Berdasarkan permasalahan di atas maka ruang lingkup penelitian ini, yaitu menjadikan Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat sebagai objek penelitian.
Indikator yang digunakan untuk melihat peranan pariwisata terhadap perekonomian daerah Kabupaten Sukabumi yaitu pendapatan daerah dan
penyerapan tenaga kerja. Selain itu, konsep pariwisata dibatasi dengan pendekatan proksi pada usaha pariwisata yaitu hotel, restoran dan jasa hiburan.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa tujuan yaitu: 1.
Menganalisis peranan sektor pariwisata dalam perekonomian daerah
Kabupaten Sukabumi berdasarkan indikator pendapatan dan tenaga kerja.
2. Mengkaji kebijakan pemanfaatan potensi sektor pariwisata dalam
mempengaruhi perekonomian daerah Kabupaten Sukabumi.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi: 1.
Penulis, sebagai pembelajaran mengenai bagaimana cara menganalisis peranan sektor pariwisata dalam perekonomian daerah Kabupaten
Sukabumi berdasarkan indikator pendapatan dan tenaga kerja. 2.
Pemerintah daerah Kabupaten Sukabumi, untuk dijadikan acuan dalam membuat kebijakan pembangunan pariwisata.
3. Pihak-pihak atau instansi lain yang akan melakukan penelitian mengenai
peranan pariwisata dalam perekonomian daerah Kabupaten Sukabumi berdasarkan indikator pendapatan dan tenaga kerja.
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Pengertian Pariwisata
Istilah pariwisata berasal dari bahasa sansekerta yang secara etimologi bahasa berasal dari 2 dua suku kata yaitu pari dan suku kata wisata. Pari berarti
banyak atau berkali-kali, berputar-berputar atau lengkap, sedangkan wisata berarti perjalanan atau bepergian. Berdasarkan uraian tersebut pariwisata diartikan
sebagai suatu perjalanan yang dilakukan berkali-kali. Dalam hal ini secara lengkap diartikan sebagai suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara
waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk
berusaha dan mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan dan rekreasi pemanfaatan waktu luang untuk
istirahat, santai dan bersenang-senang guna mengembalikan dan meningkatkan kesegaran dan kesehatan jasmani dan rohani sebagai akibat dan aktivitas
pekerjaan sehari-hari atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam Sihite, 2000.
Menurut Undang-Undang RI No. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan di jelaskan bahwa kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
penyelenggaraan pariwisata. Sedangkan pariwisata sendiri diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata suatu bentukkan dan atau
aktivitas dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan
atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau tempat tertentu termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata, serta usaha-usaha yang terkait di bidang
tersebut. Marpaung 2000 menjelaskan bahwa pariwisata adalah perpindahan
sementara yang dilakukan manusia dengan tujuan keluar dari pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya. Aktivitas dilakukan selama mereka tinggal
di tempat yang dituju dan fasilitas dibuat untuk memenuhi kebutuhan mereka. Definisi-definisi
diatas memperlihatkan bahwa pariwisata menyangkut
alasan tujuan melakukan perjalanan. Oleh karena itu, pengertian pariwisata meliputi kegiatan pengaturan, dan penyediaan berbagai keperluan bagi seseorang
yang melakukan perjalanan wisatawan.
2.1.2. Pengertian Wisatawan
Istilah wisatawan berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari kata wisata
yang berarti perjalanan dan wan untuk menyatakan orang dengan profesinya, keahliannya, keadaannya, jabatannya atau kedudukan seseorang.
Secara sederhana, wisatawan berarti orang yang melakukan perjalanan. Secara lengkap World Tourism Organization WTO dan International Union of Office
Travel Organization menjelaskan bahwa wisatawan adalah setiap orang yang
mengunjungi suatu negara di luar tempat tinggalnya didorong oleh satu atau beberapa keperluan tanpa bermaksud memperoleh penghasilan di tempat yang
dikunjungi yang tinggal paling sedikit 24 jam, akan tetapi tidak lebih dari enam bulan di tempat yang dikunjungi dengan maksud kunjungan antara lain: berlibur,
rekreasi dan olah raga, bisnis, mengunjungi teman dan keluarga, misi, menghadiri
pertemuan, konferensi kunjungan alasan kesehatan, belajar dan keagamaan BPS, 2004.
Departemen pariwisata
menjelaskan bahwa wisatawan adalah setiap orang
yang melakukan perjalanan dan menetap untuk sementara di tempat lain selain tempat tinggalnya untuk salah satu atau beberapa alasan selain mencari pekerjaan
Marpaung, 2000. Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa wisatawan
adalah orang yang melakukan perjalanan: a.
Lebih dari 24 jam. b.
Tinggal untuk sementara waktu. c.
Jauh dari tempat tinggalnya semula. d.
Tidak untuk mencari nafkah atau mendapatkan upah di tempat atau di negara yang dikunjunginya.
Sihite 2000 membagi wisatawan ke dalam 2 kelompok besar, yaitu: a.
Wisatawan dalam negeri atau wisatawan nusantara wisnu, yaitu warga negara suatu negara yang mengadakan perjalanan wisata di dalam
lingkungan negara tersebut tidak melewati batas negara lain. b.
Wisatawan luar negeri atau wisatawan mancanegara wisman, yaitu warga negara suatu negara yang mengadakan perjalanan wisata keluar
lingkungan dari negaranya memasuki negara lain.
2.1.3. Pendapatan Daerah
Pembangunan suatu daerah dapat berhasil dengan baik apabila didukung oleh suatu perencanaan yang mantap sebagai dasar penentuan strategi,
pengambilan keputusan dan evaluasi hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai. Dalam menyusun perencanaan pembangunan yang baik perlu menggunakan data-
data statistik yang memuat informasi tentang kondisi riil suatu daerah pada saat tertentu, sehingga kebijaksanaan dan strategi yang telah dimonitor dan dievaluasi
hasil-hasilnya. Salah satu indikator ekonomi makro yang biasanya digunakan untuk
mengevaluasi hasil-hasil pembangunan di suatu daerah dalam lingkup kabupaten dan kota adalah Produk Domestik Regional Bruto PDRB kabupaten atau kota
menurut lapangan usaha Industrial Origin, baik PDRB atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.
PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai
barang dan jasa akhir netto yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun dan dapat digunakan untuk melihat pergerseran dan struktur ekonomi. Sedangkan PDRB atas dasar
harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar dan dapat
digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.
2.1.4. Kesempatan Kerja
Departemen Tenaga Kerja 1994, memberikan pengertian kesempatan kerja sebagai lapangan pekerjaan atau kesempatan yang tercipta untuk bekerja
melalui suatu kegiatan ekonomi produksi. Dengan demikian, kesempatan kerja
mencakup lapangan pekerjaan yang sudah diisi dan semua lapangan pekerjaan yang masih lowong. Adanya pekerjaan yang masih lowong tersebut mengandung
arti adanya kesempatan akan membutuhkan sejumlah tenaga kerja Syuhada, 1998.
Di Indonesia pengertian tenaga kerja manpower mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang
melakukan kegiatan ini seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Simanjuntak 1985 menjelaskan pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja
hanya oleh batas umur. Di Indonesia dipilih batas umur minimum 10 tahun tanpa batas umur maksimum, dengan demikian tenaga kerja Indonesia dimaksudkan
sebagai penduduk yang berumur 10 tahun atau lebih. Penduduk berumur di bawah 10 tahun digolongkan sebagai bukan tenaga kerja. Pemilihan 10 tahun sebagai
batas umur minimum adalah berdasarkan kenyataan bahwa dalam umur tersebut sudah banyak penduduk berumur muda terutama di desa-desa yang sudah bekerja
atau mencari pekerjaan. Namun, seiring dengan berkembangnya program pemerintah wajib belajar 9 tahun, maka anak-anak sampai umur dengan 14 tahun
akan berada di sekolah. Dengan kata lain, jumlah penduduk yang bekerja dalam batas umur tersebut akan sangat kecil, sehingga batas umur minimum lebih tepat
dinaikkan menjadi 15 tahun keatas. Dumairy 1996 membedakan tenaga kerja manpower ke dalam dua
kelompok yaitu angkatan kerja labor force dan bukan angkatan kerja non labor force. Termasuk angkatan kerja ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia
kerja yang bekerja, atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara sedang
tidak bekerja dan yang mencari pekerjaan. Sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak
bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan; yakni orang-orang yang kegiatannya bersekolah pelajar, mahasiswa, mengurus rumah
tangga maksudnya ibu-ibu yang bukan wanita karir, serta menerima pendapatan tetapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya pensiunan,
penderita cacat yang diperoleh. Biro Pusat Statistik 2003 memberikan suatu definisi tentang angkatan
kerja yaitu penduduk usia kerja yang: 1.
Bekerja, yaitu mereka yang melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling
sedikit satu jam secara berturut-turut selama seminggu lalu, termasuk kedalamnya adalah mereka yang bekerja atau membantu memperoleh
pendapatan atau keuntungan tanpa menerima upah. 2.
Mempunyai pekerjaan tetapi tidak bekerja, yaitu mereka yang mempunyai pekerjaan tetapi selama seminggu yang lalu tidak bekerja karena berbagai
hal. Contohnya pegawai pemerintah atau swasta yang sedang tidak masuk kerja karena cuti, sakit dan mogok.
3. Mencari pekerjaan, yaitu kegiatan seseorang yang tidak bekerja dan pada
saat survei orang tersebut sedang mencari pekerjaan, baik mereka yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan atau
mereka yang sudah pernah bekerja, karena sesuatu hal berhenti atau diberhentikan dan sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan.
Biro Pusat Statistik 2003 memberikan suatu definisi yang tidak termasuk ke dalam angkatan kerja yaitu penduduk usia kerja yang:
1. Sekolah, yaitu mereka yang melakukan kegiatan bersekolah formal, dari
pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi selama seminggu yang lalu. 2.
Mengurus rumah tangga, yaitu mereka yang mengurus rumah tangga tanpa mendapatkan upah, misalnya ibu rumah tangga. Sebaliknya pembantu
rumah tangga yang mendapat upah walaupun pekerjaannya mengurus rumah tangga dianggap bekerja.
3. Kegiatan lainnya, yaitu kegiatan selain yang disebutkan di atas, misalnya
mereka yang sudah pensiun dan orang-orang cacat jasmani yang tidak dapat melakukan pekerjaan.
2.1.5. Peranan Pariwisata terhadap Pendapatan Daerah
Pariwisata merupakan industri jasa yang diyakini dapat mendorong perekonomian suatu daerah bahkan dunia, hal ini disebabkan industri pariwisata
terkait dengan industri-industri lainnya seperti industri perhotelan, restoran dan jasa hiburan.
Dalam perkembangannya, pariwisata dilihat dari aspek ekonomi merupakan penghasil utama devisa negara non migas. Pada tahun 2004,
penerimaan devisa melalui sektor pariwisata mencapai US 4.797,88 juta yang disumbangkan dari angka kunjungan sebesar 4,8 juta wisman. Jika dilihat dari
aspek kewilayahan, sektor pariwisata telah mendorong tumbuh dan berkembangnnya kawasan-kawasan pariwisata dan pusat-pusat pelayanan yang
tersebar di seluruh wilayah nusantara baik di kawasan urban atau nusantara,
pedesaan bahkan kawasaan terpencil di pedalaman maupun yang akan mendorong terciptanya pendapatan daerah.
Peran dan kontribusi signifikan tersebut telah semakin mengukuhkan pariwisata sebagai sektor strategis yang memiliki potensi dan memiliki peluang
sangat besar untuk dikembangkan dan berperan penting bagi perekonomian negara dan daerah.
Sebagai gambaran kontribusi sektor pariwisata tahun 1998-2003 di Kabupaten Sukabumi pada PDRB sebesar Rp. 913.130,87 juta yang diperoleh dari
sektor hotel, restoran, dan jasa hiburan. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa sektor pariwisata berperan penting dalam pendapatan daerah.
Sihite 2000 menjelaskan bahwa kegiatan pariwisata mempunyai dampak positif, yaitu:
a. Hubungan yang baik antara bangsa dan negara.
b. Membuka kesempatan kerja serta perluasan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat. c.
Peningkatan pendapatan perkapita masyarakat. d.
Merangsang dan menumbuhkan kebudayaan asli. e.
Merangsang dan menumbuhkan aktivitas ekonomi masyarakat. f.
Menambah dan meningkatkan pendapatan atas devisa negara. g.
Menambah dan meningkatkan pendapatan daerah setempat. h.
Membantu dan menunjang gerak pembangunan, baik penyediaan sarana maupun prasarana yang diperlukan.
2.1.6. Peranan Pariwisata terhadap Kesempatan Kerja
Pariwisata merupakan sektor basis dalam perekonomian daerah, salah satunya berperan penting dalam peningkatan kesempatan kerja. Hartono 1974
dalam Murdianto 1991 menjelaskan bahwa penciptaan kesempatan kerja dari sektor pariwisata bersifat langsung dan tidak langsung. Penciptaan kesempatan
kerja yang bersifat langsung dan sangat menonjol adalah di bidang perhotelan, suatu industri jasa yang bersifat padat karya relatif terhadap modal yang ditanam
dan rumah makan. Hal ini tidak lain karena usaha-usaha tersebut relatif sulit dipenuhi, dikarenakan sifat pekerjaannya yang menuntut paduan antara
pendidikan dan pengalaman. Selain itu, berkembangnya pariwisata akan berakibat ganda pada sektor lain, seperti pertanian, peternakan, kerajinan rakyat,
permodalan, dan industri yang produknya diperlukan untuk menunjang perkembangan wisata khususnya hotel dan restoran, ini merupakan bentuk-
bentuk kesempatan kerja yang tidak langsung. Sebagai gambaran penyerapan tenaga kerja sektor pariwisata di Kabupaten
Sukabumi pada tahun 1998-2003 sebanyak 329.522 orang, yang berasal dari tenaga kerja yang bekerja di sektor hotel, restoran dan jasa hiburan. Dari
penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa sektor pariwisata selain berperan penting sebagai sumber pendapatan daerah tetapi berperan penting juga dalam
penyerapan tenaga kerja.
2.1.7. Pengembangan Pariwisata sebagai Kebijakan Pembangunan Ekonomi Daerah
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada
membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan
kegiatan ekonomi pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan
jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya harus bersama-
sama mengambil inisiatif pembangunan daerah dengan berbagai potensi sumberdaya yang dimilikinya. Dengan mengunakan sumberdaya-sumberdaya
yang ada pemerintah daerah harus mampu menaksir potensi sumberdaya yang diperlukan untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan perekonomian
daerah. Pariwisata merupakan salah satu bentuk dari potensi sumberdaya yang dapat dikembangkan menjadi satu unit ekonomi. Dengan adanya kegiatan
pariwisata ini akan terjadi interaksi antara satu sektor dengan sektor lainnya. Selanjutnya kegiatan pariwisata ini, apabila dikelola dan dikembangkan secara
profesional maka akan dapat menciptakan multipler effect efek pengganda dalam perekonomian daerah yang bersangkutan Azaman,2001.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 tahun 1990 tentang pariwisata, tujuan pengembangan pariwisata adalah untuk menciptakan multipler effect,
diantaranya adalah: 1 Memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja; 2 Meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat; dan 3 Mendorong pendayagunaan produksi nasional.
Seperti halnya Kabupaten Sukabumi, dalam upaya pengembangan pariwisata berbagai kebijakan bidang kepariwisataan terus dikeluarkan dan
dilaksanakan guna mencapai tujuan dan sasaran pengembangan kepariwisataan. Pada tahun 2005, Pemerintah Daerah Kabupaten Sukabumi mengeluarkan
kebijakan di sektor pariwisata yaitu ”Meningkatkan Kualitas Sapta Pembangunan Kawasan Pariwisata Terpadu”.
2.2. Penelitian Terdahulu