keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang di lingkungan tinggal keluarga agar memperoleh bantuan.
3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
Sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika
demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.
Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan memiliki tindakan untuk pertolongan pertama.
4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga.
2.6. Gangguan Jiwa
2.6.1. Definisi Gangguan Jiwa
Dalam International Classification of Disease ICD dan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders DSM digunakan istilah “mental disorder”
yang diterjemahkan menjadi gangguan jiwa. DSM-IV merumuskan gangguan mental sebagai sindroma atau pola perilaku atau psikologis yang terjadi pada individu.
Kaplan dan Sadock 1994 menyatakan gangguan mental berarti penyimpangan dari keadaan ideal dari suatu kesehatan mental merupakan indikasi adanya gangguan
mental Notosoedirdjo, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan tersebut
dibagi ke dalam 2 golongan yaitu gangguan jiwa Neurosa dan sakit jiwa Psikosa Yosep, 2007.
2.6.2. Etiologi Gangguan Jiwa
Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh faktor-faktor yang saling mempengaruhi Yosep, 2007, yaitu :
1. Faktor-faktor somatik somatogenik atau organobiologis. Mencakup neuroanatomi, neurofisiologi, neurokimia, tingkat kematangan dan
perkembangan organik, dan faktor-faktor pre dan peri-natal. 2. Faktor-faktor psikologik psikogenik atau psikoedukatif.
Dapat berupa interaksi ibu-anak, peranan ayah, persaingan antar saudara kandung, intelegensi, hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan
masyarakat. Faktor psikologik lainnya adalah kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau rasa salah, konsep diri, keterampilan, bakat dan
kreativitas dan tingkat perkembangan emosi. 3. Faktor-faktor sosio-budaya sosiogenik atau sosiokultural.
Faktor-faktor sosio-budaya yang dapat menyebabkan gangguan jiwa yaitu kestabilan keluarga, pola mengasuh anak, tingkat ekonomi, dan lokasi perumahan
perkotaan lawan pedesaan. Menurut Singgih dalam Yosep, 2007, penyebab gangguan mental dapat
disebabkan oleh beberapa hal yaitu 1 prasangka orangtua yang menetap, penolakan
Universitas Sumatera Utara
atau shock yang dialami pada masa anak, 2 ketidaksanggupan memuaskan keinginan dasar dalam pengertian kelakuan yang dapat diterima umum, 3 kelelahan
yang luar biasa, kecemasan, anxietas, kejemuan, 4 masa-masa perubahan fisiologis yang hebat, pubertas dan menopause, 5 tekanan-tekanan yang timbul karena
keadaan ekonomi, politik, dan sosial yang terganggu, 6 keadaan iklim yang mempengaruhi exhaustion dan toxema, 7 penyakit kronis, misal AIDS, 8 trauma
kepala dan vertebra, 9 kontaminasi zat toksik dan 10 shock emosional yang hebat.
2.6.3. Klasifikasi Gangguan Jiwa