Klasifikasi Gangguan Jiwa Kriteria Penentuan Gangguan Jiwa.

atau shock yang dialami pada masa anak, 2 ketidaksanggupan memuaskan keinginan dasar dalam pengertian kelakuan yang dapat diterima umum, 3 kelelahan yang luar biasa, kecemasan, anxietas, kejemuan, 4 masa-masa perubahan fisiologis yang hebat, pubertas dan menopause, 5 tekanan-tekanan yang timbul karena keadaan ekonomi, politik, dan sosial yang terganggu, 6 keadaan iklim yang mempengaruhi exhaustion dan toxema, 7 penyakit kronis, misal AIDS, 8 trauma kepala dan vertebra, 9 kontaminasi zat toksik dan 10 shock emosional yang hebat.

2.6.3. Klasifikasi Gangguan Jiwa

Klasifikasi gangguan jiwa menurut PPDGJ-III Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia, edisi ke III tahun 1993 adalah sebagai berikut : I. Gangguan mental organik dan simtomatik. Ciri khas : etiologi organikfisik jelas, primersekunder. II. Skizofrenia, gangguan Skizotipal, dan gangguan Waham. Ciri khas : gejala psikotik, etiologi organik tidak jelas. III. Gangguan suasana perasaan MoodAfektif. Ciri khas : gejala gangguan afek psikotik dan non-psikotik. IV. Gangguan Neurotik, gangguan Somatoform, dan gangguan stres. Ciri khas : gejala non-psikotik, etiologi non organik. V. Sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik. Ciri khas : gejala disfungsi fisiologis, etiologi non-organik. Universitas Sumatera Utara VI. Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa. Ciri khas : gejala perilaku, etiologi non-organik. VII. Retardasi mental. Ciri khas : gejala perkembangan IQ, onset masa kanak. VIII. Gangguan perkembangan psikologis. Ciri khas : gejala perkembangan khusus, onset masa kanak. IX. Gangguan perilaku dan emosional dengan onset masa kanak dan remaja. Ciri khas : gejala perilakuemosional, onset masa kanak. X. Kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis. Ciri khas : tidak tergolong gangguan jiwa.

2.6.4. Kriteria Penentuan Gangguan Jiwa.

Menurut Notosoedirdjo 2007 yang mengutip pendapat Scott 1961 mengelompokkan 6 macam kriteria untuk menentukan seseorang mengalami gangguan jiwa yaitu : 1. Memperoleh pengobatan psikiatris Pengertian ini lebih menekankan pada pasien-pasien yang memperoleh perawatan di Rumah Sakit. Orang-orang yang tidak mendapatkan perawatan di Rumah Sakit tidak dianggap sebagai orang yang mengalami gangguan jiwa. 2. Salah penyesuaian sebagai gejala sakit jiwa Penyesuaian seseorang berkaitan dengan kesesuaian seseorang dengan norma- norma sosial atau kelompok tertentu. Perilaku seseorang dapat sesuai atau tidak sesuai dengan norma masyarakat atau kelompok. Jika perilakunya sesuai dengan Universitas Sumatera Utara norma masyarakatnya berarti dia dapat melakukan penyesuaian sosial, tetapi jika perilakunya bertentangan dengan nama kelompok atau masyarakatnya maka dia tidak dapat melakukan penyesuaian sosial. 3. Diagnosis sebagai kriteria sakit jiwa. Diagnosis dilakukan berdasarkan kriteria yang ditetapkan terlebih dahulu oleh pihak yang melakukan diagnosis. 4. Sakit jiwa menurut pengertian subjektif. Sehat dan sakit dapat diketahui melalui pemahaman atau pengakuan subjektif. Dalam hal ini sakit jiwa sebagai suatu pengalaman subjektif bagi seseorang. Jika seseorang merasa mengalami gangguan, maka dia sebenarnya tidak sehat jiwanya, tetapi jika tidak merasa mengalami gangguan maka dia dinyatakan sehat. 5. Sakit jiwa jika terdapat simptom psikologis secara objektif. Pada setiap gangguan jiwa terdapat simptom-simptom atau gejala psikologis tertentu. Gejala-gejala itu berdasarkan kriteria yang ditetapkan, jika terdapat pada seseorang maka dijadikan sebagai indikasi adanya gangguan jiwa padanya. Misalnya, gangguan kepribadian antisosial ditandai oleh gejala-gejala pelanggaran kepada peraturan atau norma sosial, gangguan kecemasan juga memiliki ciri-ciri tertentu. 6. Kegagalan adaptasi secara positif. Seseorang yang gagal dalam adaptasi secara positif dikatakan mengalami gangguan jiwa. Universitas Sumatera Utara

2.6.5. Terapi dan Rehabilitasi