untuk dijadikan panutan dalam perkembangan mereka selanjutnya, dan tauladan itu harus benar sehingga visi dan misi untuk menjadikan anak sebagai pemimpin
berkarakter berhasil. Sama halnya seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara dalam teori
Amongnya, bahwa sebenarnya bukan hanya guru yang bertanggung jawab dalam proses mendidik atau mengemong anak. Tetapi juga orangtua sebagai figur yang
memiliki tanggung jawab penuh terhadap perilaku anak. Dengan kata lain masyarakat adalah guru bagi anak- anak sebagai generasi muda. Maka untuk pencapaian yang
maksimal dari pendidikan karakter yang diterapkan, sangat diperlukan kerjasama yang baik antara sekolah dan orangtua dalam pelaksanaannya. Nur Wangid 2009 :
10
5.9 Strategi Pendidikan Karakter dan Implementasinya oleh Yayasan Peduli Karakter Bangsa
Dalam mengatasi hambatan- hambatan yang dialami oleh Ibu Sora sebagai pemimpin Yayasan Peduli Karakter Bangsa memerlukan strategi yang tepat sehingga
visi dan misi yang ingin dicapai oleh melalui pendidikan karakter dapat terlaksana dengan maksimal. Melihat bahwa hambatan yang paling besar adalah tidak adanya
kerjasama yang baik antara orangtua dengan sekolah dalam menerapkan pendidikan karakter. Alasan terbesar orangtua adalah waktu yang tidak ada, dikarenakan
sebagian besar waktu mereka dihabiskan untuk mencari nafkah, dan butanya orangtua cara mendidik anak yang benar, selain itu kondisi kerohanian orangtua sebagai
panutan juga sangat perlu dibenahi. Ditambah lagi karakter orangtua juga tidak dapat
Universitas Sumatera Utara
menjadi panutan yang benar bagi anak. Ini dapat dilihat dari cara orangtua berkomunikasi, bersikap, dan bertindak contoh kecil yang ada diungkapkan oleh Ibu
Hotmaida Pr 31 Thn berikut ini;
“ orangtua murid itu juga sangat terlibat dalam pendidikan karakter, karena hasil lapangan yang kami lihat adalah mereka
sering sekali memaki anak- anak mereka dengan kata kasar dan kotor itu ditiru oleh anak. Selain itu mereka juga sering mengambil
barang- barang yang tidak menjadi milik mereka tanpa izin. Yah... taulah sebagian besar mereka bekerja sebagai pemulung.. setiap
mereka melihat barang- barang bekas dirumah- rumah orang lain mereka masuk sembarangan. Selain itu juga dalam berkomunikasi
satu sama lain mereka sama sekali tidak memiliki bahasa yang baik, mereka kasar, dan keras. Dan masih banyak lagi lah.... dan itu lah
yang ditiru anak- anak mereka bertahun- tahun lamanya. Dan menjadi watak yang berakar”
Karena Yayasan Peduli Karakter Bangsa adalah yayasan Kristen maka sebagian besar nilai- nilai yang ditanamkan selalu dikaitkan dengan kekristenan.
Bagaimana orangtua dapat terlibat dalam perkembangan usia dan kerohanian anak mereka, sementara mereka buta terhadap cara mendidik anak dan lemah secara
kerohanian. Menyadari bahwa pendidikan karakter itu berhasil jika ada kerjasama yang baik antara orangtua dengan sekolah. Karena penerapan pendidikan karakter
Universitas Sumatera Utara
tidak maksimal jika hanya diterapkan disekolah saja, sementara ketika anak- anak kembali kerumah mereka tidak menemukan penerapan yang sama dari orangtua
mereka. Maka diperlukan keterlibatan orangtua dalam pelaksanaannya. Dengan alasan tersebut akhirnya diciptakan strategi yang tepat sasaran untuk
pencapaian visi dan misi mereka. Tidak hanya berhasil menanamkan karakter pada anak tetapi juga pada orangtua mereka. Karena contoh yang paling tepat untuk
keberhasilan penerapannya adalah orangtua mereka sendiri. Maka dibentuklah beberapa kegiatan- kegiatan yang kontributif bagi kemaksimalan pendidikan karakter
yang sedang dilangsungkan. Dari hasil wawancara dan keterlibatan peneliti sebagai salah satu staff pengajar, adapun strategi- strategi tersebut adalah;
1. Pelaksanaan Parenting Life
Parenting Life ini adalah kegiatan yang melibatkan orangtua untuk mengikuti seminar cara mendidik anak yang benar sesuai usia mereka dan
bagaimana menjadi oragtua yang benar buat anak. Seminar ini dilakukan secara aktif sekali sebulan oleh guru dan orangtua murid. Di dalam
seminar ini orangtua akan mendapat penyuluhan secara langsung dan mendapat pembenahan secara intelektual tentang mengurus anak. Harapan
yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah, orangtua berhasil mendidik anak mereka dengan cara yang benar sekaligus orangtua juga belajar
memiliki karakter yang benar. Sehingga mereka juga mengajarkan hidup kepada anak mereka, tidak hanya sekedar aturan, larangan, ataupun
sebuah keharusan yang sering sekali bersifat otoriter dan sangat menganggu bertumbuhnya jiwa kreatifitas, dan inovatif anak.
Universitas Sumatera Utara
2. Komsel keluarga
Komsel keluarga ini diadakan tepatnya satu kali seminggu, dimana di dalam komsel keluarga ini orangtua murid dibagi dalam beberapa
kelompok kecil. Kelompok kecil ini dipimpin oleh pemimpin rohani, dimana pemimpin rohani itu adalah guru sendiri dan pemimpin rohani
yang disediakan oleh Yayasan peduli karakter bangsa. Di dalam komsel ini orangtua mendapat bimbingan rohani. Mereka diajar untuk terbuka
tentang masalah dan keadaan mereka satu sama lain. Mereka diarahkan dan didoakan dan diajak untuk menguatkan satu sama lain ketika mereka
memiliki masalah. Di dalam komsel ini diselipkan nilai- nilai karakter yang dihubungkan dengan kehidupan sebagai seorang kristen yang harus
mereka mimiliki baik sebagai individu dalam masyarakat maupun sebagai ibu dan ayah untuk anak- anak mereka.
Sama hal- nya dengan anak- anak, untuk pencapaian yang maksimal dari pendidikan karakter yang diterapkan. Pendidikan karakter itu tidak hanya dilakukan
di dunia sekolah saja tetapi juga diluar dunia sekolah. Karena dalam penerapan di dunia sekolah mungkin masih dalam sebuah penjelasan yang abstrak dikarenakan
fokus yang utama adalah pendidikan berbasis kurikulum sementara pendidikan karakter diselipkan dalam setiap kegiatan belajar- mengajar sebagai bentuk
implementasi dari dasar yang harus dimiliki anak sebagai individu yang siap menjadi pemimpin nantinya. Maka untuk mencapai hasil yang maksimal anak- anak
dilibatakan dalam beberapa kegiatan yang dibuat diluar jam sekolah, seperti;
Universitas Sumatera Utara
1. CKC Champion Kids Camp
Kegiatan ini dibuat dalam bentuk yang kreatif dan sangat disukai anak- anak. Biasanya dilakukan sekali tiga bulan dan dilakukan selama dua hari satu
malam atau paling lama tiga hari dua malam. Di dalam camp ini anak- anak dan guru akan pergi berlibur atau refereshing ke tempat wisata. Disana anak-
anak dan guru yang melakukan berbagai macam games permainan yang diciptakan tanpa melupakan benang merah yang ingin disampaikan yaitu
hidup dalam karakter. Setiap jenis permainan yang dimainkan anak mengajarkan bagaimana kesembilan karakter yang ingin diterapkan seperti;
tanggung jawab, empati, sportif, jujur, dan lain- lain. Anak- anak akan menikmati permainan dan secara tidak langsung meraka akan betindak sesuai
kebiasaan mereka dan menunjukkan siapa diri mereka. Setelah games permainan selesai maka para guru yang saat itu berperan sebagai mentor
mengajak anak- anak mengevaluasi permainan dengan mengaitkannya kepada karakter. Sehingga anak- anak mendapat pendidikan karakter dengan cara
yang mereka nikmati, aplikatif, berkesan, dan tidak akan dilupakan seumur hidup mereka. Diselingi dengan kebaktian rohani untuk mendekatkan anak
kepada Tuhan dan memperdalam kehidupan kerohanian mereka. 2.
Pemuridan anak Komsel anak dilakukan satu kali seminggu. Anak- anak dibagi di dalam kelompok-
kelompok kecil. Satu kelompok terdiri dari lima anak dengan satu pembimbing rohani yaitu guru mereka dan orang yang memberi diri terlibat
dalam pembimbingan anak baik secara spritual dan jasmani. Melalui kegiatan
Universitas Sumatera Utara
ini sekolah dapat mengontrol perkembangan kehidupan anak. Karena di dalam kegiatan ini anak – anak akan dibina secara pribadi, anak- anak menemukan
tempat mereka bisa berbagi tentang semua isi hati mereka. Baik itu dari segi harapan, mimpi, kekecewaan, kemarahan, dan semua hal yang melibatkan diri
mereka. Sehingga sekolah dapat melihat bagaimana perkembangan karakter anak, dan apa yang sering sekali menjadi hambatah pertumbuhan mereka
secara rohani. Jika faktor terbesarnya adalah keluarga maka sekolah akan melakukan kunjungan langsung ke rumah mereka atau melakukan konseling
dengan orangtua mereka. 3.
PPA Pusat Pengembangan Anak Dalam pusat pengembangan ini anak akan dibina lebih kepada aspek rohaninya.
Diharapkan anak- anak dapat bertumbuh secara kekristenan. Berdoa, membaca alkitab, dan lain- lain. Di dalam kegiatan ini anak- anak di impartasi
tentang hidup yang benar melalui karakter Kristus. Untuk menerapkan atau mengajarkan tentang karakter anak- anak diarahkan kepada kehidupan Yesus
selama di bumi dan nilai- nilai alkitabiah yang ada. Anak- anak dibagikan ayat- ayat alkitab untuk direnungkan setiap harinya, dan belajar
mempraktekkannya dalam kehidupan mereka sehari- hari. Untuk melihat keberhasilan strategi tersebut dalam kehidupan anak- anak
maupun orangtua, guru- guru dan pembimbing rohani diharuskan melakukan kunjungan secara pribadi kerumah orang- orang yang menjadi tanggung jawab
mereka satu kali dalam satu bulan. Mereka datang dengan nama kunjungan namun sekaligus melakukan observasi lapangan tentang penerapan gaya hidup yang benar
Universitas Sumatera Utara
melalui karakter diantaranya cara sosialisai, etika, tanggung jawab, jujur, dan lain- lain. Untuk hal- hal yang ditemukan belum berhasil di lapangan akan semakin
diperdalam baik dalam bentuk bimbingan rohani, konseling, motivasi, ataupun seminar.
Hal ini diperkuat oleh Ibu Juliani Tarigan Pr 34 thn sebagai orangtua murid yang sudah melihat dampak atau hasil pendidikan karakter yang dilakukan oleh
Yayasan Peduli Karakter Bangsa melalui sekolah Talita Kum berikut ini:
“ saya ini single parents nya bu.... saya ditinggal suami saya sejak sama masih mengandung anak saya ini. Dari dulu saya
luntang- lanting cari makan. Suami saya dulu bilang ke luar kota cari makan tapi sampai sekarang tidak pulang- pulang. Untunglah
saya bertemu dengan guru- guru disini sayapun banyak dibantu dalam pekerjaan, tempat tinggal, bahkan sekolah anak saya. Anak
saya banyak berubahlah bu.. kalo selama ini dia anak yang takut, pendiam , ga percaya diri itu semua karena di gak dapat peran
Bapak selama dia bertumbuh. Tapi sekarang dia mulai percaya diri dan sering bilang kalo semua manusia itu berharga sekalipun dia
berasal dari latar belakang yang buruk. Banyak terbantulah saya bu....saya juga sudah belajarf sabar banyak bersyukur untuk setiap
hidup yang saya jalani. Kalau dulu saya pemarah bahkan marah sama tuhan kenapa semua ini terjadi pada saya. Tapi setelah
mengikuti komsel ibu yang ada dan konseling- konseling rohani
Universitas Sumatera Utara
yang sering dilakukan oleh yayasan ini, saya mulai belajar banyak hal. Memang tidak langsung sempurna bu, tapi saya melihat ada
yang berubah dari diri saya dan anak saya”
Yang kembali diperkuat oleh Bapak Dimaren Hutagaol Lk 50 Tahun berikut ini :
“ kadang saya malu untuk ikut pertemuan- pertemuan yang
dilakukan oleh yayasan ini. Pertama dulu saya rasa ini seperti kurangkerjaan. Tapi berhubung kami ditolong, saya menghargai
untuk datang. Tetapi saya mendapat banyak berkat lewat pelayanan mereka. Sekarang saya dan istri juga anak- anak berdoa bersama.
Saya dan istri juga akur dan tidak sering lagi saling menyalahkan., anak- anak kami juga gampang diatur dan disiplin. Bahkan kadang
sayapun yang belajar dari mereka bu... walau kadang masih ada nakal- nakalmnya dikit, tapi nakal yang bisa dimaklumilah tidak
kayak dulu semua disitu. Makanya dulu sering sekali saya kasari karena saya sudah terbawa emosi”
Sementara untuk hasil yang mungkin sama dapat kita lihat dari penuturan Ibu Rosanna Pandiangan Pr.34 thn berikut ini;
“ kadang- kadang kami orangtua ini malu sendiri dek dibuat anak- anak kami. Kaupun taulah dek namanya rumah tangga suami
dengan istri kadang adanya hal yang diributkan. Ntahlah... masalah uang yang gak cukup atau masalah apalah itu. Seringnya keluar
Universitas Sumatera Utara
dari mulut kakak ke abang membilangkan “memang bodohnya kau cari uangpun ga tau kau”. Datanglah adekmu langsung dibilangnya
“mak gak boleh bilang kata bodoh sama orang lain, itu perkataan sia- sia. Kalo mamak marah jangan sampai keluar kata sia- sia
mak Boleh marah, tapi jangan marah- marah. Kalo marahpun disampaikan dengan kata yang tepat”. Jadi kadang anaknya yang
ajari orang tua jadinya. Lumayanlah dek...... sedikit terbantunya kita lewat perubahan anak kita. Yach... walaupun kadang , masih
adanya bandalnya. Tapi ga sulit lagi diingatkan karena mereka pun uda bisanya buat pilihan yang tepat sesuai apa yang diajarkan
gurunya”
Universitas Sumatera Utara
Ibu Rukia Pr 45 Tahun juga berpendapat :
“walaupun saya bekerja sampingan di sekolah ini, dan saya rajin mengikuti pertemuan- pertemuan yang ada. Guru dan pembimbing
rohani saya masih sering dating ke rumah kami melakukan kunjungan. Jadi kami juga merasa sangat dianggap sebagai
keluarga”
Pernyataan yang sama tentang perubahan yang dirasakan datang dari murid kelas 5 lima yang bernama Berkat Zaluku Lk. 10 thn ;
“aku dulu orangnya bandal, suka melawan orangtua, suka cakap kotor, pemeberontak, susah diatur, pembohong, suka ngejek teman.
Tapi sekarang aku gak mau lagi jadi kawan iblis melakukan hal yang tidak berguna buatku. Aku tidak mau menghabiskan tenagaku
untuk melawan orangtua, berantem dengan teman, mengejek orang lain karena aku gak dapat apa- apa darisana.lebih baik tenagaku
kusimpan untuk belajar, mengasihi teman- temanku. Akupun jadi anak yang disayang orang banyak dan tuhan”
Universitas Sumatera Utara
Yang dipertegas kembali oleh Yohanes Sihol Lk 10 tahun :
“aku dulu orangnya bandal, susah diatur, keras kepala. Tapi sekarang aku udah mulai banyak berubah karena kata ibu guru
untuk apa aku tetap bandal dank eras kepala? Ntidak berguna dan sia- sia jadi kita harus keluar dari sifat yang kayak gitu”
Dari data diatas dapat dikaji bahwa Ibu Sora mencoba menyelamatkan anak dengan melkuakan pembinaan secara langsung kepada orangtua dan kontrol yang
efektif terhadap perekembangannya dalam kehidupan sehari- hari. Sehingga tahap play stage dan game stage yang harus dilalui anak berjalan dengan seimbang.
Akhirnya anak dapat menemukan apa yang harus menjadi panutannya dalam menjalankan perannya sebagai individu dalam masyarakat. Dimana menurut teori
Mead, tahap ketiga generalized other dapat terwujud dengan baik. Karena jika itu tidak terpenuhi maka kegagalan melahirkan generasi yang
dapat menentukan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara dapat terjadi. Karena keadaan bangsa saat ini, sangat membutuhkan warga negara yang baik caring
citizenry dengan karakter moral yang baik pula. Dan seseorang tidak secara otomatis memiliki karakter moral yang baik, sehingga perlu dipikirkan upaya untuk mendidik
karakter secara efektif. Agar sistem pendidikan moral tidak lagi memikirkan tentang nilai-nilai siapa yang akan diajarkan pada siswa di sekolah, akan tetapi perlu
dipikirkan nilai-nilai apa yang akan diajarkan pada siswa. Dimana dalam hal ini ditekankan bahwa agama-agama besar di Indonesia telah memiliki kesamaan dalam
Universitas Sumatera Utara
hal pendidikan karakter dan mempunyai nilai-nilai luhur yang dapat ditemukan dalam masing-masing ajaran agamanya.
Di Indonesia, dimana agama di ajarkan di sekolah-sekolah negeri, kelihatannya pendidikan moral masih belum berhasil dilihat dari parameter kejahatan
dan demoralisasi masyarakat yang tampak meningkat pada periode ini. Dilihat dari esensinya seperti yang terlihat dari kurikulum pendidikan agama tampaknya agama
lebih mengajarkan pada dasar-dasar agama, sementara akhlak atau kandungan nilai- nilai kebaikan belum sepenuhnya disampaikan. Dilihat dari metode pendidikan pun
tampaknya terrjadi kelemahan karena metode pendidikan yang disampaikan dikonsentrasikan atau terpusat pada pendekatan otak kirikognitif, yaitu hanya
mewajibkan siswa didik untuk mengetahui dan menghafal memorization konsep dan kebenaran tanpa menyentuh perasaan, emosi, dan nuraninya. Selain itu tidak
dilakukan praktek perilaku dan penerapan nilai kebaikan dan akhlak mulia dalam kehidupan di sekolah. Ini merupakan kesalahan metodologis yang mendasar dalam
pengajaran moral bagi manusia. Karena itu tidaklah aneh jika dijumpai banyak sekali inkonsistensi antara apa yang diajarkan di sekolah dan apa yang diterapkan anak di
luar sekolah. Dengan demikian peran orangtua dalam pendidikan agama untuk membentuk karakter anak menjadi amat mutlak, karena melalui orangtua pulalah
anak memperoleh kesinambungan nilai-nilai kebaikan yang telah ia ketahui di sekolah. Tanpa keterlibatan orangtua dan keluarga maka sebaik apapun nilai-nilai
yang diajarkan di sekolah akan menjadi sia-sia, sebab pendidikan karakter harus mengandung unsur afeksi, perasaan, sentuhan nurani, dan prakteknya sekaligus dalam
bentuk amalan kehidupan sehari-hari.
Universitas Sumatera Utara
Dan dalam pengimplementasiannya, pendidikan karakter di sekolah bisa dilakukan melalui dua jalur, yaitu terintegrasikan dalam mata pelajaran
intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Di jalur intrakurikuler, pendidikan karakter bisa dilakukan dengan menciptakan pembiasaan-pembiasaaan yang positif pada anak,
yaitu dengan membuat routine and procedure yang disepakati oleh kedua pihak, yaitu guru dan siswa. Tetapi di dunia pendidikan, siswa diposisikan sebagai subyek belajar
yang selalu dihargai pendapatnya. Dengan mewajibkan setiap siswa untuk mengikuti salah satu kegiatan
ekstrakurikuler yang diminati, maka penanaman nilai-nilai disiplin, tanggung jawab, empati, jujur, sportif, kemandirian, kegotongroyongan, menghargai perbedaan dan
rasa solidaritas dapat terpatri lebih kuat. Oleh sebab itu, pendidikan karakter yang mengedepankan nilai-nilai kepatuhan, ketaatan dan kedisiplinan tanpa mengabaikan
aspek kreativitas menjadi solusi yang mujarab untuk mengatasi kebobrokan mental generasi bangsa. Inilah yang dilakukan oleh Ibu Sora dan team untuk menyukseskan
pendidikan karakter bagi anak- anak yang sedang dibinanya bersama tim melalui Yayasan kristen Talita Kum.
5.10 Relevansi Pendidikan Among dalam Pendidikan Karakter