PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terdiri dari ratusan pulau-pulau besar dan kecil, beriklim tropis serta memiliki kekayaan alam yang
melimpah sebagai masukan bagi negara. Kekayaan ini pulalah yang menjadi komoditi ekspor terbesar untuk kepentingan pembangunan perekonomian.
Pada hakikatnya pembangunan adalah proses perubahan yang terus menerus berlangsung yang merupakan kemajuan dan perbaikan menuju ke arah
tujuan yang ingin dicapai. Dalam pembangunan itu sendiri terkait masalah pengolahan dan pemanfaatan Sumber Daya Manusia SDM dan Sumber Daya
Alam SDA. Salah satu SDA yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembangunan perekonomian adalah sektor pariwisata.
Sektor pariwisata memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia baik sebagai salah satu sumber penghasil devisa maupun sebagai
pencipta lapangan kerja serta kesempatan berusaha. Untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, pengembangan pariwisata akan terus dilanjutkan dan
ditingkatkan melalui perluasan, pemanfataan sumber, dan potensi pariwisata nasional, sehingga mendorong dan menggerakkan sektor-sektor ekonomi lainnya.
Menurut Tjitroresmi 2003 pada Pelita V 1989-1994, sektor pariwisata mencapai puncak pertumbuhannya yaitu sebesar 29,3 persen per tahun, di mana
pada awal Pelita V hanya mampu mendatangkan wisatawan mancanegara wisman sebanyak 1.625.965 orang. Namun, pada akhir Pelita mencapai
4.006.312 orang. Pertumbuhan yang cukup signifikan tersebut jelas menguntungkan perekonomian Indonesia karena devisa yang diperoleh juga
meningkat cukup tajam yaitu dari US 1.284,50 juta pada tahun 1989 menjadi US 4.785,26 juta pada tahun 1994 Statistik Indonesia, 1995. Kondisi ini terus
meningkat hingga mencapai puncak kelesuannya pada tahun 1998.
Tabel 1.1. Kunjungan Wisman dan Perolehan Devisa dari Tahun 1969-2003.
Pertumbuhan Tahun
Jumlah Wisman Devisa Juta
US Wisman Devisa
1969 86.100 10,8
- -
1970 123.319 16,2
43,23 50,00
1971 178.781 22,6
44,97 39,51
1972 221.178 27,6
23,71 22,12
1973 270.303 40,9
22,21 48,19
1974 313.452 54,4
15,96 33,01
1975 366.293 62,3
16,86 14,52
1976 401.237 70,6
9,54 13,32
1977 433.393 81,3
8,01 15,16
1978 468.614 94,3
8,13 15,99
1979 501.430 250,7
7,00 165,85
1980 561.178 289,0
11,92 15,28
1981 600.151 309,1
6,94 6,69
1982 592.046 358,8
-1,35 16,08
1983 638.855 439,5
7,91 22,49
1984 700.910 519.7
9,71 18,25
1985 749.351 525,3
6,91 1,08
1986 825.035 590,5
10,10 12,41
1987 1.060.347 8377
28,52 41,86
1988 1.301.049 1.027,8
22,70 22,69
1989 1.625.965 1.284,50 25,00
25,00 1990 2.177.566 2.105,29
33,92 63,90
1991 2.569.870 2.522,01 18,02
19,79 1992 3.064.161 3.278,19
19,23 29,98
1993 3.403.138 3.986,58 11,06
21,61 1994 4.006.312 4.785,26
17,72 20,03
1995 4.324.229 5.228,34 7,94
9,26 1996 5.034.472 6.307,69
16,42 20,64
1997 5.185.243 5.321,46 2,99
-15,64 1998 4.606.416 4.331,09
-11,16 -18,61
1999 4.727.520 4.710,22 2,63
8,75 2000 5.064.217 5.748,80
7,12 22,05
2001 5.153.620 5.428,62 1,77
-5,57 2002 5.033.400 4.305,56
-2,33 -20,69
2003 4.467.021 4.037,03 -11,25
-6,24
Sumber: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2006.
Jumlah wisman yang berkunjung pada tahun 2000 mencapai 5.064.217 orang dengan perolehan devisa sebesar US 5.748,80 juta atau mengalami
peningkatan sebesar 22,05 persen dibanding tahun sebelumnya, sedangkan tahun 2001 mencapai 5.153.620 orang dengan perolehan devisa US 5.428,62 juta atau
mengalami penurunan sebesar 6,13 persen dibandingkan tahun 2000. Sementara itu, untuk tahun 2004 jumlah wisman mengalami pertumbuhan sebesar 19,1
persen dibanding tahun 2003, dengan penerimaan devisa mencapai US 4.797,88 juta meningkat 18,85 persen dari penerimaan tahun 2003 sebesar US 4.037,03
juta Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2006. Kontribusi pariwisata dalam penyerapan tenaga kerja menurun dari 8,29
persen pada tahun 2000 menjadi 7,94 persen pada tahun 2003. Penurunan ini disebabkan terutama oleh menurunnya jumlah wisman yang datang ke Indonesia
akibat serentetan peristiwa yang menjadikan iklim pariwisata di Indonesia kurang kondusif Heriawan, 2004.
Peranan pariwisata dalam penerimaan devisa dan penyerapan tenaga kerja di atas, mengindikasikan bahwa kegiatan kepariwisataan mampu menjadi salah
satu kekuatan pembangunan yang dapat diandalkan dan tetap bertahan, sehingga kebijaksanaan pembangunan dapat lebih diarahkan pada peningkatan pariwisata
menjadi sektor andalan. Namun demikian, keberhasilan mengelola industri pariwisata dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti keamanan, situasi politik
dalam negeri, dan beberapa situasi global. Jika keamanan dan situasi politik dalam negeri suatu negara tidak kondusif, maka secara langsung akan berpengaruh
terhadap kunjungan wisatawan, terutama wisatawan mancanegara. Hal tersebut
semakin menyadarkan pemerintah bahwa kondisi keamanan dalam negeri perlu dijaga karena berpengaruh terhadap sektor pariwisata yang merupakan tambang
emas dalam mendatangkan devisa negara, sumber lapangan kerja dan akan menggerakkan roda ekonomi pariwisata termasuk kegiatan sektor-sektor lain yang
terkait, seperti hotel, restoran dan jasa hiburan.
Tabel 1.2. Perkembangan PDB Hotel, Restoran, Hiburan dan Rekreasi Tahun 1996-2003.
Dalam Juta Rupiah Deskripsi
1996 1997 1998 1999 2000 2001
2002 2003
Hotel 3.258,4 3.887,4 5.365,6 6.240,7 8.979 9.935 10.456
11.301 Restoran
14.503,6 18.151,2 24.686,0 29.324,2 30.503 33.754 58.627 62.904 Hiburan
1.087,7 1.373,2 2.083,5 2.167,9 4.794 5.412 6.086 6.579 Total
18.849,7 23.411,8 32.135,1 37.732,8 44.276 49.101 75.169 80.784
Sumber: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2006.
Berdasarkan Tabel 1.2, Produk Domestik Bruto PDB hotel, restoran, dan hiburan mengalami peningkatan dari tahun 1996-2003, sehingga pendapatan
masyarakat, daerah dan penerimaan negara diharapkan meningkat pula. Dengan demikian, kebijakan lebih ditujukan pada pengembangan serta pendayagunaan
potensi kepariwisataan nasional untuk dijadikan daya tarik bagi wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun mancanegara.
Mengingat pentingnya peranan sektor pariwisata tersebut, saat ini pembangunan dan pengembangan objek-objek pariwisata semakin digalakkan.
Hal ini terjadi baik di daerah yang telah menjadi daerah tujuan wisata maupun di daerah yang berpotensi untuk menjadi daerah tujuan wisata tetapi belum
dikembangkan. Kabupaten Sukabumi sebagai salah satu daerah yang kaya akan tempat-
tempat wisata, dalam mendorong pembangunan ekonominya berusaha
mengembangkan potensi kewilayahan yang dimiliki. Potensi kewilayahan Kabupaten Sukabumi di antaranya adalah potensi wisata. Dalam UU No 9 tahun
1990 tentang Kepariwisataan disebutkan bahwa objek dan daya tarik wisata adalah sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Terdapat 42 titik objek wisata di
Kabupaten Sukabumi yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata domestik maupun mancanegara.
Tabel 1.3. Jumlah dan Objek Wisata Menurut Jenisnya di Kabupaten Sukabumi Tahun 2001-2004.
No Objek
wisata 2001 2002 2003 2004
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9.
10. Alam
Buatan Hutan wisataAgro
Pantai Muara Pantai Menyelam
Air Panas Situ
Curug Arung Jeram
Goa 40
13 4
12 3
1 3
6 5
3 40
13 4
12 3
1 3
6 6
3 42
15 4
12 3
1 3
6 7
3 42
15 4
12 3
1 3
6 7
3
Jumlah 37 38 42 42
Sumber: Dinas Kepariwisataan Kabupaten Sukabumi, 2005.
Berdasarkan Tabel 1.3, terlihat bahwa jumlah objek wisata di Kabupaten Sukabumi mengalami peningkatan dari tahun 2001-2003, sementara tahun 2004
tidak mengalami perubahan jumlah objek wisata. Dengan beragam objek dan daya tarik wisata yang dimiliki, pada tahun 2005 di daerah Sukabumi juga telah
berkembang unit usaha pariwisata seperti perhotelan yang berjumlah 115 hotel, restoran atau rumah makan berjumlah 90 dan beberapa toko cenderamata. Hal
tersebut terjadi karena adanya peningkatan jumlah kunjungan ke objek wisata di Kabupaten Sukabumi. Selain itu Kabupaten Sukabumi merupakan Daerah Tujuan
Wisata DTW Jawa Barat.
Tabel 1.4. Arus Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Sukabumi Tahun 1997- 2005.
Wisatawan DomestikWinus AsingWisman
No Tahun Menginap Tidak
Menginap Menginap Tidak
Menginap Total
1. 1997 109.681 1.718.873 9.436
10.713 1.848.703
2. 1998 174.353 1.987.455 9.337
8.181 2.179.326
3. 1999 104.851 2.097.868 3.967
13.096 2.219.782
4. 2000 108.924 2.548.416 5.684
13.728 2.676.752
5. 2001 115.938 1.802.278 6.038
3.217 1.927.471
6. 2002 115.938 1.802.278 6.038
3.217 1.927.471
7. 2003 128.075 1.299.980 4.569
8.132 1.440.756
8. 2004 130.971 1.424.978 4.535
8.946 1.569.430
9. 2005 239.184 210.066.235 4.904 6.765
210.317.088
Sumber: Dinas Kepariwisataan Kabupaten Sukabumi, 2001-2005.
Secara geografis posisi Kabupaten Sukabumi sangat strategis karena: 1 Letak Kabupaten Sukabumi yang berada diantara Ibukota Negara Jakarta dan
Ibukota Propinsi Jawa Barat; 2 Kabupaten Sukabumi memiliki kekayaan yang melimpah dalam jenis atau keanekaragaman Objek dan Daya Tarik Wisata
ODTW yang meliputi wisata Gunung, Rimba, Laut, Pantai, dan Sungai GURILAPS. Adanya kegiatan pariwisata di daerah ini diharapkan menciptakan
kesempatan kerja yang dapat menyerap sejumlah besar tenaga kerja dan memberikan kontribusi tersendiri terhadap pendapatan daerah setempat.
1.2. Perumusan Masalah