Kewenangan Pemerintah Daerah dalam Pelayanan Kegiatan Penanaman Modal Asing Sektor Pariwisata

8. Perusahaan penanaman modal yang dalam pelaksanaan penanaman modalnya telah siap melakukan kegiatan berproduksi komersial, wajib mengajukan permohonan Izin Usaha Tertap IUT ke PTSP.

B. Kewenangan Pemerintah Daerah dalam Pelayanan Kegiatan Penanaman Modal Asing Sektor Pariwisata

Kewenangan pemerintah daerah dalam hal ini pemerintah provinsi sebagai daerah otonom memiliki kewenangan dalam bidang pemerintahan yang bersifat lintas KabupatenKota. 65 Pelaksanaan desentralisasi pada dasarnya adalah pengalihan sebahagian fungsi-fungsi pemerintahan pusat yang dapat ditangani oleh Pemerintah Daerah. 66 Desentralisasi juga dipandang sebagai upaya untuk membedakan dengan rezim penguasa sebelumnya yang dianggap terlalu sentralisasi sehingga tidak memberikan kesempatan kepada daerah untuk berkembang. Bagi negara dengan Namun tidak semua fungsi-fungsi tersebut dapat dialihkan, tetapi ada yang cukup didelegasikan, atau yang harus tetap ditangani secara langsung oleh pemerintah pusat. Desentralisasi selalu dipandang sebagai suatu solusi parsial terhadap sejumlah permasalahan berkaitan dengan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara demokrasi. Bagi suatu negara yang besar, desentralisasi adalah suatu cara untuk merasionalisasikan barang publik public goods dan eksternalitas manfaat bagi masyarakat yang berbeda-beda untuk setiap daerah. 65 Deddy Supriady Batakusumah dan Dadang Solihin, Otonomi penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004, hlm. 50 66 Juli Panglima Saragih. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003, hlm 39 Universitas Sumatera Utara beragam etnisitas, desentralisasi merupakan sarana untuk menyatukan keaneka- ragaman ini. 67 Adapun kewenangan Propinsi, KabupatenKota, berdasarkan Pasal 13 dan Pasal 14 UUPD, dapat digolongkan kepada urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah dan urusan pemerintahan yang bersifat pilihan. Berdasarkan UU Pemerintah Daerah diberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab sehingga memberikan peluang kepada daerah agar dengan leluasa mengatur dan melaksanakan kewenangannya atas prakarsa sendiri sesuai dengan kepentingan masyarakat setempat dan potensi setiap daerah. Namun kewenangan tersebut berdasarkan Pasal 10 ayat 3 UU Pemerintah Daerah pada dasarnya tetap terdapat keterbatasan, antara lain kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama, tetap menjadi kewenangan Pemerintah. Oleh karenanya untuk dapat melaksanakan otonomi daerah sebagaimana yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka kewenangan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah dalam rangka desentralisasi harus disertai dengan penyerahan dan pengalihan pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumber daya manusia sesuai dengan kewenangan yang diserahkan tersebut. Dan yang paling utama Pemerintah Pusat berkeinginan memberikan pinjaman dana kepada Pemerintah Daerah, untuk membantu Pemerintah Daerah dalam melakukan pembangunan inprastruktur, agar para investor berkeinginan menginvestasikan modalnya ke daerah. 67 Umar Juoro. 2002. “Desentralisasi, Demokrasi dan Pemulihan Ekonomi”, dalam Jurnal Demokrasi dan Ham, Vol. 2, No. 2, Juni-September 2002, hlm 7 Universitas Sumatera Utara Sedangkan urusan pemerintahan yang bersifat pilihan tersebut meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan, seperti pertambangan, perikanan, pertanian, perkebunan, dan kehutanan, serta pariwisata. Berdasarkan Pasal 13 ayat 1 UU Pemerintah Daerah tersebut urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah propinsi merupakan urusan dalam skala propinsi yang meliputi: Perencanaan dan pengendalian pembangunan; perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang; penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; penyediaan sarana dan prasarana umum; penanganan bidang kesehatan; penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial; penanggulangan masalah sscial lintas kabupatenkota; pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupatenkota; fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah termasuk lintas kabupatenkota; pengendalian lingkungan hidup; pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupatenkota; pelayanan kependudukan, dan catatan sipil; pelayanan administrasi umum pemerintahan; pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupatenkota; penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh kabupatenkota; dan urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan. Adapun kewenangan KabupatenKota berdasarkan Pasal 14 ayat 1 UU Pemerintah Daerah, adalah urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk KabupatenKota, dan merupakan urusan yang berskala Kabupaten Universitas Sumatera Utara Kota, yang meliputi: Perencanaan dan pengendalian pembangunan; perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang; penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; penyediaan sarana dan prasarana umum; penanganan bidang kesehatan; penyelenggaraan pendidikan; penanggulangan masalah sosial; pelayanan bidang ketenagakerjaan; fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah; pengendalian lingkungan hidup; pelayanan pertanahan; pelayanan kependudukan, dan catatan sipil; pelayanan administrasi umum pemerintahan; pelayanan administrasi penanaman modal; penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang- undangan. Apa yang telah ditentukan dalam Pasal 13 dan 14 UUPD, maka jelaslah bagi kita bahwa daerah otonom, khususnya daerah Kabupaten dan Kota memiliki wewenang dalam bidang penanaman modal. Artinya Pemerintah KabupatenKota berwenang menarik investasi ke daerahnya untuk melihat peluang investasi bisnis di daerah -daerah yang prospektif. Sementara itu menurut Wimpy S. Tjetjep peranan Pemerintah Pusat diharapkan hanya sebatas dalam pengaturan dan penciptaan peluang investasi bisnis di daerah-daerah prospektif, antara lain: 68 a. Penetapan kebijakan umum untuk pengembangan peluang sumber pembiayaan dan investasi bisnis secara nasional. b. Penetapan kebijakan perencanaan nasional untuk adanya peluang sumber pembiayaan dan investasi bisnis di daerah-daerah. 68 Wimpy S. Tjetjep. Dari Gunung Api Hingga Otonomi Daerah Jakarta: Yayasan Media Bhakti Tambang, 2002, hlm 269-270 Universitas Sumatera Utara c. Pengaturan kebijakan kerjasama regional dan internasional untuk mendorong berkembangnya peluang tumbuhnya sumber pembiayaan dan investasi bisnis. d. Pengaturan kebijakan kerjasama antar propinsi dalam pengembangan sumber pembiayaan dan investasi bisnis. e. Pengembangan sistem informasi untuk mendapat peluang sumber pembiayaan dan investasi bisnis secara nasional. Lebih lanjut Wimpy S. Tjetjep mengatakan peran Pemerintah Propinsi dalam bidang sumber pembiayaan dan investasi bisnis, antara lain: 69 a. Pengaturan pengelolaan obyek dan daya tarik untuk tumbuhnya peluang sumber pembiayaan dan investasi bisnis lintas Kabupaten dan Kota. b. Pengaturan pengelolaan sektor usaha untuk mendorong berkembangnya peluang sumber pembiayaan dan investasi bisnis lintas Kabupaten dan Kota. c. Pengaturan rencana regional di bidang sumber pembiayaan dan investasi bisnis. d. Fasilitas dan penyelenggaraan promosi untuk mempercepat berkembang peluang adanya pembiayaan dan investasi bisnis antar daerah. Bahkan sesungguhnya Pemerintah KabupatenKota memiliki kewenangan yang sangat luas mengelola sumberdaya nasional yang tersedia di daerahnya, dan KabupatenKota dapat langsung mengadakan kerjasama yang Baling menguntungkan dengan lembagabadan di luar negeri, termasuk melakukan pinjaman dari sumber luar negeri, sepanjang tetap berkordinasi 69 Ibid Universitas Sumatera Utara denganPemerintah. 70 persyaratan, antara lain: Dengan begitu KabupatenKota dapat melaksanakan kegiatan investasi dan sumber-sumber pembiayaan termasuk perizinanlegalisasinya yang dilaksanakan oleh daerah, dalam anti termasuk Pemerintah KabupatenKota, dunia usahapengusaha dan asosiasi pengusaha di daerah. Upaya untuk mengoptimalkan perwujudan pelaksanaan investasi bisnis di KabupatenKota, salah satu pendekatan yang dapat dikembangkan adalah melalui pengembangan invesment and business networking yaitu pendekatan jaringan kerja bisnis dan mvestasi. Menurut Wimpy S. Tjetjep untuk efektifnya suatu jaringan kerja bisnis dan investasi di daerah, diperlukan 71 a. Something to Offer Setiap daerah harus bisa menawarkan sesuatu kepada daerah lainnya dan atau negara lainnya terutama di negara tetangga. Sesuatu yang ditawarkan merupakan suatu potensi yang dimiliki atau yang menjadi keunggulan daerah dan merupakan potensi ciri khas daerah. Sehingga setiap daerah dapat menawarkan potensi yang berbeda. b. Motivation to Network Setiap daerah harus memiliki motivasi yang tinggi untuk mengembangkan jaringan kerja bisnis di daerahnya dengan daerah lain dan atau dengan negara lainnya. Untuk mendorong timbuhnya semangat motivasi ini, di daerah harus ditumbuhkembangkan business society. Dalam hal ini setiap daerah harus bisa 70 Ibid 71 Ibid, hlm 273-275 Universitas Sumatera Utara mengembangkan secara sungguh-sungguh faktor-faktor yang dapat memotivasi keinginan membentuk jaringan kerja bisnis dan investasi. c. Climate for Network Iklim yang kondusif bagi pengembangan jaringan kerja investasi bisnis, harus diciptakan dan dipelihara setiap daerah, dengan memperhitungkan lingkungan strategis yang berpengaruh, termasuk semakin tajamnya persaingan antar daerah dan antar negara. Fasilitas dan kemudahan harus diciptakan setiap daerah. d. Bonding Di setiap daerah harus ada faktor perekat dalam pengembangan jaringan kerja investasi dan bisnis ini. Untuk itu daerah harus mendorong dan memfasilitasi dunia usaha di daerah, serta membentuk dan mengembangkan investment and business society network. Kemudian Pemerintah Daerah harus mendorong tumbuhnya dinamika dunia usaha daerah untuk bekerjasama mengembangkan faktor-faktor yang dapat meningkatkan hubungan jaringan kerja investasi yang ada. e. Strategic Planning Untuk mengimplementasikan secara berkesinambungan jaringan kerja investasi dan bisnis, diperlukan adanya perencanaan strategis pengembangannya. Oleh karena itu setiap daerah secara sinergi dengan seluruh unsur-unsur terkait menyusun perencanaan strategic. Dalam penyusunan perencanaan strategis jaringan kerja tersebut Pemerintah Daerah harus berperan lebih aktif termasuk mencari mitra bisnis yang strategis dalam bidang investasi. Universitas Sumatera Utara f. Inkonsistensi Wewenang Pengelolaan Penanaman Modal di Indonesia Bagi Indonesia, salah satu tujuan pembentukan pemerintahan negara adalah untuk memajukan kesejahteraan umum sebagaimana termaktub dalam pembukaan UUD 1945, yang menyatakan “... membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia... untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial ...”. Amanat pembukaan UUD 1945 tersebut telah dijabarkan dalam Pasal 33 UUD 1945 yang menentukan: 1 Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. 2 Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. 3 Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. 4 Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta menjaga keseimbangan kemajuan serta kesatuan ekonomi nasional. 5 Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Pasal ini diatur dalam undang-undang. Akibat Keputusan Presiden Nomor 29 Tahun 2004 tersebut terjadilah ketidakpastian hukum dalam pemberian persetujuan perijinan penanaman modal Universitas Sumatera Utara oleh Pemerintah Daerah, yang seharusnya hukum memberikan jaminan kepastian hukum. Oleh sebab itu, aturan-aturan hukum yang berkaitan dengan penanaman modal, khususnya bagi Daerah belum memberikan jaminan kepastian hukum. Ketidak kejelasan Pemerintah dalam melimpahkan kewenangan penyelenggaraan penanaman modal kepada Pemerintah Daerah, dapat menghambat percepatanpembangunan daerah di seluruh Indonesia. Salah satu perubahan penting di Indonesia adalah pergeseran pemerintahan yaitu dari pemerintahan yang tersentralisasi menjadi pemerintahan yang desentralisasi nyata yang ditandai dengan pemberian otonomi yang lebih luas dan nyata pada daerah. 72 Pada perkembanganya unit-unit pemerintahan daerah di Indonesia baik itu di tingkat Propinsi maupun KabupatenKota memiliki kewenangan secara penuh untuk melayani dan mengembangkan daerah yang bersangkutan. Sistem desentralisasi ini setidaknya mampu membentuk “hubungan pelayanan yang lebih ideal dan lebih optimal sesuai prinsip pendekatan masayarakat. Dalam artian, dapat menciptakan aspek-aspek perluasan pelayanan, responsibilitas, partisipastif, konsolidasi dan pengawasan teknis. 73 Adapun kewenangan tersebut tercantum dalam Pasal 7 1 Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang desentralisasi bahwa kewenangan Pemerintah Daerah mencakup kewenangan dalam bidang pemerintahan yakni pembangunan nasional Sehingga, dengan adanya pergeseran paradigma tersebut menjadikan peran dan kewenangan Pemerintah Daerah semakin luas. HAW .Widjaja, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, Divisi Buku Perguruan Tinggi Jakarta:PT.RaGrafindo Persada, Rajawali Pers, 2009 hlm.27. 73 Andy Ramses .M, Edisi 23 Tahun 2006, Dimensi- dimensiPembentukan Daerah Otonom,Jurnal Ilmu Pemerintahan JurnalUntukMemajukanPemerintahanPemebentukan Daerah Otonom, Jakarta Selatan:Penerbit MIPI MasyarakatIlmuPemerintahan Indonesia. Universitas Sumatera Utara secara makro, perimbangan keuangan, pemeliharaan sistem admistrasi, serta pengembangan teknologi, pembinaan dan pelestarian sumber daya alam serta sumber daya manusia kecuali, bidang pertahanan keamanan, agama, moneter, fiskal. 74 Menurud Undang-Undang No.37 Tahun 1999 tentang hubungan luar negeri, menjelaskan bahwa hubungan luar negeri di artikan sebagai etiap kegiatan yang Oleh karena, begitu beratnya tugas dan wewenang Pemerintah Daerah merupakan sebuah upaya untuk menggerakan partisipasi segala komponen daerah didalam pengembangan dan pengelolaan sumber daya alam serta menciptakan berbagai peluang pembangunan ekonomi sosial bagi seluruh masyarakat. Kondisi tersebut, menjadikan Pemerintah Daerah harus bekerja keras dalam pengelolaan aset daerah tersebut yang tidak mungkin mampu dilalukan oleh daerah yang bersangkutan tanpa bantuan dari pihak lainya. Salah satu cara yang bisa ditempuh oleh Pemerintah Daerah adalah membuka peluang investasi asing melalui hubungan luar negeri. Memaksimalkan kembali peran Pemerintah Daerah dalam mengelola potensi daerah yang dimiliki dalam hubungan luar negeri dengan negara lain maka Pemerintah Republik Indonesia melegalkan bentuk pembuatan Undang-Undang tata cara hubungan laur negeri Undang-undang No. 37 Tahun 1999 dan Undang- undang perjanjian internasional Undang-undang No. 24 Tahun 2000 untuk memberi batasan ruang gerak bagi Pemerintah Daerah dalam melakukan hubungan luar negeri. Dengan lahirnya kedua Undang-undang ini menjadi dasar hukum sah bagi Pemerintah Daerah untuk melakukan hubungan luar negeri. 74 HAW .Widjaja.Op.Cit hlm .28 . Universitas Sumatera Utara menyangkut aspek regional dan internasional yang dilakukan oleh Pemerintah di tingkat pusat dan daerah, atau lembaga- lembaganya, lembaga negara, badan usaha, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, atau warga negara Indonesia. Dimana, hubungan luar negeri tersebut merupakan usaha implementasi kebijakana luar negeri Indonesia yang dibentuk dalam berbagai strategi dan tindakan dalam menghadapi Negara lain atau aktor pilitik internasional lainya yang dilakukan oleh para pengambil keputusan di Indonesia dalam usaha pencapaian kepentingan nasional. 75 Selain itu, Undang- undang ini juga mengatur aktor yang bisa melakukan hubungan luar negeri yakni: Departemen Luar Negeri RI, Mentri Dalam Negeri, Kementrian Teknis, Lembaga non Pemerintah Diplomat atau Perwakilan RI serta Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah merupakan penyelengara urusan pemerintahan pada tingkat Provinsi, Kabupaten dan Kota yang bertugas membantu dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya bagi Kesatuan Republik Indonesia. 76 Hubungan luar negeri harus tetap merupakan masalah yang sangat penting. Hal ini, didasarkan pada tidak ada satu pun negara di dunia ini dapat melepaskan dirinya dari hubungan dengan negara lain. Sehingga, dapat menciptakan saling ketergantungan satu sama lain, apalagi dalam gelombang globalisasi sekarang ini justru setiap negara harus makin meningkatkan kelihaiannya dalam berinteraksi dengan negara lain dan lembaga- lembaga internasional. Apalagi dalam konteks otonomi daerah yang jelas mememiliki peluang untuk kerjasama luar negeri 75 Muhamad Ashry. Perjanjian Internasional Dari Pembentukan Hingga Akhir Berlakunya, Makassar: PT.Uitoha Ukhuwah Grafika, 2008 hlm.4. 76 Syamhim. Hukum Diplomatik Dalam Kerangka Study Analisis,Jakarta:Rajawali Pres :PT. Raja Grafindo Persada, 2008 hlm 4.. Universitas Sumatera Utara tersebut. Oleh karena, dengan bantuan kerjasama asing tidak menutup kemungkinan dapat memaksimalkan peran Pemerintah Daerah mampu memajukan ekonomi daerahnya. Akan tetapi, hubungan luar negeri itu sendiri yang diterapkan oleh Indonesia memang memiliki peluang yang sangat besar untuk memajukan ekonomi nasional dengan memaksimalkan peran daerah. Namun demikian, prinsip hubungan luar negeri tetap mengacu pada kebijakan one doorpolicy ,yang merupakan sebuah realitas nasional yang seharusnya disikapi dengan baik oleh Pemerintah daerah. Dimana, realitas tersebut merupakan peluang dan tantangan yang menjanjikan dengan memberi kesempatan kepada setiap Pemerintah Daerah untuk lebih kreatif dalam mengambil langkah dan kebijakan yang konstruktif, efektif, efisien, dan partisipatif dalam memaksimalkan pengembangan potensi daerah yang dimilikinya. 77 Oleh karena, Pemerintah RI dalam yakni Departemen Luar Negeri menyiasati hal tersebut dengan menerbitkan panduan umum tata cara hubungan dan kerjasama luar negeri oleh Pemerintah Daerah dimana Departemen Luar Dengan demikian, setidaknya Pemerintah Daerah selalu sadar akan amanah yang di embannya untuk memajukan ekonomi rakyatnya demi terciptanya kesejateraan ekonomi nasional yang telah di cita-citakan dalam Undang –undang Dasar 1945. Mekanisme pelaksanaan hubungan luar negeri dalam konteks otonomi daerah tetap tidak lepas dari kontroling dari Pemerintah Pusat yakni Departemen Luar Negeri sebagai aktor utama dalam melakukan hubungan luar negeri dengan pihak atau Negara lain terutama para investor asing. 77 Armin Arsyad dan Aspiannor Masrie. Jurnal, Hubungan Luar Negeri Dalam Kerangka Otonomi Daerah Studi Kasus: Provinsi Sulawesi Selatan,Makassar: Jurusan Politik Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,Universitas Hasanudin, 2010 hlm.4 Universitas Sumatera Utara Negeri dengan Pemerintah Daerah terjadi sinkronisasi antara kedua pihak. Sehingga, Departemen Luar Negeri sebagai aktor utama hubungan dan kerjasama luar negeri menjadi parrner utama dan koordinator dalam membantu Pemerintah Daerah dalam melaakukan kerjasama dan hubungan luar negeri. Adapun bentuk bantuan yang dilakukan oleh Departemen Luar Negeri adalah: a Memadukan seluruh potensi kerjasama daerah agar tercipta sinergi dalam penyelenggaraan Hubungan Kerjasama LuarNegeri. b Mencari terobosan baru Inisiator. c Menyediakan data yang diperlukan Informator. d Mencari mitra kerja di Luar Negeri. e Mempromosikan Potensi Daerah di Luar Negeri Promotor. f Memfasilitasi penyelenggaraan Hubungan Kerjasama Luar Negeri Fasilitator. g Memberi perlindungan kepada daerah protector 78 Pembagian kewenangan antara pemerintah dan pemerintah daerah kemudian mengatur tentang penanaman modal dalam Pasal 12 huruf I. menjadi dasar bahwa pemerintah daerah berkewenangan untuk mengurus urusan penanaman modal di daerah dengan mengkoordinasikan dengan pemerintah pusat. Menuju daerah otonomi yang mandiri dan memiliki pendapatan asli daerahnya, maka pemerintah lewat aturan perundang-undangan menjamin pemerintah daerah untuk mencapai tujuan otonomi daerah, seperti yang menjadi tujuan pemerintahan presiden Jokowidodo dan Wapres M. JusufKalla, bahwa percepatan pembangunan akan dilaksanakan di daerah, percepatan itu dimulai dengan memberikan ekonomi khusus bagi daerah-daerah yang strategis. Pasal 31 Undang-Undang Nomor 25 78 Ibid hal.8. Universitas Sumatera Utara Tahun 2007 tentang penanaman Modal Pasal tentang kawasan ekonomi khusus adalah: 1. Untuk mempercepat pengembangan ekonomi di wilayah tertentu yang bersifat strategis bagi pengembangan ekonomi nasional dan untuk menjaga keseimbangan kemajuan suatu daerah, dapat ditetapkan dan dikembangkan kawasan ekonomi khusus. 2. Pemerintah berwenang menetapkan kebijakan penanaman modal tersendiri di kawasan ekonomi khusus. 3. Ketentuan mengenai kawasan ekonomi khusus sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur dengan undang-undang. Menurut Liang Gie, otonomi daerah adalah wewenang untuk menyelenggarakan kepentingan sekelompok penduduk yang berdiam dalam suatu leingkungan wilayah tertentu yang mencakup mengatur, mengurus, mengendalikan dan mengembangkan berbagai hal yang perlu bagi kehidupan penduduk. Sehingga otonomi daerah merupakan hak penduduk yang tinggal dalam suatu daerah untuk mengatur, mengurus, mengendalikan dan mengembangkan urusannya sendiri dengan menghormati peraturan perundang- undangan yang berlaku. 79 79 Hanif Nurcholis, Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Jakarta: Grasindo, 2007, hlm.30 UUD 1945 setelah amandemen telah melahirkan konsep otonomi daerah, yang memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan kota untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan, hal ini diatur dalam Pasal 18 ayat 2 UUD 1945. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat 2 UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pemerintahan daerah berwenang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Asas otonomi dan tugas pembantuan adalah pelaksanaan urusan pemerintahan oleh daerah dapat diselenggarakan secara langsung oleh pemerintahan daerah itu sendiri dan dapat pula penugasan oleh pemerintah provinsi ke pemerintah kabupatenkota dan desa atau penugasan dari pemerintah kabupatenkota ke desa. Berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat 3 UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pemerintahan daerah memiliki kewenangan menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Daya saing daerah adalah merupakan kombinasi antara faktor kondisi ekonomi daerah, kualitas kelembagaan publik daerah, sumber daya manusia, dan teknologi, yang secara keseluruhan membangun kemampuan daerah untuk bersaing dengan daerah lain. Urusan pemerintah adalah urusan pemerintahan yang mutlak menjadi kewenangannya dan urusan bidang lainnya yaitu bagian-bagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya Pemerintah. Berdasarkan ketentuan Pasal 10 ayat 2 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, kewenangan pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Berdasarkan ketentuan Pasal 10 ayat 3 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pemerintah daerah hanya berwenang atas beberapa urusan pemerintahan yang Universitas Sumatera Utara bukan termasuk urusan pemerintahan pusat. Di antara urusan yang menjadi wewenang pemerintah pusat adalah Politik luar negeri, Pertahanan, Keamanan, Yustisi, Moneter dan fiskal nasional, dan Agama. Sehingga pemerintahan daerah hanya berwenang melaksanakan urusan pemerintahan di bidang eksekutif dan legislatif di daerah. Berdasarkan ketentuan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pemerintah provinsi tidak hanya melaksanakan kewenangan berdasarkan pada asas desentralisasi politik atau devolusi, akan tetapi juga melaksakan kewenangan berdasarkan pada asas dekonsentrasi. Sedangkan pemerintah kabupaten atau kota hanya melaksanakan kewenangan berdasarkan pada asas desentralisasi. Berdasarkan ketentuan Pasal 14 ayat 1 dan 2 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri dari urusan wajib dan pilihan. Kewenangan pemerintah daerah dalam kaitannya dengan urusan wajib pemerintah daerah dalam hal pengaturan wilayah yang terkait dengan penanaman modal akomodasi pariwisata adalah perencanaan dan pengendalian pembangunan, pengendalian lingkungan hidup dan pelayanan administrasi penanaman modal. Urusan pemerintahan kabupaten yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan. Urusan pemerintahan yang secara nyata adalah urusan pemerintahan yang sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi yang dimiliki antara lain pertambangan, perikanan, pertanian, perkebunan, kehutanan, dan Pariwisata. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan ketentuan UU No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, penyelenggaraan kepariwisataan di Indonesia didasarkan pada asas yang sejalan dan sejiwa dengan etos dan prinsip Pembangunan Kepariwisataan yang berkelanjutan. Berdasarkan ketentuan Pasal 2 UU No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, asas penyelenggaraan kepariwisataan di Indonesia adalah manfaat, kekeluargaan, adil dan merata, keseimbangan, kemandirian, kelestarian, partisipatif, berkelanjutan, demokratis, kesetaraan, dan kesatuan. Selain itu, dimensi pembangunan kepariwisataan yang berbasis prinsip keberlanjutan juga tergambarkan dengan jelas pada Pasal 3 UU No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan di mana tujuan kepariwisataan adalah untuk: meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan, mengatasi pengangguran, melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya, memajukan kebudayaan, mengangkat citra bangsa, memupuk rasa cinta tanah air, memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa, dan mempererat persahabatan antar bangsa. Berdasarkan ketentuan Pasal 3 UU No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, mengenai melestarikan alam dan lingkungan, merupakan salah satu dasar yang dapat digunakan oleh pemerintah daerah dalam mengerem laju pertumbuhan sarana akomodasi pariwisata khususnya dalam hal pembangunan atau pendirian hotel, karena jumlah hotel berbintang maupun non bintang. Universitas Sumatera Utara

C. Akibat Hukum Pelayanan Kegiatan Penanaman Modal Asing Sektor Pariwisata Bagi Investor