Dalam penelitian Guru harus benar- benar memahani kehidupan anak. Sehingga peran guru sebagai pendidik karakter dapat terpenuhi dengan baik. Oleh
sebab itu guru harus memahami tahap perkembangan anak didiknya. Sudahkah mereka benar- benar melewati ketiga tahap ini dengan baik. Sehingga pendidikan
karakter yang diajarkan dan diterapkan dapat berjalan dengan seimbang. Tidak sekedar berlangsung di dalam lingkungan sekolah saja tetapi juga lingkungan di luar
sekolah.
2. 4 Pendidikan Nilai atau Karakter
Tujuan pendidikan adalah pembentukan sikap ataupun tingkah laku seseorang. Pemikir seperti Smith 1996 dan Spranger 1928 menyebutkan bahwa
nilai- nilai mewarnai sikap dan tindakan individu. Di samping itu, nilai juga erat kaitannya dengan perhatian akan hidup serta kebudayaan, karena sistem ini
merupakan kumpulan dari nilai- nilai kebudayaan. Oleh sebab itu, pendidikan harus membantu peserta didik untuk mengalami nilai- nilai dan menempatkannya secara
integral dalam keseluruhan hidup mereka. Di samping itu, perlu disadari bersama bahwa pendidikan nilai itu bukan
sesuatu yang hanya ditambahkan melainkan justru merupakan sesuatu yang hakiki dalam seluruh proses pendidikan. Terlebih lagi bila diingat bahwa arus materialisme
dan konsumerisme secara global terus mengikis nilai- nilai luhur dari kehidupan manusia, tidak hanya tinggal di kota- kota besar, bahkan sudah menyentuh desa- desa
yang terplosok sekalipun. Oleh sebab itu, pendidikan, dewasa ini sungguh menghadapi tantangan yang luar biasa berat. Ada empat langkah yang harus
Universitas Sumatera Utara
ditempuh agar pendidikan nilai berdaya guna, yaitu: 1. Para pendidik terlebih dahulu harus tahu dan jelas dengan akal budinya
memahami dengan hatinya nilai- nilai apa saja yang akan diajarkan entah yang tersembunyi di balik setiap bidang studi atau nilai-nilai kemanusian lainnya.
2. Para pendidik mentransformasikan nilai-nilai tersebut kepada peserta didik dengan sentuhan hati dan perasaan, melalui contoh-contoh konkret dan sedapat
mungkin teladan si pendidik sehingga peserta didik dapat melihat dengan mata kepala sendiri alangkah baiknya nilai itu. Metode yang dapat ditempuh misalnya
Problem solving, metode VCT Value Clarification Technique, dan lain-lain. 3. Langkah selanjutnya adalah membantu peserta didik untuk menginternalisasikan
nilai-nilai tersebut tidak hanya dalam akal budinya, tetapi terutama dalam hati sanubari si peserta didik sehingga nilai-nilai yang dipahaminya menjadi bagian
dari seluruh hidupnya. Dalam tahap ini diharapkan peserta didik merasa memiliki dan menjadikan nilai tersebut sebagai sifat dan sikap hidupnya.
4. Peserta didik yang telah memiliki sifat-sifat atau sikap hidup sesuai dengan nilai- nilai tersebut didorong dan dibantu untuk mewujudkan atau mengungkapkannya
dalam tingkah laku hidup sehari-hari. Proses atau langkah- langkah di atas memang membawa konsekuensi bahwa
seorang pendidik betul- betul harus dapat diteladani, baik kata- kata maupun perbuatan dan tingkah lakunya. Keteladanan akan meyakinkan peserta didik bahwa
nilai- nilai yang disampaikan memang baik dan benar untuk dhayati dan diamalkan, Memberi teladan atau contoh apa yang diajarkan dalam kehidupan sehari- hari
Universitas Sumatera Utara
bukanlah soal yang mudah bagi para pendidik. Namun, tanpa member teladan tidak ada gunanya mengajarkan nilai-nilai pada peserta didik. Koesoema,2009:78-79
2.4 Desentralisasi pendidikan