm 208-211
44
Hulman Panjaitan, Hukum Penanaman Modal Asing Jakarta: Indhill Co, 2003, hlm 33
45
Undang- Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 1 ayat 9
46
Ibid, Pasal 1 ayat 8.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sunaryati Hartono, yang menjadi ukuran apakah sesuatu termasuk modal asing atau dalam negeri yaitu:
47
1 Dalam hal valuta asing : apakah valuta asing itu merupakan bagian
dari kekayaan devisa atau tidak.
[10]
2 Dalam hal alat-alat atau keahlian : apakah alat, barang atau keahlian
tertentu itu merupakan milik asing atau tidak. b.
Menanggung dan menyelesaikan segala mininggalkan atau menelantarkan kegiatan usahanya secara sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Penanaman modal meninggalkan atau menghentikan atau menelantarkan
kegiatan usahanya. Penanaman modal harus menyelesaikan kewajiban seperti membayar segaala utang yang timbul selama kegiatan usahanya berjalan,
membayar upahgaji tenaga kerja apabila belum dibayar dan serta memenuhi apa yang terjadi hak tenaga kerja menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku, serta mengembalikan segala fasilitas-fasilitas yang diberikan pemerintahan sesuai dengan peraturan perndang-undangan yang berlaku.
c. Menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik monopoli,
dan hal-hal lain yang merugikan negara. Setiap penanaman modal menciptakan persaingan usaha yang sehat artinya
setiap penanaman modal berlaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang atau jasa harus dilakukan dengan jujur atau tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta
47
Hulman Panjaitan, Op., Cit, hlm 35
Universitas Sumatera Utara
penanaman modal harus mencegah terjadinya praktek monopoli yaitu pemusatan kegiatan oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya
produksi atau pemasaran atas barang dan jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha yang tidak sehat yang tidak merugikan kepentingan umum.
48
d. Menjaga Kelestarian Lingkungan Hidup
[11]
Dan setiap penanaman modal dilarang melakukan hal-hal yang merugikan negara seperti: tindakan-tindakan yang bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan, melakukan kejahatan korporasi berupa tindak pidana perpajakan, penggelembungan biaya pemulihan, dan penggelembungan biaya lainnya untuk
memperkecil keuntungan sehingga mengakibatkan negara.
Dalam melaksanakan kegiatan usahanya, setiap penanaman modal harus memperhatikan keadaan lingkungan di sekitar lokasi kegiatan usaha tersebut.
49
48
Undang Undang No.5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan PersainganUsaha Tidak Sehat,
Pasal 1 ayat 2.
49
Undang- Undang No, 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
[12]
Seperti dalam hal pembuangan limbahsisa-sisa barang yang diproduksi. Apakah limbah tersebut mencemari lingkungan terutama kehidupan ikan dan biota di
sungai, dan mengenai cerobong asap dari perusahaan tersebut, disini perusahaan harus berusaha mencegah terjadinya polusi udara supaya tidak menimbulkan
berbagai kerugian bagi perusahaan, karena asap dari perusahaan sangat berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan manusia dan mahluk hidup lain yang hidup
disekitarnya. 5.Menciptakan Keselamatan, kesehatan kenyamatan, dan kesejahteraan pekerja
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal menjalankan kegiatan usahanya, penanam modal memerlukan tenaga kerja baik tenaga kerja terlatih dan terdidik. Para tenaga kerja ini bekerja
dengan diberikan upahgaji dari perusahaan yang memperkerjakan mereka,
50
dan perusahaan juga harus menjamin keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan
kesejahteraan pekerja pihak perusahaan penanaman modal.
51
a. Hari libur nasional
Menurut undang- undang No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dan undang-undang No.21
tahun 2003 tentang pengesahan ILO Convention No.81 tentang pengesahan ketenagakerjaan dalam indistri dan perdagangan memberikan keringanan-
keringanan bagi tenaga berupa:
b. Cuti hamil bagi wanita
c. Syarat-syarat kerja bagi wanita dan anak dibawah umur
d. Syarat-syarat keselamatan kerja
e. Asuransi tenaga kerja
f. Biaya kesehatan
g. Tunjangan pensiun.
e. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan
Melakukan kegiatan usahanya, penanam modal harus memperhatikan segala peraturan-peraturan yang terkait dengan penanaman modal; setiap penanam
odal harus mengetahui tindakan-tindakan apa saja yang diizinkan san yang dilarang dalam peraturan tersebut dan mereka harus tunduk terhadap peraturan
tersebut, karena apabila penanam modal dalam melakukan kegiatan usahanya
50
Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
51
UU. Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention No.81
Universitas Sumatera Utara
melanggar atau melakukan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan maka mareka akan memperoleh sanksi yang tegas sesuai
yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan tersebut. Undang-undang No.25 tahun 2007 tentang penanaman modal. Hak,
kewajiban, dan tanggung jawab diatur secara khusus guna memberikan kepastian hukum, mempertegas kewajiban penanaman modal terhadap prinsip tata kelola
perusahaan yang sehat memberikan penghormatan terhadap tradisi budaya masyarakat, dan melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan, dan pengaturan
tanggung jawab penanam modal diperlukan untuk mendorong iklim persaingan usaha yang sehat, memperbesar tanggungjawab lingkungan dan pemenuhan hak
dan kewajiban tenaga kerja, serta upaya mendorong ketaatan penanam modal terhadap peraturan perundang-undangan.
Penanam modal tidak memenui kewajiban dan tanggung jawabnya sebagaimana yang tertulis dalam Pasal 15 dan 16 UUPM, maka penanam modal
mendapatkan sanks seperti yang tertulis dalam Pasal 34 UUPM yaitu dikenai sanksi administrative berupa:
a. Peringatan tertulis
b. Pembatasan kegiatan usaha
c. Pembekuan kegiatan usaha danatau fasilitas penanaman modal
d. Pencabutan kegiatan usaha danatau fasilitas modal
Selain sanksi administrative terhadap penanam modal juga dikenakan sanksi pidana, namun dalam UUPM tentang penanaman modal tidak diatur secara
tegas, namun secara penafsiran dapat diperoleh suatu kondisi dimana pidana pada hal suatu peraturan dalam bentuk undang-undang harus menyebutkan dengan jelas
criteria dan sanksi yang dijatuhkan dan tidak menggantungan kepada peraturan
Universitas Sumatera Utara
perundang-undangan yang lain, apalagi peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tingkatannya.
Pasal 33 ayat 3 disebutkan dalam hal penanam modal yang melaksanakan kegiatan usaha berdsarkan perjanjian kerja atau kontrak kerja sama
dengan pemerintah melakukan kejahatan korporasi berupa tindak pidana perpajakan, penggelembungan biaya pemulihan dan bentuk penggelembungan
biaya lainnya untuk memperkecil keuntungan yang mengakibatkan kerugian negara berdasarkan temuan atau pemeriksaan oleh pihak pejabat yang berwenang
dan telah mendapat putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap. Pemerintah mengakhiri perjanjian atau kontrak kerja sama dengan pihak-pihak
yang bersangkutan penanam modal. B. Penanaman Modal Asing Dalam Rangka Investasi Sektor Pariwisata
Pada masa lalu pembangunan ekonomi lebih diorientasikan pada kawasan Indonesia bagian barat. Hal ini terlihat lebih berkembangnya pembangunan sarana
dan prasarana di kawasan barat Indonesia, dibandingkan dengan yang terdapat di kawasan timur Indonesia. Hal ini juga terlihat dari pembangunan di sektor
pariwisata, dimana kawasan Jawa-Bali menjadi kawasan konsentrasi utama pembangunan kepariwisataan. Sementara dilihat dari kecenderungan perubahan
pasar global, yang lebih mengutamakan sumber daya alami sebagai destinasi wisata, maka potensi sumber daya alam di kawasan timur Indonesia lebih besar di
bandingkan kawasan barat. Kualitas sumber daya alam yang dapat dijadikan daya tarik wisata unggulan di kawasan timur Indonesia, jauh lebih baik dan memiliki
peluang yang besar untuk dikembangkan. Namun demikian tidak secara otomatis
Universitas Sumatera Utara
kawasan timur Indonesia dapat dikembangkan menjadi kawasan unggulan, karena adanya beberapa masalah mendasar, seperti kelemahan infrastruktur, sumber daya
manusia, dan sebagainya.
52
Beberapa dampak yang ditimbulkan dari ketidakseimbangan pembangunan di sektor pariwisata adalah:
53
1. Pembangunan pariwisata yang tidak merata, khususnya di kawasan timur
Indonesia, sehingga tingkat pertumbuhan ekonomi kawasan Indonesia timur dari sektor pariwisata masih rendah.
2. Indonesia hanya bertumpu pada satu pintu gerbang utama, yaitu Bali.
3. Lemahnya perencanaan pariwisata di kawasan timur Indonesia dan kurang
termanfaatkannya potensi pariwisata di kawasan tersebut secara optimal. 4.
Rendahnya fasilitas penunjang pariwisata yang terbangun. 5.
Terbatasnya sarana transportasi, termasuk hubungan jalur transportasi yang terbatas.
Dampak yang ditimbulkan dari akibat ketidakseimbangan pembangunan tersebut di atas, sangat terasa pada saat Indonesia mengalami berbagai tragedi
kemanusian di Bali dan Jawa tahun 2002- 2005. Tragedi ini memberikan pelajaran yang sangat mahal bagi Indonesia, dimana pendekatan pembangunan pariwisata
yang berorientasi pada pasar mancanegara saja, menjadi tidak mampu menopang kepariwisataan Indonesia. Kedua, pembangunan pariwisata yang bertumpu dan
berfokus hanya pada satu pintu gerbang utama membuktikan banyak kelemahan.
52
Berkat-nias.blogspot.co.id201505makalah-manajemen-pembangunan-bidang.html diakses tanggal 12 Maret 2016.
53
Sapta Nirwandar. Pembangunan sector pariwisata, http: kemenpar. go.iduserfilesfile440_1257 diakses tanggal 1 April 2015.
Universitas Sumatera Utara
Ketiga, perlunya diversifikasi aktivitas masyarakat pada satu destinasi pariwisata, sehingga dapat menjadikan alternatif pendapatan.
Ketidakseimbangan pembangunan juga berdampak langsung pada ketidakseimbangan investasi yang ada. Investasi pariwisata di kawasan timur
Indonesia, terlihat menjadi jauh lebih kecil dibandingkan dengan kawasan barat, karena sarana penunjang bisnis pariwisata skala nasional dan internasional telah
tersedia, seperti pelabuhan laut, pelabuhan udara dan lain sebagainya. Para investor lebih memilih kawasan-kawasan yang telah memiliki sarana penunjang,
terutama sarana yang mampu menarik pasar untuk berkunjung. Selain pembangunan fasilitas yang tidak seimbang, lemahnya investasi pariwisata di
daerah, juga akibat dari lemahnya kebijakan pemerintah daerah di bidang pariwisata. Tidak dapat dipungkiri pula rentannya keamanan di daerah-daerah
timur Indonesia, seperti Kabupaten Poso, di Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku, Papua, juga memberikan dampak pada rendahnya investasi pariwisata di
kawasan Timur.Ketidakseimbangan pembangunan yang berdampak pada tidak meratanya pembangunan sektor pariwisata di Indonesia, harus dibenahi melalui
penciptaan program-program pemerintah yang mendorong dan memfasilitasi terciptanya produk dan usaha pariwisata lebih besar dikawasan Indonesia timur.
Selain itu, belajar dari pengalaman yang diambil dari pembangunan pariwisata yang bertumpu pada satu pintu gerbang,maka sebaiknya pemerintah pusat dan
daerah harus mampu mendorong dan mendukung program jangka panjang berupa pengembangan pintu gerbang utama lainnya bagi pariwisata Indonesia.Daerah ini
Universitas Sumatera Utara
harus strategis baik dilihat dari segi ekonomi, sosial dan politik serta keamanan pengunjung.
Isu strategis pertama dalam masa penerapan otonomi daerah di sektor
pariwisata adalah timbulnya persaingan antar daerah, persaingan pariwisata yang bukan mengarah pada peningkatan komplementaritas dan pengkayaan alternatif
berwisata. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti:
54
Akibatnya pengembangan pariwisata daerah sejak masa otonomi lebih dilihat secara parsial. Artinya banyak daerah mengembangkan pariwisatanya
tanpa melihat, menghubungkan dan bahkan menggabungkan dengan pengembangan daerah tetangganya maupun propinsikabupatenkota terdekat.
Bahkan cenderung meningkatkan persaingan antar wilayah, yang pada akhirnya akan berdampak buruk terhadap kualitas produk yang dihasilkan. Padahal
pengembangan pariwisata seharusnya lintas provinsi atau lintas kabupatenkota, bahkan tidak tidak lagi mengenal batas karena kemajuan teknologi informasi.
a. lemahnya pemahaman tentang pariwisata b. lemahnya kebijakan pariwisata daerah
c. tidak adanya pedoman dari pemerintah pusat maupun provinsi.
55
Isu kedua terkait dengan kondisi pengembangan pariwisata Indonesia yang
masih bertumpu pada daerah tujuan wisata utama tertentu saja, walaupun daerah- daerah lain diyakini memiliki keragaman potensi kepariwisataan. Hal yang
mengemuka dari pemusatan kegiatan pariwisata ini adalah dengan telah terlampauinya daya dukung pengembangan pariwisata di berbagai lokasi,
54
Ibid
55
Ibid
Universitas Sumatera Utara
sementara lokasi lainnya tidak berkembang sebagaimana mestinya. Selain itu kekhasan dan keunikan atraksi dan aktivitas wisata yang ditawarkan masih belum
menjadi suatu daya tarik bagi kedatangan wisatawan mancanegara, karena produk yang ditawarkan tidak dikemas dengan baik dan menarik seperti yang dilakukan
oleh negara-negara pesaing. Salah satu kelemahan produk wisata Indonesia, yang menyebabkan Indonesia kalah bersaing dengan negaranegara tetangga adalah
kurangnya diversifikasi produk dan kualitas pelayanan wisata Indonesia. Para pelaku kepariwisataan Indonesia kurang memberikan perhatian yang cukup untuk
mengembangkan produkproduk baru yang lebih kompetitif dan sesuai dengan selera pasar.
Isu ketiga berhubungan dengan situasi dan kondisi daerah yang berbeda
baik dari potensi wisata alam, ekonomi, adat budaya, mata pencaharian, kependudukan dan lain sebagainya yang menuntut pola pengembangan yang
berbeda pula, baik dari segi cara atau metode, prioritas, maupun penyiapannya. Proses penentuan pola pengembangan ini membutuhkan peran aktif dari semua
pihak, agar sifatnya integratif, komprehensif dan sinergis.
Isu keempat dapat dilihat dari banyaknya daerah tujuan wisata yang sangat
potensial di Indonesia apabila dilihat dari sisi daya tarik alam dan budaya yang dimilikinya. Namun sayangnya belum bisa dijual atau mampu bersaing dengan
daerahdaerah tujuan wisata baik di kawasan regional maupun internasional. Hal tersebut semata-mata karena daya tarik yang tersedia belum dikemas secara
profesional, rendahnya mutu pelayanan yang diberikan, interpretasi budaya atau alam yang belum memadai, atau karena belum dibangunnya citra image yang
Universitas Sumatera Utara
membuat wisatawan tertarik untuk datang mengunjungi dan lain sebagainya. Memperbanyak variasi produk baru berbasis sumber daya alam, dengan prinsip
pelestarian lingkungan dan partisipasi masyarakat, merupakan strategi yang ditempuh untuk meningkatkan pemanfaatan keunikan daerah dan persaingan di
tingkat regional. Selain kualitas kemasan dan pelayanan, produk pariwisata berbasis alam harus memberikan pengalaman lebih kepada wisatawan.
Selanjutnya, pengemasan produk wisata dan pemasarannya, haruslah memanfaatkan teknologi terkini. Produk-produk wisata yang ditawarkan harus
sudah berbasis teknologi informasi, sebagai upaya meningkatkan pelayanan dan sekaligus meningkatkan kemampuan menembus pasar internasional.
56
Di luar seluruh permasalahan, tantangan dan hambatan yang dimiliki Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan, potensi yang dimiliki sebagai
penunjang pembangunan kepariwisataan sangat tinggi. Kekayaan alam dengan keanekaragaman jenis atraksi wisata alam kelas dunia masih kita miliki. Atraksi
wisata alam berbasis kekayaan alam tersebut meliputi daya tarik ekowisata, bahari, pulau-pulau kecil serta danau dan gunung tersebar di seluruh wilayah dan
siap untuk dikembangkan. Kekayaan budaya yang tinggi dan beranekaragam juga menjadi potensi yang sangat tinggi untuk dilestarikan melalui pembangunan
kepariwisataan. Pada dasarnya minat utama wisatawan datang ke suatu destinasi pariwisata lebih disebabkan karena daya tarik wisata budaya dengan kekayaan
seperti adat istiadat, peninggalan sejarah dan purbakala, kesenian, monumen, upacaraupacara dan peristiwa budaya lainnya. Kemajemukan bangsa Indonesia
56
http:dominique122.blogspot.co.id201504kecenderungan-kepariwisataan-di- asia.html diakses tanggal 1 April 2016.
Universitas Sumatera Utara
dengan agama yang beragam menjadi potensi yang sangat besar dalam peningkatan kepariwisataan. Hampir tidak ada negara atau daerah di dunia yang
memiliki penduduk yang heterogen dalam kepercayaan mereka. Sementara Indonesia sangat berbeda dan dari satu daerah ke daerah lainnya pengembangan
pariwisata relijius merupakan potensi yang sangat besar untuk dikembangkan di masa datang.
Bagi investor asing, hukum dan Undang-Undang menjadi salah satu tolak ukur untuk menentukan kondusif tidaknya kondisi investasi di suatu negara.
Pelaku usaha yang menanamkan modalnya di negara berkembang sangat mempertimbangkan kondisi hukum di negara tersebut. Infrastruktur hukum bagi
investor menjadi instrument penting dalam menjamin investasi mereka. Secara umum kepastian hukum sebagai konsep menekankan pada perkataan kepastian
dan mengenai kepastian itu sendiri, kepastian hukum mengarah pada deskripsi tentang hukum yang meyakinkan, teliti, tepat dan pasti. Kepastian hukum sangat
dibutuhkan oleh investor sebab dalam melakukan investasi selain tunduk kepada ketentuan hukum investasi juga ketentuan lain yang terkait dan tidak bisa
dilepaskan begitu saja
57
57
Sentosa Sembiring, Hukum Investasi,Nuansa Aulia, Bandung:2010, hlm 32
Kepastian hukum dalam hukum investasi positif yang dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
berkaitan erat dengan kebijakan dasar penanaman modal sebagaimana dimaksud Pasal 4 ayat 2 yang menempatkan pemerintah agar
Universitas Sumatera Utara
1. Memberikan perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam negeri dan
penanam modal asing dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional; 2.
Menjamin kepastian hukum, kepastian berusaha dan keamanan berusaha bagi penanam modal sejak proses pengurusan perizinan sampai dengan berakhirnya
kegiatan penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan; dan
3. Membuka kesempatan bagi perkembangan dan memberikan perlindungan
kepada usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, asas
kepastian hukum ditentukan dalam Pasal 3 ayat 1 huruf a, dalam penjelasannya : “Asas dalam Negara hukum yang meletakkan hukum dan ketentuan peraturan
perUndang-Undangan sebagai dasar dalam setiap kebijakan dan tindakan dalam bidang penanaman modal”. Berdasarkan penjelasan di atas tampak bahwa
kepastian hukum mengandung persamaan dengan supermasi hukum. Isu supermasi hukum yang berkembang bersamaan dengan urgensi adanya hukum
yang pada dasarnya bertujuan mewujudkan keadilan. Keadilan tercapai karena setiap orang diberikan bagian sesuai jasanya sedangkan dilain hal hukum
bertujuan mewujudkan kebahagian sebanyak mungkin orang. Kebahagian ini terwujud apabila setiap orang memperoleh kesempatan sama di barengi
penciptaan ketertiban. Oleh karena itu, supermasi hukum dan kepastian hukum tampak memiliki hubungan saling melengkapi.
Realisasi investasi pariwisata di Indonesia pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 210 persen jika dibandingkan dengan tahun 2011, dengan
Universitas Sumatera Utara
nilai total sebesar US 869,8 Juta. Sumber investasi terbesar bersumber dari penanaman modal asing.
58
C. Pengaturan Kegiatan Modal Asing Sektor Pariwisata