Efektifitas Organisasi Badan Layanan Umum Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan

(1)

EFEKTIFITAS ORGANISASI BADAN LAYANAN UMUM

RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI SUMATERA

UTARA DALAM PENYELENGGARAAN

PELAYANAN KESEHATAN

TESIS

Oleh

NOVITA SARI SIREGAR

097024050/SP

  

 

 

 

 

 

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

EFEKTIFITAS ORGANISASI BADAN LAYANAN UMUM

RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI SUMATERA

UTARA DALAM PENYELENGGARAAN

PELAYANAN KESEHATAN

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Pembangunan (MSP)

dalam Program Studi Pembangunan pada

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

 

Oleh

NOVITA SARI SIREGAR

097024050/SP

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Tesis

: EFEKTIFITAS ORGANISASI BADAN LAYANAN

UMUM RUMAH SAKIT JIWA DAERAH

PROVINSI SUMATERA UTARA DALAM

PENYELENGGARAAN PELAYANAN

KESEHATAN

Nama Mahasiswa

: Novita Sari Siregar

Nomor Pokok

: 097024050

Program Studi

: Studi Pembangunan

Menyetujui

Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA) (Drs. Agus Suriadi, M.Si)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi

Dekan

(Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A)

(Prof. Dr. Badaruddin, M.Si)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal 26 Mei 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua

:

Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA

Anggota

:

1. Drs. Agus Suriadi, M.Si

2. Dr. R. Hamdani Harahap, M.Si

3. Drs. Kariono, M.Si


(5)

PERNYATAAN

EFEKTIFITAS ORGANISASI BADAN LAYANAN UMUM RUMAH SAKIT

JIWA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA DALAM

PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan

sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Mei 2011

Penulis,


(6)

ABSTRAK

 

Baik buruknya suatu pelayanan publik tidak terlepas dari efektifitas   organisasi 

penyedia pelayanan tersebut. Tinggi rendahnya mutu pelayanan publik mencerminkan 

tinggi  rendahnya  penghormatan  pemerintah  kepada  masyarakat  sebagai  sumber 

kedaulatan negara. Berdasarkan hal tersebut organisasi penyelenggara pelayanan harus 

mampu melaksanakan peningkatan kualitas pelayanan publik yang berorientasi kepada 

kemudahan masyarakat mengakses produk pelayanan dan berujung pada kepuasan publik.   Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara    sebagai badan publik yang memberikan 

pelayanan kesehatan kepada masyarakat dihadapkan kepada tuntutan yang serupa yaitu 

perlunya peningkatan kualitas layanan yang berorientasi kepada kepuasan masyarakat.  

Berdasarkan fenomena di atas, maka  penulis sangat tertarik untuk mencoba meneliti dan 

mendeskripsikan  tentang  fenomena  tersebut  di  atas  melalui  sebuah  penelitian  yang 

berjudul   “Efektifitas Organisasi Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Dalam 

Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan. 

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskripif dengan sampel penelitian terdiri dari petugas RSJ dan keluarga pasien

dengan mengkaji efektifitas organisasi Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera

Utara dari 2 hal penting yaitu faktor internal yang meliputi menetapkan prioritas

masalah, kenyamanan rumah sakit jiwa, ketertiban dan kedisiplinan pegawai,

kemampuan pegawai menangani klien, pengenalan masalah klien dan keluarganya,

kepuasan kerja. Sementara dari faktor eksternal dapat dilihat dari tanggapan

masyarakat (keluarga pasien) yang berada di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi

Sumatera Utara mengenai pelayanan yang diberikan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa penetapan prioritas

masalah di rumah sakit jiwa daerah provinsi Sumatera Utara sudah cukup baik,

sarana dan prasarana kurang baik, ketertiban dan kedisiplinan pegawai sudah cukup

baik, kemampuan teknis, skill pengenalan dan penanganan masalah para pegawai

rumah sakit jiwa terhadap pasien sudah cukup memadai baik ditinjau dari segi latar

belakang pendidikan, dan juga dari intensitas pendidikan dan pelatihan yang mereka

ikuti, kepuasan kerja para pegawai rumah sakit jiwa daerah Provinsi Sumatera Utara

sudah cukup memadai dan secara umum berdasarkan pandangan dan pendapat

masyarakat (keluarga pasien) yang berada di rumah sakit jiwa daerah Provinsi

Sumatera Utara sudah cukup berhasil mengoptimalkan penyelenggaraan pelayanan

publik yang baik dan berorientasi kepada kepuasan masyarakat/pelanggan.

Kata Kunci: Efektifitas, RSJ, Pelayanan, Kesehatan jiwa   


(7)

ABSTRACT 

   

      The pros and cons of a public service can not be separated from the service provider's  organizational effectiveness. High quality public services reflects the low level of respect for  the government to the community as a source of national sovereignty. Based on the service  provider organization must be able to implement improved quality of public services  oriented to ease public access to products and services led to public satisfaction. Regional  Mental Hospital of North Sumatra province as a public entity that provides health services to  communities faced with similar demands is the need to increase the quality of services  oriented to the satisfaction of the public. Based on the above phenomenon, the authors are  very interested in trying to examine and describe the phenomena mentioned above through  a study titled "Effectiveness Organization Regional Mental Hospital of North Sumatra  Province, the Organization of Health Services.  

       The research method used in this research is method deskripif with research sample  consisted of hospital staff and families of patients with reviewing the effectiveness of the  Regional Mental Hospital organization in North Sumatra Province from 2 important internal  factor problems that includes setting priorities, comfort mental hospital, order and employee  discipline, the ability of employees to handle clients, the introduction of client and family  problems, job satisfaction. While the external factors can be seen from the response of  society (families of patients) in the Mental Hospital of North Sumatra Province of services  provided.  

      Based on the results of this research is that the prioritization of issues in mental  hospitals of the province of North Sumatra is quite good, facilities and infrastructure is not  good, order and discipline of employees is quite good, technical ability, skill recognition and  handling  of  the mental  hospital  staff towards patients is  sufficient both  in  terms  of  educational background, and also from the intensity of education and training that they  follow, work satisfaction of psychiatric hospital employees in North Sumatra Province area is  sufficient and generally based on the views and opinions of society (families of patients) who  are at the local mental hospital in North Sumatra Province are quite successful in optimizing  the implementation of good public services and oriented to the satisfaction of the public /  customers.  

 

Keywords: Effectiveness, Mental Hospital, Service, mental health   


(8)

KATA PENGANTAR 

 

Segala kemuliaan bagi Allah SWT yang telah mengaruniakan nikmat dan hidayah 

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini sebagai salah satu  persyaratan guna menyelesaikan pendidikan pada Sekolah Pascasarjana. 

  Penulisan tesis ini terselesaikan pada waktunya berkat adanya bimbingan, dorongan 

dan dukungan baik moral maupun material dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan 

penuh rasa hormat penulis menghaturkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi‐

tingginya kepada : 

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. DR. dr. Syahril Pasaribu, DTM &H, 

M.Sc (CTM), Sp.A(K). 

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, MSi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 

Universitas Sumatera Utara.  

3. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA, selaku Pembimbing I dan Ketua   Program 

Studi Magister Studi Pembangunan  Universitas Sumatera Utara. 

4. Bapak Dr. R. Hamdani Harahap, M.Si selaku Penguji dan sekretaris Program Studi 

Magister Studi Pembangunan Universitas Sumatera Utara. 

5. Bapak Drs. Agus Suriadi. M.Si, selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu 

dalam  memberikan  sumbangan  pemikiran,  gagasan  serta  koreksi  dalam 

penyususunan tesisi ini. 

6. Bapak Drs. Kariono, M.Si, selaku dosen dan penguji II, yang telah memberikan 

sumbangan pemikiran, gagasan, serta koreksi dalam penyusunan tesis ini. 

7. Bapak Prof. Subhilhar, Ph.D selaku Penguji Tamu atas koreksinya terima kasih. 

8. H. Bustaman Siregar, Papa tercinta yang senantiasa memberi dukungan, semangat 

dan motivasi agar terus melanjutkan  pendidikan  ke  jenjang yang  lebih tinggi 


(9)

9. Hj. Rosliani Harahap, Mama tercinta yang telah memberikan cinta, kasih sayang dan 

perhatiannya yang besar, doa nasehat, serta dorongan yang diberikan sehingga 

penulis dapat menyelesaikan studi pada Program Studi Pembangunan. 

10. Rekan‐rekan satu angkatan yang telah memberi dorongan dan dukungan untuk 

pengertian perhatian selama masa studi hingga selesai. 

11. Khairul Zen  Rambe, SE  suaami tercinta yang  telah  begitu  banyak  membantu 

memberikan semangat dan dorongan kepada penulis untuk segera menyelesaikan 

tesisnya.  Dengan  keiklasan  doa  dan  kasih sayang inilah penulis  dapat segera 

menyelesaikan tesis ini. 

12. Segenap  civitas  akademika,  terutama  dosen  dan  staff  sekretariat  Sekolah 

Pascasarjana  Studi  Pembangunan  Universitas  Sumatera  Utara  yang  telah 

memberikan pelayanan akademik dan administratif guna kelancaran studi ini. 

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih terdapat kekurangan dan 

ketidaksempurnaan  mengingat  keterbatasan  penulis,  oleh  karena  itu  penulis  terbuka 

menerima kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan selanjutnya. Akhirnya 

penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi penulis secara khusus 

dan bagi pembaca secara umum.   

   

            Medan,      Mei  2011 

 

 

   

 

 

 

 

 

       Penulis 


(10)

RIWAYAT HIDUP   

 

Nama        : Novita Sari Siregar  

NIM        :  097024050 

Temapat/Tanggal Lahir :  Medan, 15 November 1974  Alamat        :  Taman Harjosari Indah          Jl. Garu 3 SM. Raja  Status Perkawinan    :  Kawin  Nama Suami      :  Khairul Zen Rambe, SE         Anak : 1. M. Rofi B. Zenita Rambe         2. M. Rojih Zenita Rambe         3. Khairindu Raudhah Zenita Rambe   Nama Orang Tua    :  H. Bustaman Siregar  Pekerjaan/Instansi    :  PNS   Pendidikan      :  1. SD Negeri Medan       (1987) 

           2. SMP Negeri Medan       (1990) 

           3. SMA  Negeri Medan       (1993) 

           4. Univ. Panca Budi Medan       (2000)             5. Mahasiswa Program S‐2 MSP  


(11)

       FISIP Universitas Sumatera Utara (2011)   

Riwayat Pekerjaan       :   1994‐1998 Staf Dinas Pendapatan Kota P. Siantar     

       1998‐2006 Staf pada Biro Perlengkapan Setdaprovsu 

       2006‐sekarang  Auditor  Ahli  Pertama  pada  Inspektorat        Provinsi Sumatera Utara  

                             


(12)

DAFTAR ISI

 

       Hal 

ABSTRAK……….         i 

ABSTRACT………...      ii 

KATA PENGANTAR………..         iii 

RIWAYAT HIDUP………..      v 

DAFTAR ISI……….         vi 

DAFTAR TABEL……….         ix 

DAFTAR LAMPIRAN………        xiii 

  BAB I 

PENDAHULUAN

………

      1.1. Latar Belakang  ………  1 

        1.2. Perumusan Masalah ……….  5 

        1.3. Tujuan Penelitian ……….  5 

        1.4. Manfaat Penelitian ………  6 

  BAB II  TINJAUAN PUSTAKA ………. 


(13)

       

2.1. Efektifitas Organisasi...………

   

  2.2. Pandangan Faktor‐faktor Penyumbang Efektifitas ...  9 

     

  2.3. Pengertian Efektifitas Kerja………  18 

     

  2.4. Nilai‐nilai dalam Efektifitas Kerja...  22 

     

  2.5. Faktor‐ faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Kerja...  27 

     

  2.6. Hambatan‐hambatan Terhadap Efektifitas Kerja...  31 

     

  2.7. Perspektif  Pelayanan Publik………...  35 

     

  2.8. Kualitas Pelayanan………..  41 

     

  2.9. Pengertian Pegawai Negeri Sipil……….  43 

     

BAB III  METODOLOGI PENELITIAN ………  44 


(14)

  3.1  Jenis Penelitian ...  44 

     

  3.2. Definisi  Konsep ...  45 

     

  3.3. Lokasi Penelitian ...  46 

     

  3.4. Populasi dan Sampel ………..  46 

     

    3.5. Teknik Pengumpulan Data ………  47 

   

    3.6. Teknik Analisis Data   ...  49   

BAB IV  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………....  50 

     

  4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………...  50 

     

  4.1.1. Sejarah Singkat Rumah Sakit Jiwa Darah Provinsi Sumatera 

Utara... 

  52 

     

  4.1.2.  Arah Pengembangan Rumah Sakit...  53 

     

  4.1.3.   Visi, Misi, Motto, Tujuan, Kedudukan, Tugas Pokok dan 

Fungsi RSJ... 

  55 


(15)

     

  4.1.4.  Profil...  58 

     

  4.1.5. Manajemen dan Kepegawaian Rumah Sakit Jiwa Daerah 

Provinsi Sumatera Utara... 

  59 

     

  4.2. Hasil Penelitian Melalui Instrumen Kuesioner Penelitian………  108 

     

  4.2.1.  Hasil  Penelitian  Melalui  Instrumen  Kuesioner 

Penelitian………. 

  108 

     

  4.3. Hasil Penelitian Persepsi Keluarga Pasien Tentang Efektifitas RSJ 

dalam Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan ... 

  133 

     

  4.4. Tabel Silang Pegawai Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi     Sumatera 

Utara  (Penyilangan  antara  Jenis  Kelamin  dengan  Tingkat 

Pendidikan)………... 

    166 

  4.5. Tabel Silang Keluarga Responden (Penyilangan antara Jenis Kelamin 

dengan Tingkat Pendidikan)……… 

  167 

     

  4.6. Analisis  Efektifitas  Pelayanan Rumah  Sakit Jiwa Daerah Provinsi 

Sumatera Utara………. 

  169   


(16)

BAB V 

PENUTUP

………

 

171 

 

5.1.

 

Kesimpulan……….

 

171 

 

5.2.

 

Saran………...

 

172 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA……….     173   

                             


(17)

DAFTAR TABEL   

 

Nomor       Judul      Halaman   

1.  Faktor‐faktor Penyumbang Efektifitas Organisasi……….  11 

     

2.  Status Kepegawaian dan Jenis Pendidikan……….  93 

     

3.  Jumlah Pasien Rawat Inap RS. Jiwa Daerah  Provsu Tahun 2010……….  94 

     

4.  Pelayanan Resep RS. Jiwa Daerah  Provsu. Tahun 2010………...  95 

     

5.  Indikator Pasien RS. Jiwa Daerah  Provsu. Tahun 2004‐2010………….  96 

     

6. 

Berdasarkan Daerah/Suku………

97 

   

7. 

Kinerja Pelayanan Instalasi Farmasi………..

99 

   

8. 

Kinerja Pelayanan Instalasi Laboratorium……….

100 

   

9. 

Kinerja Pelayanan Instalasi Gizi………

100 


(18)

10. 

Kinerja Pelayanan Instalasi Radiologi………...

101 

   

11. 

Kinerja Pelayanan Instalasi Pengolahan Air Limbah……….

101 

   

12. 

Jumlah Pemakaian Listrik……….

101 

   

13. 

Kinerja Pelayanan Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit Laporan

Pelayanan Instalasi IPSRS RSJD Propinsi Sumatera Utara

102 

   

14. 

Realisasi Pendapatan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera

Utara terhitung mulai bulan Januari s/d Desember 2009...

  103 

   

15. 

Sarana, Prasarana dan Peralatan……….

104 

   

16. 

Jenis Kelamin Responden Pegawai RSJ………

109 

   

17. 

Pendidikan Responden Pegawai RSJ……….

110 

   

18. 

Usia Responden Pegawai RSJ Provsu………

111 

   

19. 

Pesepsi Responden Tentang Perubahan Statuta Rumah sakit Menjadi

Badan Hukum Layanan Umum……….

  112 

   


(19)

     

21.  Tanggapan  Tentang  Kemampuan Teknis Petugas  RSJ dalam Memberikan 

Pelayanan………. 

  114 

     

22.  Tanggapan  Tentang  Sumber  Daya  yang  ada  untuk  Kelancaran  Tugas 

RSJ………. 

  115 

     

23.  Tanggapan Tentang Kegiatan yang Dilakukan RSJ dalam Meningkatkan Mutu 

Sumber Daya Petugas……….. 

  116 

     

24.  Tanggapan  Tentang  Kemampuan  para  Petugas  RSJ  dalam  Pengenalan 

Masalah……… 

  117 

     

25.  Tanggapan  Tentang  Kemampuan  para  petugas  RSJ  dalam  Menangani 

Masalah……… 

  118 

     

26.  Tanggapan  Tentang  Kemampuan  para  Petugas  RSJ  dalam  Menetapkan 

Prioritas Penanganan Masalah……….    119        27.  Tanggapan Tentang Kemampuan para Petugas RSJ dalam Hal Tanggung Jawab  atas Tindakan yang Dilakukan………    120       


(20)

Teknis Penanganan Pasien………  121 

     

29.  Tanggapan Tentang Kemampuan Petugas RSJ Menumbuhkan Inovasi dan 

Motivasi untuk Mengoptimalkan Kinerja………. 

  122 

     

30.  Tanggapan Tentang Sarana dan Prasarana di RSJ………..  123 

     

31.  Tanggapan Tentang Sikap Petugas dalam Melayani Pasien……….. 

 

124 

32.  Tanggapan Tentang Tingkat Ketertiban para Petugas RSJ……….  125 

     

33.  Tanggapan Tentang tingkat kedisiplinan para petugas RSJ………  126 

     

34.  Tanggapan  Tentang  Kemampuan  Menyelesaikan  Waktu  Pelayanan  yang 

Diberikan……….. 

  127 

     

35.  Ketanggapan  terhadap  Permasalahan  yang  Dihadapi  Klien  dan 

Keluarganya……….. 

  128 

     

36.  Tanggapan  Tentang  Kemampuan  Menjalankan  Pekerjaannya  secara 

Profesional……… 

  129 

     


(21)

130 

     

38.  Tanggapan Tentang Tingkat Kenyamanan di dalam RSJ………  131 

     

39.   Tingkat Kepuasan terhadap Layanan Kesehatan yang Diberikan RSJ……  132 

     

40.  Jenis Kelamin Responden Keluarga Pasien……….  133 

     

41.  Pendidikan Keluarga Pasien………  134 

     

42.  Usia Responden Keluarga Pasien………  135 

     

43.  Pandangan Responden Tentang Perubahan Statuta Rumah Sakit Menjadi 

Badan Hukum Layanan Umum……… 

  136 

     

44.  Tanggapan Keluarga Pasien Tentang Kemampuan para Petugas RSJ……  137 

     

45.  Tanggapan Keluarga Pasien Tentang Kemampuan Teknis Petugas RSJ dalam 

Memberikan Pelayanan………. 

  139 

     

46.  Tanggapan Keluarga Pasien Tentang Sumber Daya yang ada untuk Kelancaran 

Tugas RSJ………. 

  140 


(22)

47.  Tanggapan Keluarga Pasien Tentang Kegiatan RSJ dalam Meningkatkan Mutu  Sumber Daya Petugas………. 

  142 

     

48.  Tanggapan Keluarga Pasien Tentang Kemampuan para Petugas RSJ dalam 

Pengenalan Masalah……….. 

  143 

     

49.  Tanggapan Keluarga Pasien Tentang Kemampuan para Petugas RSJ dalam 

Menangani Masalah……….. 

  145 

     

50.  Tanggapan Keluarga Pasien Tentang Kemampuan para petugas RSJ dalam 

Menetapkan Prioritas Penanganan Masalah………..    146        51.  Tanggapan Keluarga Pasien Tentang Kemampuan para Petugas RSJ dalam Hal  Tanggung Jawab atas Tindakan yang Dilakukan………...    148       

52.  Tanggapan  Responden  Tentang  Kemampuan  para  petugas  RSJ  dalam 

Kemampuan Teknis Penanganan Pasien………..    149        53.  Tanggapan Keluarga Pasien Tentang Kemampuan petugas RSJ Menumbuhkan  Inovasi dan Motivasi untuk Mengoptimalkan Kinerja…...    151       

54.  Tanggapan Keluarga Pasien Tentang Sarana dan Prasarana di RSJ………  152 


(23)

55.  Tanggapan  Keluarga  Pasien  Tentang  Sikap  petugas  dalam  Melayani  Pasien……… 

  153 

     

56.  Tanggapan Keluarga Pasien Tentang Tingkat ketertiban para Petugas RSJ  155 

     

57.  Tanggapan  Keluarga  Pasien  Tentang  Tingkat  Kedisiplinan  para  Petugas 

RSJ……….. 

  156 

     

58.  Tanggapan  Keluarga  Pasien  Tentang  Kemampuan  Menyelesaikan  Waktu 

Pelayanan yang Diberikan……… 

  158 

     

59.  Tanggapan Keluarga Pasien Tentang Ketanggapan terhadap Permasalahan 

yang Dihadapi Klien dan Keluarganya………. 

  159 

     

60.  Tanggapan Keluarga Pasien Tentang Kemampuan menjalankan Pekerjaannya 

secara Profesional……….. 

  160 

     

61.  Tanggapan Keluarga Pasien Tentang Prosedur Pelayanan yang Diberikan oleh 

RSJ……… 

  162 

     

62.  Tanggapan Keluarga Pasien Tentang Tingkat Kenyamanan di dalam RSJ. 

 

163 


(24)

Kesehatan yang Diberikan RSJ……….  165 

     

64.  Tabel silang antara Jenis Kelamin dengan Tingkat Pendidikan pada Pegawai 

RSJ Provinsi Sumatera Utara……… 

  166 

     

65.  Tabel Silang antara Jenis Kelamin dengan Tingkat Pendidikan Keluarga Pasien  

RSJ Provinsi Sumatera Utara……….. 

  167   

 

                           


(25)

DAFTAR LAMPIRAN   

 

Nomor       Judul      Halaman   

1. 

Dokumentasi

 

Penelitian………..

 ...  175 

     

             


(26)

ABSTRAK

 

Baik buruknya suatu pelayanan publik tidak terlepas dari efektifitas   organisasi 

penyedia pelayanan tersebut. Tinggi rendahnya mutu pelayanan publik mencerminkan 

tinggi  rendahnya  penghormatan  pemerintah  kepada  masyarakat  sebagai  sumber 

kedaulatan negara. Berdasarkan hal tersebut organisasi penyelenggara pelayanan harus 

mampu melaksanakan peningkatan kualitas pelayanan publik yang berorientasi kepada 

kemudahan masyarakat mengakses produk pelayanan dan berujung pada kepuasan publik.   Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara    sebagai badan publik yang memberikan 

pelayanan kesehatan kepada masyarakat dihadapkan kepada tuntutan yang serupa yaitu 

perlunya peningkatan kualitas layanan yang berorientasi kepada kepuasan masyarakat.  

Berdasarkan fenomena di atas, maka  penulis sangat tertarik untuk mencoba meneliti dan 

mendeskripsikan  tentang  fenomena  tersebut  di  atas  melalui  sebuah  penelitian  yang 

berjudul   “Efektifitas Organisasi Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Dalam 

Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan. 

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskripif dengan sampel penelitian terdiri dari petugas RSJ dan keluarga pasien

dengan mengkaji efektifitas organisasi Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera

Utara dari 2 hal penting yaitu faktor internal yang meliputi menetapkan prioritas

masalah, kenyamanan rumah sakit jiwa, ketertiban dan kedisiplinan pegawai,

kemampuan pegawai menangani klien, pengenalan masalah klien dan keluarganya,

kepuasan kerja. Sementara dari faktor eksternal dapat dilihat dari tanggapan

masyarakat (keluarga pasien) yang berada di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi

Sumatera Utara mengenai pelayanan yang diberikan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa penetapan prioritas

masalah di rumah sakit jiwa daerah provinsi Sumatera Utara sudah cukup baik,

sarana dan prasarana kurang baik, ketertiban dan kedisiplinan pegawai sudah cukup

baik, kemampuan teknis, skill pengenalan dan penanganan masalah para pegawai

rumah sakit jiwa terhadap pasien sudah cukup memadai baik ditinjau dari segi latar

belakang pendidikan, dan juga dari intensitas pendidikan dan pelatihan yang mereka

ikuti, kepuasan kerja para pegawai rumah sakit jiwa daerah Provinsi Sumatera Utara

sudah cukup memadai dan secara umum berdasarkan pandangan dan pendapat

masyarakat (keluarga pasien) yang berada di rumah sakit jiwa daerah Provinsi

Sumatera Utara sudah cukup berhasil mengoptimalkan penyelenggaraan pelayanan

publik yang baik dan berorientasi kepada kepuasan masyarakat/pelanggan.

Kata Kunci: Efektifitas, RSJ, Pelayanan, Kesehatan jiwa   


(27)

ABSTRACT 

   

      The pros and cons of a public service can not be separated from the service provider's  organizational effectiveness. High quality public services reflects the low level of respect for  the government to the community as a source of national sovereignty. Based on the service  provider organization must be able to implement improved quality of public services  oriented to ease public access to products and services led to public satisfaction. Regional  Mental Hospital of North Sumatra province as a public entity that provides health services to  communities faced with similar demands is the need to increase the quality of services  oriented to the satisfaction of the public. Based on the above phenomenon, the authors are  very interested in trying to examine and describe the phenomena mentioned above through  a study titled "Effectiveness Organization Regional Mental Hospital of North Sumatra  Province, the Organization of Health Services.  

       The research method used in this research is method deskripif with research sample  consisted of hospital staff and families of patients with reviewing the effectiveness of the  Regional Mental Hospital organization in North Sumatra Province from 2 important internal  factor problems that includes setting priorities, comfort mental hospital, order and employee  discipline, the ability of employees to handle clients, the introduction of client and family  problems, job satisfaction. While the external factors can be seen from the response of  society (families of patients) in the Mental Hospital of North Sumatra Province of services  provided.  

      Based on the results of this research is that the prioritization of issues in mental  hospitals of the province of North Sumatra is quite good, facilities and infrastructure is not  good, order and discipline of employees is quite good, technical ability, skill recognition and  handling  of  the mental  hospital  staff towards patients is  sufficient both  in  terms  of  educational background, and also from the intensity of education and training that they  follow, work satisfaction of psychiatric hospital employees in North Sumatra Province area is  sufficient and generally based on the views and opinions of society (families of patients) who  are at the local mental hospital in North Sumatra Province are quite successful in optimizing  the implementation of good public services and oriented to the satisfaction of the public /  customers.  

 

Keywords: Effectiveness, Mental Hospital, Service, mental health   


(28)

BAB

 

I

 

PENDAHULUAN

 

 

1.1  Latar Belakang  

  Indonesia merupakan negara yang berdaulat dan miliki sumber daya alam yang 

sangat  kaya.  Sumber daya  alam  Indonesia  meliputi  hasil  tambang,  hutan  perikanan, 

perkebunan, pertanian dan lain sebagainya. Kekayaan alam Indonesia sangat berpotensi 

untuk  mensejahterakan  masyarakat  Indonesia.  Sejalan  dengan  tujuan  Negara  untuk 

mensejahterakan  masyarakat maka sudah seharusnya cita‐cita tersebut dapat diwujudkan 

oleh Pemerintah Indonesia. Tetapi untuk mensejahterakan masyarakat seutuhnya tidaklah 

hanya dipengaruhi oleh kekayaan alam yang dimiliki suatu negara, sumber daya manusia  

yang menjalankan roda pemerintahan juga merupakan faktor yang sangat mempengahui 

peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia.  

  Di dalam Undang‐Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan 

Pembangunan Nasional, Program pembangunan Negara Indonesia disusun dalam 2 (dua ) 

bagian yaitu pembangunan jangka panjang (RPJP) dan jangka menengah (RPJM) dn jangka 

pendek (RKP).  Program Pembangunan jangka panjang dibutuhkan untuk menetapkan arah 

pembangunan Negara Indonesia pada masa yang akan datang sehingga tahapan yang dibuat 

memiliki landasan pembangunan kuat. Program pembangunan jangka pendek merupakan 


(29)

pembangunan  jangka  pendek  harus  dapat  memenuhi  kebutuhan  masyarakat  yang  mendesak 

Hakekat pemerintah adalah pelayanan kepada rakyat. Pemerintah ada  bukan untuk  melayani dirinya sendiri, tetapi untuk melayani rakyat, dengan kata lain pemerintah adalah 

pelayan publik. Pelayanan publik   (public services) oleh birokrasi merupakan salah satu 

perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat disamping sebagai abdi 

negara. Arti  pelayanan  sendiri  adalah  suatu  proses  bantuan  kepada  orang  lain  dengan  

cara ‐ cara  tertentu  yang  memerlukan  kepekaaan  dan  hubungan  interpersonal  agar  

tercipta   kepuasan   dan   keberhasilan.   Setiap   pelayanan   menghasilkan   (produk), baik  

berupa   barang   maupun   jasa. Menurut AG.   Subarno       pelayanan   publik   dapat   

didefenisikan  sebagai  serangkaian  aktivitas  yang  dilakukan  oleh  birokrasi  publik  untuk  

memenuhi   kebutuhan   warga   pengguna   jasa ( Dwiyanto, Agus. 2005. ).   Jadi dapat 

dikatakan pelayanan  Publik  merupakan  suatu  pelayanan  yang  dilakukan  oleh  birokrasi  

dan  lembaga  lain  yang  tidak  termasuk  badan  usaha swasta,  yang  tidak  berorientasi  

pada  laba  (profit).  Pelayanan  ini  menurut  Keputusan  Menteri  Negara  Pendayagunaan  

Aparatur  Negara  No.  81  tahun  1993  disebutkan  dengan  Pelayanan  Umum.  

Sebuah realitas yang ironis sering ditemukan dalam penyelenggaraan pelayanan 

publik di negara ini adalah masih sering ditemukan pelayanan‐pelayanan yang mahal, kaku  dan berbelit‐belit, sikap dan tindakan petugas yang suka menuntut imbalan, kurang ramah 


(30)

dan kesehatan, yang merupakan fenomena yang sering kali mewarnai proses hubungan  pelayanan dan dilayani( Thoha  2002).   

Sejak  era  reformasi,  masyarakat  menuntut  pemerintah  untuk  mempercepat 

pembangunan dengan menerapkan sistem pemerintahan otonomi daerah. Dengan Otonomi 

Daerah diharapkan pelayanan masyarakat semakin cepat dan pembangunan infrastruktur 

lebih menyentuh kebutuhan masyarakat di daerah. Pemerintah daerah (kabupaten/kota) 

diberi wewenang yang luas untuk mengurus daerahnya sendiri untuk mensejahterakan 

masyarakat di daerahnya masing‐masing. 

Dalam mewujudkan cita‐cita Otonomi Daerah tersebut tidak terlepas dari sistem 

manajemen yang baik. Untuk memaksimalkan pembangunan daerah harus menerapkan 

sistem manajemen yang  berorientasi pada efektifitas  kerja para  aparatur pemerintah  

hingga ke tingkat Desa dan Kelurahan. Keberhasilan Otonomi Daerah juga tidak terlepas dari  sumber daya aparatur pemerintahan dalam menerapkan  sistem manajemen pemerintahan 

daerah. Penggunaan    anggaran harus berorientasi pada pencapaian tujuan dan dapat 

dipertanggungjawabkan.  Masalah  keuangan  merupakan  suatu  sisi  dalam  proses 

pembangunan  di  samping  sisi  lainnya  yang  juga  membutuhkan  perhatian.  Kesulitan‐

kesulitan ekonomi yang juga ikut menyertai jalannya pembangunan mengharuskan untuk 

melakukan  penghematan  dengan  cara  memanfaatkan  anggaran  yang  tersedia  secara 

optimal.   

  Lembaga  eksekutif  dalam  menjalankan  roda  pemerintah  harus  mampu 


(31)

masyarakat. Pelayanan pemerintah kepada masyarakat dapat berupa pelayanan kesehatan 

seperti pelayanan perobatan gratis, penyuluhan kesehatan, pelayanan administrasi seperti 

izin usaha, pembuatan kartu identitas. 

Baik buruknya suatu pelayanan publik tidak terlepas dari efektifitas   organisasi 

penyedia pelayanan tersebut. Tinggi rendahnya mutu pelayanan publik mencerminkan 

tinggi  rendahnya  penghormatan  pemerintah  kepada  masyarakat  sebagai  sumber 

kedaulatan negara. Berdasarkan hal tersebut organisasi penyelenggara pelayanan harus 

mampu melaksanakan peningkatan kualitas pelayanan publik yang berorientasi kepada 

kemudahan masyarakat mengakses produk pelayanan dan berujung pada kepuasan publik.  

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara   sebagai badan publik yang 

memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dihadapkan kepada tuntutan yang 

serupa yaitu perlunya peningkatan kualitas layanan yang berorientasi kepada kepuasan 

masyarakat. Meski sudah diterapkan berbagai model pelayanan kesehatan yang maksimal, 

namun   realitasnya masih sering terjadi masalah dan tanggung jawab untuk melayani 

masyarakat masih sebatas slogan. 

Sehubungan dengan realitas rendahnya kualitas layanan yang diberikan, maka 

sebaiknya perlu dikaji   mengenai Efektifitas Organisasi Rumah Sakit Jiwa Daerah   Provinsi 

Sumatera Utara   dalam penyelenggaraan pelayanan publik, khususnya pelayanan dibidang 

kesehatan jiwa.  Dalam kondisi seperti ini, maka efektifitas organisasi dan kondisi lingkungan 

serta  kebijakan  manajemen  akan  sangat  menentukan  kemampuan  organisasi  dalam 


(32)

Berdasarkan fenomena di atas, maka   penulis sangat tertarik untuk mencoba  meneliti dan mendeskripsikan tentang fenomena tersebut di atas melalui sebuah penelitian 

yang berjudul   “Efektifitas Organisasi Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara    

Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan .” 

 

1.2. Perumusan  Masalah 

  Menurut Winarno Surakhmad (1989 : 33), masalah     adalah  Setiap kesulitan yang 

menggerakkan manusia untuk memecahkannya. Masalah harus dirasakan sebagai suatu 

rintangan yang mesti dilalui (dengan jalan mengatasinya) apabila kita hendak berjalan terus,  masalah menampakkan diri sebagai tantangan. 

  Berdasarkan dasar uraian pada latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi 

masalah utama dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Efektifitas Organisasi Rumah Sakit 

Jiwa Daerah  Provinsi Sumatera Utara dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan ?”. 

   

1.3. Tujuan  Peneliltian 

  Berdasarkan latar belakang yang telah  uraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian 


(33)

a. Untuk  mengetahui  efektifitas  Organisasi  Rumah  Sakit  Jiwa  Daerah  Provinsi  Sumatera Utara   dalam penyelenggaraan pelayanan publik, khususnya pelayanan di  bidang kesehatan jiwa dan umum. 

 

b.  Sebagai  sumbangan  pemikiran  sehingga  dapat  memecahkan  masalah  yang 

berhubungan dengan efektifitas kerja Organisasi di Badan layanan Umum Rumah Sakit  Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara.  

 

1.4. Manfaat Penelitian 

Dengan mengetahui fakta tentang efektifitas kerja Organisasi RSJ Daerah Provinsi 

Sumatera Utara   diharapkan dapat memperkaya pengetahuan tentang teori Efektifitas 

dalam ilmu manajemen yang selanjutnya memberikan sumbangan terhadap pengembangan  teori pelayanan publik, khususnya pelayanan yang disesuaikan dengan Tupoksi RSJ sebagai 

bagian  dari  perangkat  daerah    yang  aplikasinya  pada  organisasi  pemerintahan  yang 

selanjutnya   memberikan masukan‐masukan terhadap peningkatan efektifitas pelayanan.  

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pimpinan bagi peningkatan  efektifitas kerja RSJ dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat.   


(34)

BAB

 

II

 

TINJAUAN

 

PUSTAKA

 

 

2.1

Efektifitas Organisasi

Suatu organisasi yang berhasil dapat diukur dengan melihat pada sejauhmana

organisasi tersebut dapat mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Konsep Efektifitas

yang dikemukakan para ahli organisasi dan manajemen memiliki makna yang

berbeda, tergantung pada kerangka acuan yang dipergunakan.

Dalam penelitian ini perspektif efektifitas organisasi yang digunakan adalah

perpektif tujuan, dimana tolok ukur yang digunakan adalah bagaimana organisasi

mencapai tujuan, termasuk merealisir visi dan misi organisasi sesuai dengan mandat

yang diembannya (disesuaikan dengan tujuan RSJ Daerah Provinsi Sumatera Utara

yakni Meningkatkan efisiensi dan efektifivitas pelaksanaan pelayanan kesehatan jiwa

dan kesehatan umum). Jadi tolok ukur efektifitas Organisasi RSJ Daerah Provinsi

Sumatera Utara meliputi efektifitas organisasi dalam menyelenggarakan pelayanan

publik, dalam hal ini pelaksanaan pelayanan kesehatan jiwa dan kesehatan umum.

Steers mengemukakan lima kriteria dalam pengukuran efektifitas organisasi

yaitu:

a. Produktivitas 

b. Kemampuan adaptasi atau fleksibilitas 

c. Kepuasan kerja 

d. Kemampuan berlaba 


(35)

Sementara menurut Gibson mengatakan pula bahwa efektifitas organisasi

dapat pula diukur sebagai berikut:

a. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai 

b. Kejelasan strategi pencapaian tujuan 

c. Proses analisis dan perumusan kebijaksanaan yang mantap 

d. Perencanaan yang matang 

e. Penyusunan program yang tepat 

f. Tersedianya sarana dan prasarana 

g. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik (Dalam Siagian, Sondang. 

P , 1998). 

Definisi-definisi

tersebut

melihat

efektifitas organisasi dengan menggunakan

tujuan akhir atau tujuan yang diinginkan. Namun organisasi dengan efektifitas

organisasi dari sudut pencapaian tujuan dalam pengertian sebagai misi akhir adalah

pekerjaan yang sulit, karena sering tujuan yang dikejar oleh suatu organisasi tidak

dapat ditentukan secara pasti. Dari sudut ini maka organisasi tidak pernah mencapai

tujuannya dalam pengertian yang akhir atau selalu ditandai dengan tingkat

keberhasilan yang rendah. Karenanya kemudian berkembang dari pemikiran lain

mengenai penilaian kebutuhan organisasi dengan perspektif dari berbagai multi

disiplin pengetahuan.

Kenyataan dalam upaya mencapai tujuan akhir, organisasi harus mengenali

kondisi-kondisi yang dapat menghalangi tercapainya tujuan. Jadi dapat diterima

pandangan yang menilai efektifitas organisasi sebagai ukuran seberapa jauh sebuah

organisasi berhasil mencapai tujuan yang layak dicapai.

Dalam pengertian ini, pemusatan perhatian pada tujuan yang layak dicapai

dan optimal, akan tampak lebih realistik untuk tujuan evaluasi daripada menggunakan

tujuan akhir atau tujuan yang diinginkan sebagai dasar ukuran. Sehingga keberhasilan

dapat dilihat dari berbagai kriteria yang dikembangkan oleh para ahli namun karena

masing-masing organisasi adalah unik, maka tidak ada rangkaian teratur yang dapat

diterima secara umum.

Memperhatikan pendapat ahli diatas dapat dipahami bahwa konsep efektifitas

organisasi merupakan suatu konsep yang bersifat multidimensional.

Multidimensional ini terjadi karena antara satu ahli dengan yang lainnya memiliki

dasar ilmu yang berbeda walaupun tujuan akhir dari efektifitas adalah pencapaian


(36)

tujuan. Berdasarkan uraian diatas disimpulkan bahwa dalam pengertian efektifitas

organisasi tercakup pengertian kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi

kegiatan, program atau misi) suatu organisasi.

2.2.  Pandangan Faktor‐faktor Penyumbang Efektifitas 

Banyak pendapat yang mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi

efektifitas organisasi, namun pada dasarnya pendapat-pendapat tersebut telah

terangkum dalam hasil penelitian Richard M. Steers, seperti teori mengenai

pembinaan organisasi yang menekankan adanya perubahan yang berencana dalam

organisasi yang bertujuan untuk meningkatkan efektifitas organisasi. Jadi

keberhasilan pembinaan organisasi akan mengakibatkan keberhasilan organisasi.

(Steers, 1985)

Lain halnya yang dikemukanan oleh Dydiet Hardjito yang mengemukakan

bahwa keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya dipengaruhi oleh

komponen-komponen organisasi yang meliputi (1) struktur, (2) tujuan; (3) manusia,

(4) hukum (5) prosedur pengoperasian yang berlaku; (6) teknologi, (7) lingkungan,

(8) kompleksitas (9) spesialisasi; (10) kewenangan; (11) pembagian tugas (Hardjito,

2001).

Dalam mencapai efektifitas suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh berbagai

faktor yang berbeda-beda tergantung pada sifat dan bidang kegiatan atau usaha suatu

organisasi. Sejalan dengan hal tersebut maka Komberly dan Rottman berpendapat

bahwa efektifitas organisasi ditentukan oleh lingkungan, teknologi, pilihan strategi,

proses dan kultur. (Dalam Gibson, 1995).

Suatu pendekatan didalam arti bagaimana pendekatan atau teori terhadap

pencapaian suatu tujuan. Persepektif efektifitas menekankan tentang peran sentral

dari pencapaian tujuan organisasi, dimana dalam menilai organisasi apakah dapat

bertahan hidup maka dilakukan evaluasi yang relevan bagi suatu tujuan tertentu.

Demikian banyak rangkaian kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi

efektifitas organisasi seperti apa yang dikemukakan diatas, akan tetapi untuk

menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kriteria adalah sangat sulit sekali,

karena harus melihat pada hasil-hasil penelitian terdahulu. Dengan dikemukakannya

empat faktor yang berpengaruh terhadap efektifitas organisasi oleh Steers, dapat

digambarkan sebagai berikut :

Tabel 1. Faktor‐faktor Penyumbang Efektifitas Organisasi   


(37)

ORGANISASI  LINGKUNGAN  PEKERJA  PRAKTEK  MANAJEMEN  1. Struktur :  Desentralisasi  Spesialisasi  Formalisasi  Rentang  Kendali  2. Teknologi :  Operasi  Bahan  Pengetahuan  1. Ekstern :  Kekomplekan  Kestabilan  Ketidaktentuan   2. Intern :  Orientasi  pada  karya   Pekerja sentris  Orientasi  pada  imbalan  Hukuman  Keamanan  vs  resiko  Keterbukaan  vs  pertahanan  

1. Keterikatan  pada 

organisasi :  Ketertarikan   Kemantapan kerja Keikatan  (komitmen)  2. Prestasi kerja :  Motivasi  Tujuan  Kebutuhan  Kemampuan  Kejelasan peran      1. Penyusunan  tujuan strategis  2. Pencarian  pemanfaatan  dan sumber daya  3. Menciptakan  lingkungan  prestasi   4. Kepemimpinan  dan pengambilan

5. Inovasi  dan 

adaptasi  organisasi 

 

Sumber: Steers (1985: 8)   

Adapun pengaruh 4 faktor tersebut terhadap efektifitas organisasi sebagai

berikut:

1)  Karakteristik Organisasi 

Karakteristik organisasi terdiri dari struktur dan teknologi. Struktur diartikan

sebagai hubungan yang relatif tetap sifatnya, merupakan cara suatu organisasi

menyusun orang-orangnya untuk menciptakan sebuah organisasi yang meliputi

faktor-faktor seperti deentralisasi pengendalian, jumlah spesialisasi pekerjaan,

cakupan perumusan interaksi antar pribadi dan seterusnya. Secara singkat struktur

diartikan sebagai cara bagaimana orang-orang akan dikelompokkan untuk


(38)

Teknologi menyangkut mekanisme suatu organisasi untuk mengubah

masukan mentah menjadi keluaran jadi. Teknologi dapat memiliki berbagai

bentuk, termasuk variasi-variasi dalam proses mekanisme yang digunakan dalam

produksi, variasi dalam pengetahuan teknis yang dipakai untuk menunjang

kegiatan menuju sasaran. Ciri organisasi yang berupa struktur organisasi meliputi

faktor luasnya desentralisasi. Faktor ini akan mengatur atau menentukan sampai

sejauh mana para anggota organisasi dapat mengambil keputusan. Faktor lainnya

yaitu spesialisasi pekerjaan yang membuka peluang bagi para pekerja untuk

mengembangkan diri dalam bidang keahliannya sehingga tidak mengekang daya

inovasi mereka.

Faktor formalisasi berhubungan dengan tingkat adaptasi organisasi

terhadap lingkungan yang selalu berubah, semakin formal suatu organisasi

semakin sulit organisasi tersebut untuk beradaptasi terhadap lingkungan. Hal

tersebut berpengaruh terhadap efektifitas organisasi karena faktor tersebut

menyangkut para pekerja yang cendenrung lebih terikat pada organisasi dan

merasa lebih puas jika mereka mempunyai kesempatan mendapat tanggung jawab

yang lebih besar dan mengandung lebih banyak variasi jika peraturan dan

ketentuan yang ada dibatasi seminimal mungkin.

Harvey (dalam Steers, 1985) menemukan bahwa semakin mantap teknologi

sebuah organisasi, makin tinggi pula tingkat penstrukturannya yaitu tingkat

spesialisasi, sentralisasi, spesifikasi tugas dan lain-lain. Efektifitas organisasi

sebagian besar merupakan hasil bagaimana tingkat Indonesia dapat sukses

memadukan teknologi dengan struktur yang tepat. Keselarasan antara struktur dan

teknologi yang digunakan sangat mendukung terhadap pencapaian tujuan

organisasi.

2)  Karakteristik Lingkungan 

Karakteristik lingkungan ini mencakup dua aspek yaitu internal dan

eksternal. Lingkungan internal dikenal sebagai iklim organisasi. Yang meliputi

macam-macam atribut lingkungan yang mempunyai hubungan dengan segi-segi

dan efektifitas khususnya atribut lingkungan yang mempunyai hubungan dengan

segi-segi tertentu dari efektifitas khususnya atribut diukur pada tingkat individual.

Lingkungan eksternal adalah kekuatan yang timbul dari luar batas

organisasi yang memperngaruhi keputusan serta tindakan di dalam organisasi

seperti kondisi ekonomi, pasar dan peraturan pemerintah. Hal ini mempengaruhi:

derajat kestabilan yang relatif dari lingkungan, derajat kompleksitas lingkungan

dan derajat kestabilan lingkungan.

Steers menyimpulkan dari penelitian yang dilakukan para ahli bahwa

keterdugaan, persepsi dan reasionalitas merupakan faktor penting yang

mempengaruhi hubungan lingkungan. Dalam hubungan terdapat suatu pola


(39)

dimana tingkat keterdugaan dari keadaam lingkungan disaring oleh para

pengambil keputusan dalam organisasi melalui ketetapan persepsi yang tepat

mengenai lingkungan dan pengambilan keputusan yang sangat rasional akan

dapat memberikan sumbangan terhadap efektifitas organisasi. (Steers, 1985)

3) Karakteristik Pekerja 

Karakteristik pekerja berhubungan dengan peranan perbedaan individu para

pekerja dalam hubungan dengan efektifitas. Para individu pekerja mempunyai

pandangan yang berlainan, tujuan dan kemampuan yang berbeda-beda pula.

Variasi sifat pekerja ini yang sedang menyebabkan perilaku orang yang berbeda

satu sama lain. Perbedaan tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap

efektifitas organisasi. Dua hal tersebut adalah rasa keterikatan terhadap organisasi

dan prestasi kerja individu.

Menurut Katz dan Kahn (Dalam Steers, 1985), peranan tingkah laku dalam

efektifitas organisasi harus memenuhi tiga persyaratan sebagai berikut:

a. Setiap organisasi harus mampu membawa dan mempertahankan suatu armada kerja 

yang mantap yang terjadi dari pekerja pria dan wanita yang terampil. Berarti di samping 

mengadakan penerimaan dari penempatan pegawai, organisasi juga harus mampu 

memelihara para pekerja dengan imbalan yang pantas dan memadai sesuai dengan 

kontribusi individu dan yang relevan bagi pemuasan kebutuhan individu. 

b. Organisasi harus dapat menikmati prestasi peranan yang dapat diandalkan dari para 

pekerjanya. Sering terjadi manajer puncak yang seharusnya memikul tanggung jawab 

utama dalam merumuskan kebijakan perusahaan, membuang terlalu banyak waktu 

untuk keputusan dan kegiatan sehari‐hari yang sepele dan mungkin menarik, akan 

tetapi tidak relevan dengan perannya sehingga berkurang waktu yang tersedia bagi 

kegiatan ke arah tujuan yang lebih tepat. Setiap anggota bukan hanya harus bersedia 

berkarya, tetapi juga harus bersedia melaksanakan tugas khusus yang menjadi tanggung  jawab utamanya . 


(40)

Di samping prestasi peranan yang dapat diandalkan organisasi yang efektif

menuntut agar para pekerja mengusahakan bentuk tingkah laku yang spontan dan

inovatif, job description tidak akan dapat secara mendetail merumuskan apa yang

mereka kerjakan setiap saat, karena bila terjadi keadaan darurat atau luar biasa

individu harus mampu bertindak atas inisiatif sendiri dan atau luar biasa individu

harus mampu bertindak atas inisiatif sendiri dan atau mengambil keputusan dan

mengadakan tanggapan terhadap yang paling baik bagi organisasinya.

4) Kebijakan dan praktek manajemen 

Karena manajer memainkan peranan sentral dalam keberhasilan suatu

organisasi melalui perencanaan, koordinasi dan memperlancar kegiatan yang

ditujuan ke arah sasaran. Kebijakan yang baik adalah kebijakan tersebut secara

jelas membawa kita ke arah tujuan yang diinginkan. Pada intinya manajemen

adalah tentang memutuskan apa yang harus dilakukan kemudian

melaksanakannya melalui sumber daya manusia yang ada.

Dari faktor kebijakan dan praktek manajemen ini, sedikitnya

diindentifikasikan menjadi enam variabel yang menyumbang efektifitas yaitu: 1)

penyusunan tujuan strategis, 2) pencarian dan pemanfaatan sumber daya, 3)

menciptakan lingkungan prestasi, 4) proses komunikasi, 5) kepemimpinan dan

pengambilan keputusan dan 6) inovasi dan adaptasi.

Dari keempat faktor yang mempengaruhi efektifitas organisasi yang

dinyatakan oleh Steers tersebut dapat dijelaskan secara ringkas bahwa: 1) struktur

yang dibangun dan teknologi yang digunakan dalam organisasi akan sangat

berpengaruh terhadap proses dan pencapaian tujuan, 2) organisasi sebagai

organisasi yang terbuka, kelangsungan hidupnya akan sangat tergantung kepada

lingkungan sekitarnya baik yang berada di dalam organisasi maupun diluar

organisasi, 3) bahwa manusia sebagai unsur penting dari organisasi memiliki

kemampuan, pandangan motivasi dan budaya yang berbeda, dan 4) kebijakan dan

praktek manajemen yang ditetapkan oleh pimpinan dalam mengatur dan

mengendalikan organisasi sangat berpengaruh bagi organisasi maupun bagi

pencapaian tujuan.

Berdasarkan penjelasan atas faktor-faktor di atas beserta variabelnya dapat

dipahami demikian banyak faktor yang berpengaruh pada efektifitas suatu organisasi

dapat dilihat atau ditinjau dari;

1.

Struktur organisasi yaitu sistem pengelompokan pekerjaan yang ditata dalam

suatu struktur agar organisasi tersebut dapat digerakan secara maksimal dalam

suatu jalinan kerja yang efektif dan efisien. Elemen yang diperhatikan dalam


(41)

penelitian ini adalah bagaimana kesesuaian penempatan individu pada struktur

yang ada dengan kualifikasi pendidikan yang dimilikinya, dan bagaimana

pemanfaatan teknologi dalam organisasi tersebut.

2.

Adanya kerjasama, merupakan unsur yang terpenting dalam organisasi, karena

dengan adanya hubungan yang baik/kerjasama yang baik maka keberhasilan

pencapaian tujuan organisasi akan lebih cepat. Kerjasama ini bukan hanya terjadi

antara individu atau antara unit/bagian saja melainkan adanya kerjasama dengan

dinas instansi terkait lainnya. Adanya kerjasama dengan dinas, instansi terkait

lainnya akan dapat diketahui berbagai masukan tentang informasi dalam hal

peningkatan pendapatan daerah. Elemen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kerjasama rutin yang dilakukan Inspektorat dengan instansi teknis lainnya.

3.

Kemampuan administratif pegawai, sebagai bentuk dari kemampuan sumber daya

manusia merupakan unsur penentu dalam keberhasilan organisasi dalam

produktivitas kerja. Sumber daya manusia dalam hal ini adalah pegawai, perlu

terus dikembangkan baik dari segi pendidikan formalnya maupun pendidikan

jenjang kariernya. Dengan kualitas pegawai yang semakin meningkat diharapkan

adanya perubahan kerja, etos kerja pegawai meningkat sehingga timbul rasa

memiliki organisasi dan tercipta rasa kepuasan baik individu sendiri maupun

keseluruhan organisasi. Elemen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kondisi pegawai menurut jenjang pendidikan formal, dan keadaan pegawai

berdasarkan jenjang pendidikan karier.


(42)

4.

Perencanaan Program Kerja memegang peranan dalam memulai sesuatu kegiatan

atau melakukan suatu pekerjaan. Perencanaan yang baik merupakan perencanaan

yang melibatkan baik unsur-unsur pimpinan maupun bawahan dalam menentukan

kebijakan manajemen organisasi. Bukan hanya keterlibatan bawahan saja

melainkan dalam menyusun suatu rencana program kerja memperhatikan

faktor-faktor baik internal maupun eksternal dalam membahas suatu perencanaan yang

sifatnya strategik. Elemen yang dianalisis adalah deskripsi program kerja

masing-masing bagian, dan pertemuan rutin yang membahas mengenai pelaksanaan

tugas.

5.

Kepuasan kerja merupakan suatu kondisi yang dirasakan oleh seluruh anggota

organisasi yang mampu memberikan kenyamanan dan motivasi bagi peningkatan

kinerja organisasi secara keseluruhan untuk mencapai efektifitas organisasi.

Elemen yang menjadi fokus penelitian ini adalah lamanya penyelesaian pekerjaan

yang dilakukan karyawan dan sistem insentif yang diberlakuan bagi anggota

organisasi yang berprestasi atau melakukan pekerjaan yang melebihi beban kerja

yang ada.

 

2.3.   Pengertian Efektifitas Kerja 

  Efektifitas berasal dari kata efektif, batasan konsep ini sulit untuk diperinci, karena 

masing‐masing disiplin ilmu memberikan pengertian‐pengertian sendiri‐sendiri. Menurut 


(43)

  “Bagi seorang ahli ekonomi atau analis keuangan efektifitas semakna dengan keuntungan, atau laba investasi. Bagi seorang manajer produksi, efektifitas seringkali berarti kuantitas keluaran (output) barang atau jasa. Bagi seorang ilmuwan bidang riset, efektifitas dijabarkan dengan jumlah paten, penamaan atau produk baru suatu organisasi. Dan bagi sejumlah sarjana ilmu sosial efektifitas seringkali ditinjau dari sudut kualitas kehidupan bekerja, singkatnya, pengertian efektifitas mempunyai arti yang berbeda bagi setiap orang, tergantung kepada kerangka acuan yang dipakai”.

   

Berbicara mengenai efektifitas, menurut Kumorotomo adalah menyangkut apakah 

tujuan dari didirikannya organisasi pelayanan publik tersebut tercapai.   Hal tersebut erat 

kaitannya  dengan  rasional  teknis,  nilai,  misi  tujuan  organisasi  serta  fungsi  agen 

pembangungan (Kumorotomo, 1996). 

  Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa tindakan yang efektif adalah tindakan pencapaian tujuan tanpa  memperhitungkan bagaimana atau seberapa pengorbanan yang diberikan/ditimbulkan asalkan tujuan dapat tercapai. 

Dengan demikian dapat terjadi penghamburan usaha (tenaga, waktu, fikiran, ruang benda dan uang) dari yang  melaksanakan pekerjaan. 

  Menurut pengertian di atas berarti efektifitas adalah kemampuan untuk memilih 

sasaran yan tepat. Seseorang yang efektif adalah pegawai yang memilih pekerjaan yang 

benar untuk dijalankan, tanggung jawab pegawai membutuhkan semangat yang efektif. 

  Efektifitas  adalah  merupakan  kunci  keberhasilan  dalam  suatu  organisasi  atau 

perusahaan. Menurut H.Emerson (1995 : 23)  efektifitas adalah pengukuran dari tercapainya 

sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, (Effectiveness is measurin in term of


(44)

dapat dikatakan bahwa efektifitas, apabila sasaran ataupun tujuan yang ingin dicapai telah  dapat direalisasikan tepat pada waktunya. 

  Dan kalau tujuan atau sasaran itu tidak selesai sesuai dengan waktu yang telah 

ditentukan, maka pekerjaan tersebut tidaklah efektif lagi. Oleh karena itu disini pengertian 

yang dikandung efektifitas berkaitan dengan masalah waktu. Dengan kata lain, seseorang 

atau pegawai yang bekerja pada suatu kantor menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan 

waktu  yang  telah ditetapkan sebelumnya.  Pentingnya  unsur  waktu  dalam  kehidupan 

organisasi atau perusahaan lebih terlihat lagi apa yang dikemukakan oleh SP.Siagian (1982 :  151) bahwa : 

  “Secara sederhana dapat dikaitkan bahwa efektifitas kerja berarti penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditetapkan artinya apakah pelaksanaan suatu tugas dinilai baik atau tidak sangat tergantung pada bilamana tugas itu diselesaikan dan tidak terutama menjawab pertanyaan bagaimana cara melaksanakannya dan beberapa biaya yang dikeluarkan untuk itu”.

  Pada dasarnya pekerjaan yang ada di instansi pemerintah lebih menekankan kepada 

faktor efektifitas daripada faktor efisien. Sekalipun diusahakan secara efisien. 

  Efektifitas  dalam  pekerjaan  pemerintah  menurut  pendapat  Soewarno 

Handayaningrat  (1996 :16) bahwa : 

Suatu tujuan atau sasaran yang telah tercapai sesuai dengan rencana adalah efektif tetapi belum tentu efisien suatu pekerjaan pemerintah sekalipun tidak efektif, dalam arti input dan output tetapi tercapainya efek atau pengaruh besar terhadap kepentingan masyarakat banyak, baik politik, ekonomi, sosial dan sebagainya


(45)

Sedangkan menurut Gibson, et.al,. (1993: 27) yang dialihbahasakan oleh Djoerban  Wahid, mengemukakan pengertian efektifitas adalah  

“Pencapaian sasaran yang telah disepakati atas usaha bersama. Tingkat pencapaian sasaran itu menunjukan tingkat efektifitas”.

Hal lain juga menyebutkan bahwa efektifitas kerja pegawai yaitu suatu

keadaan tercapainya tujuan yang diharapkan atau dikehendaki melalui penyelesaian

pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Adapun pengertian efektifitas

menurut para ahli diantaranya sebagai berikut :

Sondang P. Siagian (2001 : 24) memberikan definisi sebagai berikut :

“Efektifitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu

yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa

kegiatan yang dijalankannya. Efektifitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai

tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran,

berarti makin tinggi efektifitasnya.

Sementara itu Abdurahmat (2003:92)

Efektifitas adalah pemanpaatan sumber daya, sarana dan prasaranadalam jumlah

tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah

pekerjaan tepat pada waktunya.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu

pekerjaan dapat dilaksanakan secara tepat, efektif, efisien apabila pekerjaan tersebut

dilaksanakan dengan tepat sesuai dengan yang telah direncanakan.

Pengertian efektifitas tersebut lebih menekankan pada tercapainya sasaran dan 

tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dengan tidak begitu menghiraukan masalah 

penggunaan biaya dan bahan‐bahan atau material yang digunakan, yang penting sasaran 

dan tujuan bias dicapai dan pekerjaan tergolong itu dikatakan efektif. 

 

  Demikianlah begitu pentingnya efektifitas dalam suatu instansi, terlebih‐lebih dalam instansi atau organisasi  pemerintah, sehingga efektif mengandung arti tercapainya suatu akibat yang dikehendaki. Jadi perbuatan seseorang yang 


(46)

efektif adalah perbuatan yang menimbulkan akibat sebagaimana yang dikehendakinya yaitu mencapai tujuan yang telah 

ditetapkan.   

 

2.4.  Nilai‐nilai dalam Efektifitas Kerja 

  1. Etos Kerja 

Setiap organisasi yang selalu ingin maju, akan melibatkan anggota untuk

meningkatkan mutu kinerjanya, diantaranya setiap organisasi harus memiliki etos

kerja.

  Etos menurut   Geertz, (wahyudi, 2005) diartikan sebagai sikap yang mendasar 

terhadap diri dan dunia yang dipancarkan hidup”. Etos adalah aspek evaluatif, yang bersifat 

menilai. Dengan demikian, yang dipersoalkan dalam pengertian etos adalah kemungkinan‐

kemungkinan  sumber  motivasi  seseorang  dalam berbuat,  apakah  pekerjaan  dianggap 

sebagai keharusan demi hidup, apakah pekerjaan terikat pada identitas diri, atau (dalam 

lingkup empiris) apakah yang menjadi sumber pendorong partisipasi dalam pembangunan.  Etos juga merupakan landasan ide, cita, atau pikiran yang akan menentukan sistem tindakan 

(system of action). Karena etos menentukan penilaian manusia atas suatu pekerjaan, ia akan 

menentukan pula hasil‐hasilnya. Semakin progresif etos kerja suatu masyarakat, semakin 

baik hasil‐hasil yang akan dicapai baik secara kuantitatif maupun kualitatif. 

David C. Mac Clelland mengartikan etos kerja dengan Need of Achierement

(N. Ach) yakni virus mental yang mendorong untuk meraih hasil atau prestasi hidup


(47)

yang lebih baik dari keadaan sebelumnya, atau dengan kata lain: sebuah semangat

dan sikap mental yang selalu berpandangan bahwa kehidupan hari ini harus lebih baik

dari kehidupan kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini.

Berpijak pada pengertian bahwa etos kerja menggambarkan suatu sikap,

maka dapat ditegaskan bahwa etos kerja mengandung makna sebagai aspek evaluatif

yang dimiliki oleh individu (kelompok) dalam memberikan penilaian terhadap

kegiatan kerja. Mengingat kandungan yang ada dalam pengertian etos kerja, adalah

unsur penilaian, maka secara garis besar dalam penilaian itu, dapat digolongkan

menjadi dua, yaitu penilaian positif dan negatif.

Berpangkal tolak dari uraian itu, maka menurut bahwa suatu individu atau

kelompok masyarakat dapat dikatakan memiliki etos kerja yang tinggi, apabila

menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut :

a.

Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia.

b.

Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal yang amat luhur

bagi eksistensi manusia.

c.

Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan

manusia.

d.

Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan

sekaligus sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita,


(48)

Sedangkan bagi individu atau kelompok masyarakat, yang dimiliki etos kerja

yang rendah, maka akan menunjukkan ciri-ciri yang sebaliknya, yaitu;

a.

Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri,

b.

Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia,

c.

Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh kesenangan,

d.

Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan,

e.

Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup.

Etos kerja yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok masyarakat, akan

menjadi sumber motivasi bagi perbuatannya. Apabila dikaitkan dengan situasi

kehidupan manusia yang sedang “membangun”, maka etos kerja yang tinggi akan

dijadikan sebagai prasyaraat yang mutlak, yang harus ditumbuhkan dalam kehidupan

itu. Karena hal itu akan membuka pandangan dan sikap kepada manusianya untuk

menilai tinggi terhadap kerja keras dan sungguh-sungguh, sehingga dapat mengikis

sikap kerja yang asal-asalan, tidak berorientasi terhadap mutu atau kualitas yang

semestinya.

Nitisemito (1996) mengatakan bahwa indikasi turun/ rendahnya semangat

dan kegairahan kerja antara lain :

1.

Turun/ rendahnya produktivitas

2.

Tingkat absensi yang naik/ rendah

3.

Labour turnover

(tingkat perputaran buruh) yang tinggi

4.

Tingkat kerusuhan yang naik


(49)

5.

Kegelisahan dimana-mana

6.

Tuntutan yang sering terjadi

7.

Pemogokan

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan etos kerja

adalah sikap yang mendasar baik yang sebelum, proses dan hasil yang bisa mewarnai

manfaat suatu pekerjaan. Jadi etos kerja dalam penelitian ini mengacu kepada apa

yang dikemukakan Pandji Anoraga dan Sri Suryanti seperti di atas.

Daya pendorong bagi pendisiplinan jajaran kerja diberikan oleh Herzberg.

Dasar bagi gagasannya adalah bahwa faktor-faktor yang memenuhi kebutuhan orang

akan pertumbuhan psikologis, khususnya tanggung jawab dan etos kerja untuk

mencapai tujuan yang efektif.

Herzberg yang dikutip oleh James I. Gibson (1989) menunjukkan bahwa

untuk mencapai tujuan organisasi yang baik diperlukan orang yang memiliki

kemampuan yang tepat, termasuk etos kerja.

Beberapa penelitian riset mendukung asumsi bahwa etos kerja merupakan

faktor penting yang menentukan pelaksanaan pekerjaan yang lebih baik dan

bertambahnya kepuasan. Ford menyatakan bahwa 17-18 percobaan di sebuah

organisasi memperlihatkan peningkatan yang positif sesudah adanya etos kerja.

Penelitian tersebut menyatakan bahwa etos kerja memberikan prestasi yang lebih baik

dan kepuasan yang lebih baik pula.


(50)

2. Disiplin Kerja

Disiplin adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar

organisasional. Secara etiomologis, kata “disiplin” berasal dari kata Latin “diciplina”

yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan

tabiat (Moekijat, 2003).

Menurut Nitisemito (1996) menyatakan masalah kedisiplinan kerja,

merupakan masalah yang perlu diperhatikan, sebab dengan adanya kedisiplinan,

dapat mempengaruhi efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan organisasi.

Sedangkan menurut Nasution (2005) memandang disiplin melalui adanya

hukuman. Disiplin kerja, pada dasarnya dapat diartikan sebagai bentuk ketaatan dari

perilaku seseorang dalam mematuhi ketentuan-ketentuan ataupun peraturan-peraturan

tertentu yang berkaitan dengan pekerjaan, dan diberlakukan dalam suatu organisasi

atau perusahaan. Jadi disiplin kerja adalah bentuk ketaatan sikap dan tingkah laku

PNS yang dapat mempengaruhi efektifitas kinerja Pemerintahan Sumatera Utara.

Dilihat dari sisi manajemen, terjadinya disiplin kerja itu akan melibatkan dua

kegiatan pendisiplinan :

1.

Preventif, Pada pokoknya, dalam kegiatan ini bertujuan untuk mendorong

disiplin diri di antara para karyawan, agar mengikuti berbagai standar atau

aturan. Sehingga penyelewengan kerja dapat dicegah.

2.

Korektif, Kegiatan yang ditujukan untuk menangani pelanggaran terhadap

aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut


(51)

(Heldjrachman dkk, 1990).

Perlu disadari bahwa untuk menciptakan disiplin kerja dalam organisasi/

perusahaan dibutuhkan adanya :

a.

Tata tertib/ peraturan yang jelas.

b.

Penjabaran tugas dari wewenang yang cukup jelas.

c.

Tata kerja yang sederhana, dan mudah diketahui oleh setiap anggota dalam

organisasi.

Menurut Byars and Rue (1995) menyatakan ada beberapa hal yang dapat

dipakai, sebagai indikasi tinggi rendahnya kedisplinan kerja karyawan, yaitu :

Ketepatan waktu, kepatuhan terhadap atasan, peraturan terhadap perilaku terlarang,

ketertiban terhadap peraturan yang berhubungan langsung dengan produktivitas kerja.

Sedangkan Mangkunegara (2007) mengemukakan tipe permasalahan dalam

kedisiplinan, antara lain : kehadiran, perilaku dalam bekerja (dalam lingkungan

kerja), ketidakjujuran, aktivitas di luar lingkungan kerja. Jadi penelitian ini

menganalisis nilai-nilai dalam disiplin kerja yaitu mengenai ketepatan waktu dan

kepatuhan terhadap atasnya.

   

2.5.  Faktor‐ faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Kerja 

  Ada beberapa faktor yang mempengaruhi efektifitas kerja yaitu : 


(52)

  Karakteristik organisasi terdiri dari stuktur dan tehnologi organisasi yang dapat 

mempengaruhi segi‐segi tertentu dari efektifitas dengan berbagai cara. Yang dimaksud 

dengan struktur adalah hubungan yang relative tepat sifatnya seperti susunan sumberdaya 

manusia meliputi bagaimana cara organisasi menyusun orang‐orang dalam menyelesaikan 

pekerjaan,  sedangkan tehnologi  adalah mekanisme  suatu organisasi untuk  mengubah 

masukan bahan baku menjadi keluaran (output). 

Karakteristik organisasi ini sangat berhubungan dengan budaya organisasi.

Budaya organisasi sebagai konstruksi dari dua tingkat karakteristik, yaitu

karakteristik organisasi yang kelihatan (observable) dan yang tidak kelihatan

(unobservable). Pada level observable, Budaya Organisasi mencakup beberapa

aspek organisasi seperti arsitektur, seragam, pola prilaku, peraturan, legenda, mitos,

bahasa, dan seremoni yang dilakukan organisasi. Sementara pada level unobservable,

Budaya Organisasi mencakup shared values, norma-norma, kepercayaan,

asumsi-asumsi para anggota organisasi untuk mengelola masalah-masalah dan

keadaan-keadaan di sekitarnya. Budaya Organisasi juga dianggap sbagai alat untuk

menentukan arah organisasi. Mengarahkan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan,

bagaimana mengalokasikan sumber daya dan mengelola sumber daya organisasi, dan

sebagai alat untuk menghadapi masalah dan peluang dari lingkungan.

Peneliti mensikapi beberapa pengertian Budaya Organisasi di atas, bahwa

secara garis bessar budaya organisasi memiliki dua sifat, yaitu budaya organisasi

yang bersifat kasatmata, jelas terlihat, berupa seragam, logo dan lain sebagainya,


(53)

serta budaya organisasi yang tidak terlihat berupa nilai-niali yang ada, difahami dan

dilaksanakan oleh sebagahagian besar orang dalam organisasi. Kedua sifat tersebut

berfungsi sebagai identitas organisasi, sehingga orang di luar organisasi akan mudah

mengenal organisasi dari identitas tersebut, dan juga penentu arah setiap perilaku

orang-orang dalam organisasi.

Pengertian-pengertaian tersebut mempertajam kajian peneliti terhadap budaya

organisasi yang memperjelas bahwa budaya organisasi juga merupakan identitas khas

yang membedakan organisasi yang satu dengan organisasi lainnya, bahkan budaya

organisasi juga merupakan keyakinan setiap orang di dalam organisasi akan jati diri

yang secara idiologis dapat memperkuat eksistensi organisasi baik ke dalam sebagai

pengikat atau simpul organisasi dan keluar sebagai identitas sekaligus kemampuan

untuk beradaptasi dengan berbagai situasi dan kondisi yang dapat merugikan atau

menguntungkan organisasi. Dengan memahami lebih dalam tentang budaya

organiasi, bahwa dengan budaya organisasi, suatu organisasi memiliki kepribadian,

sebagaimana kepribadian, sebagaimana halnya individu.

Dengan demikian, memandang organisasi dalam perspektif budaya sama

dengan memandang sosok manusia, dengan segala karekteristiknya. Organisasi bisa

sakit bisa juga sehat. Organisasi bisa imun juga bisa rentan terhadap penyakit

organisasi. Organisasi bisa juga tumbuh berkembang, bisa juga mati perlahan atau

cepat hilang, musnah dilikuidasi atau dibunuh. Organisasi juga bisa belajar ( lerning

organization). Karena itu bebagai definisi budaya organisasi yang banyak diutarakan


(54)

para pakar, cenderung lebih mengutamakan komponen-komponen kognitif seperti

asumsi, kepercayaan, dan nilai. Walaupun ada juga definisi lainya yang menyentuh

komponen atau aspek perilaku dan artifak ( artifact), yang kemudian menimbulkan

perbedaan antara tingkatan-tingkatan budaya organisasi yang nampak (visible), dan

yang tersembunyi (hidden).

Kajian terhadap pengertian budaya organisasi juga mempertegas dan

memperjelas peran budaya organisasi sebagai alat untuk menentukan arah organisasi,

mengarahkan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, bagaimana mengalokasikan

dan memanage sumber daya organisasional (SDM, Teknologi, Uang, Material,

Informasi, Metode, dan sebagainya ), tetapi juga sebagai alat untuk menghadapi

masalah dan peluang yang datang dari lingkungan organisasi, terutama kekuatan ini

bersumber dari nilai-nilai fundamental organisasi. Budaya organisasi merupakan

sensitivitas terhadap kebutuhan pelanggan dan karyawan; kemauan untuk menerima

resiko; kebebasan atau minat karyawan untuk memberi ide-ide baru; keterbukaan

untuk melakukan komunikasi secara bebas dan bertanggung jawab. Dengan demikian

bahwa, etos kerja dan disipilin kerja PNS akan menjadi budaya organisasi PNS.

2.  Karakteristik Lingkungan 

  Lingkungan luar dan lingkungan dalam juga berpengaruh atas efektifitas hal ini 

dapat  dilihat  dari  ketepatan  persepsi  atas  keadaan  lingkungan,  tingkat  rasionalisme 

organisasi dalam menyesuaikan perubahan lingkungan. 


(1)

DAFTAR KUESONER   

Penelitian Tentang: 

EFEKTIVITAS ORGANISASI BADAN LAYANAN UMUM  RUMAH SAKIT JIWA DAERAH  PROVINSI SUMATERA UTARA   DALAM PENYELENGGARAAN  

PELAYANAN KESEHATAN   

A.

PENGANTAR

Dengan hormat, bersama ini penulis: 

Nama      : Novita Sari Siregar 

NIM   : 097024050/SP 

Penulis adalah salah seorang mahasiswa Program Magister Studi Pembangunan   USU  Medan. Penulis sedang menyelesaikan tugas akhir berupa penulisan tesis, untuk maksud  tersebut maka penulis memerlukan data sebagai bahan untuk penyusunan tesis. Penulis  mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk mengisi daftar pertanyaan di bawah ini, yang  semata‐mata dimaksudkan hanya untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak ada maksud‐ maksud lain. 

Adapun  untuk  mengisi  daftar  pertanyaan  maupun  identitas  responden,  dimohon  Bapak/Ibu/Saudara mengisi dengan keadaan yang sebenarnya. Kemudian atas bantuan  Bapak/Ibu/Saudara diucapkan terima kasih. 


(2)

B. DATA RESPONDEN

1. N a m a  :  2. Jenis Kelamin  : 

3. Umur  :        4. Pendidikan terakhir  : 

5. Pangkat/Gol  :  6. Jabatan  :   

C. PETUNJUK PENGISIAN

  Untuk  menjawab  daftar  pertanyaan  di  bawah  ini,  dimohon  kesediaan  Bapak/Ibu/Saudara untuk memberikan tanda silang ( X ) pada salah satu jawaban yang  dianggap paling sesuai dengan sikap, pengetahuan, pengalaman Bapak/Ibu/Saudara. 

D. PERTANYAAN   

1. Bagaimana tanggapan anda terhadap perubahan Statuta Rumah Sakit saaat ini menjadi  Badan Layanan Umum? 

a. Sangat Baik  b. Cukup Baik  c. Kurang Baik  d. Tidak Baik 

2. Bagaimana tanggapan anda terhadap Kekurangan dan Kemampuan yang Dimiliki para  petugas RSJ? 

a. Sangat Baik  b. Cukup Baik  c. Kurang Baik  d. Tidak Baik 


(3)

3. Bagaimana anda melihat secara keseluruhan berkaiatan dengan Kemampuan Teknis  Petugas RSJ dalam memberikan pelayanan? 

a. Sangat Baik  b. Cukup Baik  c. Kurang Baik  d. Tidak Baik 

4. Bagaimana anda melihata apakah RSJ  telah Mempergunakan Sumber Daya yang ada  untuk Kelancaran Tugas RSJ dalam memberikan pelayanan? 

 

a. Sangat Baik  b. Cukup Baik  c. Kurang Baik  d. Tidak Baik   

5. Bagaimana Kegiatan yang dilakukan oleh RSJ dalam Rangka Peningkatan Mutu Sumber  Daya Petugasnya? 

a. Sangat Baik  b. Cukup Baik  c. Kurang Baik  d. Tidak Baik 

   

6. Bagaimana anda melihat kemampuan para petugas RSJ terhadap Pengenalan  Masalah  pekerjaan sehari‐hari? 

a. Sangat Baik  b. Cukup Baik  c. Kurang Baik  d. Tidak Baik 

7. Bagaimana  anda  melihat  kemampuan  para  petugas  RSJ  Terhadap  Kemampuan  Menangani Masalah Pasien? 


(4)

b. Cukup Baik  c. Kurang Baik  d. Tidak Baik 

 

8. Bagaimana anda melihat kemampuan para petugas RSJ dalam Menetapkan Prioritas  Penanganan Masalah Pasien? 

a. Sangat Baik  b. Cukup Baik  c. Kurang Baik  d. Tidak Baik   

 

9. Bagaimana anda melihat kemampuan para petugas RSJ dalam Hal Tanggung Jawab atas  Tindakan yang Dilakukan? 

a. Sangat Baik  b. Cukup Baik  c. Kurang Baik  d. Tidak Baik   

 

10. Bagaimana anda melihat kemampuan para petugas RSJ dalam Hal  Kemampuan Teknis  penangan pasien? 

a. Sangat Baik  b. Cukup Baik  c. Kurang Baik  d. Tidak Baik   

11. Bagaimana anda melihat kemampuan petugas RSJ dalam Menumbuhkan Inovasi Kreasi  dan Motivasi untuk Mengoptimalkan Kinerja? 


(5)

b. Cukup Baik  c. Kurang Baik  d. Tidak Baik   

   

12. Bagaimana anda melihat sarana dan parasarana yang terdapat di dalam RSJ ini?  a. Sangat Baik 

b. Cukup Baik  c. Kurang Baik  d. Tidak Baik   

13. Bagaimana anda melihat sikap petugas RSJ dalam melayanai pasien?  a. Sangat Baik 

b. Cukup Baik  c. Kurang Baik  d. Tidak Baik   

14. Bagaimana anda melihat tingkat ketertiban para petugas RSJ  dalam menjalankan tugas  dan fungsi organisasi? 

a. Sangat Baik  b. Cukup Baik  c. Kurang Baik  d. Tidak Baik   

15. Secara Keseluruhan Bagaimana anda melihat tingkat kedisplinan para petugas RSJ dalam  menjalankan tugas dan fungsi organisasi? 


(6)

a. Sangat Baik  b. Cukup Baik  c. Kurang Baik  d. Tidak Baik 

 

16. Bagaimana anda melihat para petugas RSJ dalam menyelesaikan waktu pelayanan yang  diberikan? 

a. Sangat Baik  b. Cukup Baik  c. Kurang Baik  d. Tidak Baik 

 

17. Apakah para petugas RSJ selalu tanggap terhadap setiap permasalahan yang dihadapi  pasien dan keluarganya? 

a. Sangat Tanggap  b. Cukup Tanggap  c. Kurang Tanggap  d. Tidak Tanggap 

 

18. Apakah para petugas RSJ sudah menjalankan pekerjaanya secara professional?  a. Sangat Baik 

b. Cukup Baik  c. Kurang Baik  d. Tidak Baik 

 

19. Bagaimana prosedur pelayanan yang diberikan oleh RSJ?  a. Sangat Baik