yang diselingkan di dalam setiap pelajaran. Ibu sora mengatakan bahwa bangsa kita tidak kekurangan orang pintar tetapi orang berkarakter. Sudah
banyak orang pintar di Indonesia tetapi mereka menggunakan kepintaran mereka untuk kepentingan diri mereka sendiri, bahkan sampai merugikan
banyak orang. Oleh karena itu Ibu sora berpikir bahwa sangat perlu untuk mengajarkan anak tentang karakter sejak mereka kecil, agar mereka mengerti.
Apalagi anak-anak pra-sejahtera ini berasal dari keluarga yang memang tidak banyak mengajarkan tentang nilai-nilai dan aturan. Sehingga mereka menjadi
anak-anak yang kasar, liar, dan tidak ada aturan. Padahal setiap mereka jika dibina dengan baik dan digali potensinya, mereka memiliki kemampuan dan
potensi yang sama dengan anak-anak yang ada diluar mereka.
2. Ibu Hotmaida Sinaga Sekretaris koordinator Guru Talita Kum
Ibu Hotmaida adalah sekretaris, merangkap juga sebagai koordinator dan guru di sekolah Talita Kum. Ibu Hotmaida Sinaga berusia 31 tahun
belum menikah beragama Kristen Protestan dan berasal dari suku Batak, tinggal di jalan Pembangunan Gg. Rukun No.23. Latar belakang pendidikan
Ibu Hotmaida sebagai D-3 Diploma 3 Farmasi Sari Mutiara, dan sekarang sedang menyelesaikan Strata satu S-1 di Universitas Prima Indonesia. Ibu
Hotmaida melakukan pelayanan masyarakat bersama Talita Kum sejak dia masih duduk di bangku kuliah. Sejak awal pelayanan masyarakat dirintis Ibu
Hotmaida sudah terlibat, kurang lebih 12 tahun. Ibu Hotmaida tertarik untuk melakukan pelayanan masyarakat
dikarenakan beban hati untuk anak- anak yang kurang mampu, dan Ibu
Universitas Sumatera Utara
Hotmaida juga sangat ingin mengaplikasikan ilmunya untuk membantu masyarakat pinggiran dalam aspek kesehatan. Ibu Hotmaida mengatakan
bahwa kehidupan masyarakat sangat memprihatinkan dan sangat perlu kita perhatikan. Mereka membutuhkan uluran tangan yang nyata untuk menolong
mereka keluar dari kemiskinan, dan jalan satu- satunya adalah pendidikan lewat anak- anak mereka. Kami melakukan pelayanan fokus di bidang
pendidikan terutama dari anak- anak, dikarenakan anak- anak adalah generasi penerus nantinya dan kami ingin anak- anak yang berasal dari masyarakat
pinggiran juga berpikir bahwa mereka sama dengan anak- anak yang lain. Mereka memiliki peluang dan kesempatan yang sama, jika mereka mau diajar
dan di didik terutama masalah karakter.
3. Ibu Tince Natalia Kepala Sekolah SD
Ibu Tince Natalia adalah Kepala Sekolah untuk SD Talitakum sekaligus merangkap sebagai staf pengajar . Ibu Tince Natalia yang berusia
27 tahun belum menikah beragama Kristen dan berasal dari suku Jawa bertempat tnggal di Jl.Matahari Raya No.74. Ibu tince mengawali karirnya
sebagai seorang pengajar sejak SD Talitakum mulai didirikan. Adapun hal yang membuat Ibu Tince tertarik menjadi pendidik bagi anak pra-sejahtera,
adalah dikarenakan latar belakang pendidikannya sebagai Starata-1 dibidang Olahraga Universitas Medan. Selain itu kesukaan Ibu tince kepada anak-anak
juga menjadi alasan buatnya untuk menjadi pendidik bagi anak pra-sejahtera. Visi dan Misi yang dimiliki oleh Ibu Tince secara Pribadi yaitu, ingin
menjadikan anak-anak yang tidak mampu mengecap dunia pendidikan dan
Universitas Sumatera Utara
diperdulikan supaya bisa berguna bagi diri mereka sendiri dan orang tua mereka.
Walaupun awal menjadi seorang pendidik Ibu Tince merasa kesulitan, dikarenakan anak-anak pra-sejahtera atau anak-anak pinggiran ini sangat
berbeda dengan anak-anak yang berasal dari keluarga yang hidup dalam lingkungan yang baik. Anak-anak pinggiran sangat jorok dan itu sering sekali
menimbulkan rasa jijik pada Ibu Tince. Selain itu sikap dan karakter anak- anak yang berasal dari keluarga yang tidak mampu ini sangat susah diatur, dan
kasar. Ditambah lagi respon atau kerjasama dari orangtua yang sama sekali tidak ada dengan pihak sekolah, membuat Ibu Tince sangat kesulitan dalam
menangani sikap atau karakter para anak didiknya. Tetapi dikarenakan Visi dan Misi yang dimiliki oleh Ibu Tince secara
Pribadi yaitu, ingin menjadikan anak-anak yang tidak mampu mengecap dunia pendidikan dan diperdulikan supaya bisa berguna bagi diri mereka sendiri dan
orang tua mereka, membuat Ibu Tince semangat dalam mndidik anak-anak pra-sejahtera ini. Selain itu Ibu Tince juga ingin membuktikan kepada
masyarakat luas. Bahwa tidak selamanya anak-anak yang berasal dari masyarakat kumuh itu bodoh atau tidak memiliki potensi. Mereka sama
dengan anak-anak lain yang ada diluar lingkungan mereka saja, hanya saja kesempatan saja yang berbeda. Untuk mengatasi kesulitan tersebut Ibu Tince
mencoba melakukan beberapa usaha untuk mengatasinya. Dan sejauh ini sudah ada sedikit hasil yang sudah dilihat oleh Ibu
Tince dari para anak didiknya seperti; anak-anak didiknya mulai memiliki
Universitas Sumatera Utara
karakter yang benar tidak lagi berkata sia-sia atau bahasa kotor , anak-anak didiknya juga sudah lebiih tau tentang kebersihan , intelektual semakin maju,
lebih mandiri, dan secara spiritual juga terbangun. Dari anak didiknya juga sudah terlihat rasa percaya diri, satu sama lain saling terbuka dan saling
berbagi lewat wadah interaksi kelompok yang dibuat oleh Ibu Tince.
4. Ibu Erni Hutajulu Kepala Sekolah TK dan Guru Bahasa Indonesia