Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS 2. Notaris Syahril Sofyan, SH, MKn Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum 4. Chairani Bustami, SH, SpN, MKn

Telah diuji pada Tanggal : 26 September 2011 PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN Anggota :

1. Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS 2. Notaris Syahril Sofyan, SH, MKn

3. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum 4. Chairani Bustami, SH, SpN, MKn

Universitas Sumatera Utara i ABSTRAK Lembaga Perbankan dalam kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan telah melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian. Dalam pemberian kredit, debitur dapat menerima kredit dari beberapa lembaga pemberi kredit secara terpisah guna memperoleh seluruh jumlah kebutuhan kreditnya atau disebut dengan sistem “joint financing”. Pelaksanaan sistem pemberian kredit secara joint financing di Indonesia dilakukan melalui pembuatan perjanjian kredit oleh masing-masing kreditur dengan debitur secara bilateral dengan pemberian jaminan yang dapat berupa Hak Tanggungan, diikuti dengan pembuatan perjanjian berbagi jaminan antara para kreditur dengan debitur. Dalam sistem pemberian kredit secara joint financing, para kreditur mempunyai kedudukan yang sama dengan kreditur lainnya terutama pada saat pembagian hasil penjualan eksekusi jaminan apabila debitur cidera janji, meskipun berdasarkan UUHT mereka sebagai pemegang Hak Tanggungan dengan peringkat yang berbeda. Selain Hak Tanggungan, maka perjanjian berbagi jaminan memberi kepastian hukum atas jaminan pelunasan kredit yang telah diberikan oleh para kreditur kepada debitur dan dapat meminimalisir potensi konflik yang ada antara sesama kreditur yang tergabung dalam sistem pemberian kredit secara joint financing ini. Sita jaminan yang dilaksanakan di atas tanah sebagai objek jaminan yang telah dibebankan dengan Hak Tanggungan tidak dapat dilakukan karena Negara melalui UUHT telah memberikan kedudukan yang kuat dan kepastian hukum bagi kreditur sebagai pemegang Hak Tanggungan berdasarkan sertipikat Hak Tanggungan yang dikeluarkan oleh Kantor Pertanahan setempat. Dengan lahirnya Hak Tanggungan berdasarkan pendaftaran pemberian Hak Tanggungan maka Hak Tanggungan tersebut berlaku dan mengikat terhadap pihak ketiga. Dalam sistem pemberian kredit secara joint financing, apabila debitur lalai atau melakukan perbuatan wanprestasi ingkar janji sehingga menyebabkan terjadinya kredit macet, maka agen jaminan yang bertindak mewakili, untuk dan atas nama para kreditur berdasarkan perjanjian kredit dan perjanjian jaminan berwenang untuk mengakhiri perjanjian kredit setelah memperoleh pemberitahuan tentang adanya kelalaian debitur dari para kreditur. Setelah obyek Hak Tanggungan dijual, maka dilaksanakan pembagian hasil penjualan akan tetapi pembagian dilakukan secara pari passu dan proporsional sebesar jumlah kewajiban debitur yang terhutang kepada masing-masing kreditur. Hal tersebut sebagaimana diatur dalam perjanjian kredit dan perjanjian berbagi jaminan, bukan berdasarkan peringkat masing-masing kreditur sebagai pemegang Hak Tanggungan sebagaimana diatur dalam ketentuan UUHT. Kata Kunci : Kredit, Joint Financing, Hak Tanggungan Universitas Sumatera Utara ii ABSTRACT Banking institution, in the credit and other service activities, is functioned to serve the financial needs and to increase the mechanistic system of payment for all economic sectors. In the credit activity, the debtors can obtain the loan from the institutions which give the credit separately in order to obtain the whole credit which is called ‘joint financing’. The giving of loan in the joint financing system in Indonesia is implemented through the credit agreement by both the creditors and the debtors bilaterally. In this case, the debtors will provide security rights or hypothecation, followed by the agreement on the guarantee between the creditors and the debtors. In this joint financing system, the creditors have an equal position, especially at the time when the share of the proceeds of sale of the collaterals is distributed if the debtors default although, according to UUHT, they still have the right to own the collaterals in deferent level. Besides the hypothecation, the agreement on the share of the collaterals is intended to give legal security on the full payment of the credit by the debtors and to minimize the potential conflict among the joint creditors in this joint financing system. The foreclosure on the land as the hypothecation cannot be implemented because the government, through UUHT, has given legal position to the creditors as the holder of the hypothecation which is based on hypothecation certificate issued by the local Land Office. By the issuance of the Hypothecation certificate based on the registration of the hypothecation, the hypothecation becomes valid and binding to the third party. In giving the joint financing system, if the debtors default which can cause nonperforming loan, the agents who guarantee they act as the representatives of and on behalf of the creditors, based on credit and hypothecation agreements, have the right to invoke the credit agreement after they know from the creditors that the debtors default. After the collaterals are sold out, the proceeds of sale is implemented in pari pissu and proportionally to the amount of the debtors’ debts to each creditor. This is regulated in the credit and hypothecation agreements which are not based on the level of each creditor as the holders of the hypothecation as it is regulated in UUHT. Keywords: Credit, Joint Financing, Hypothecation Universitas Sumatera Utara iii KATA PENGANTAR Pertama-tama Peneliti bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan Program Studi Magister Kenotariatan pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dengan judul ”Aspek Hukum Joint Financing Kredit Dengan Pemberian Jaminan Hak Tanggungan” Didalam penyelesaian tesis ini peneliti banyak memperoleh bantuan baik berupa pengajaran, bimbingan, arahan dan bahan informasi dari semua pihak. Jadi tepatlah kiranya pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTMH, M.Sc CTM, Sp.A K,