33
zaman penjajahan yang hingga kini masih berlaku. Dalam penelitian ini data yang digunakan berasal dari UU Perbankan, UU HT, UU PT, Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata Burgerlijk Wetboek, PBI No. 1125PBI2009, Surat Edaran Bank Indonesia nomor 79DPNP tahun 2005 Perihal Sistem Informasi
Debitur “SEBI No. 79DPNP tahun 2005“ dan peraturan terkait lainnya.
2. Sumber hukum sekunder
Yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi atau hal-hal yang berkaitan dengan isi sumber primer serta implementasinya seperti laporan penelitian,
artikel ilmiah, buku, makalah pertemuan ilmiah, skripsi dan tesis yang berhubungan dengan penelitian peneliti.
3. Sumber hukum tersier
Yaitu bahan referensi, bahan acuan atau bahan rujukan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap sumber primer atau sumber sekunder.
Bahan acuan ini membantu peneliti dalam memperoleh informasi tertentu secara cepat. Dengan demikian peneliti bisa secara langsung menuju kepada informasi
yang dimuat dalam bahan acuan sumber tersier tersebut. Dalam penelitian ini. sumber tersier yang digunakan oleh peneliti adalah ensiklopedi dan kamus
sebagai bahan rujukan untuk memperoleh informasi berupa pengertian suatu kata atau istilah yang diperlukan dalam penelitian ini.
3. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara sebagai berikut:
1. Wawancara dimaksudkan melakukan tanya jawab secara langsung antara peneliti dengan narasumber untuk mendapatkan informasi
50
. Informasi tersebut dihimpun dari narasumber yang telah ditentukan dengan menggunakan
pedoman wawancara sehingga diperoleh data primer untuk memperkuat jawaban dari permasalahan yang telah dirumuskan. Narasumber yang telah
ditentukan tersebut, yakni : Pejabat Bank Mestika, khususnya bagian kredit yang menangani pemberian kredit secara joint financing dan Notaris di Kota Medan
50
Ibid., hlm 161.
Universitas Sumatera Utara
34
sebagai pembuat akta yang berhubungan dengan joint financing kredit. 2. Studi dokumen, yaitu menghimpun data dengan melakukan penelaahan bahan
kepustakaan atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan non hukum.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang akurat dan relevan, dilaksanakan 2 dua tahap penelitian antara lain :
1. Penelitian Lapangan field research
Dilakukan penelitian ke lapangan untuk memperoleh bahan hukum primer melalui narasumber yaitu pejabat bank khususnya yang menangani bagian kredit agar
didapat gambaran mengenai joint financing kredit. 2.
Penelitian Kepustakaan library research Penelitian Kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data sekunder baik yang
berupa bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Setelah diinventarisir dilakukan penelaahan untuk membuat intisari dari setiap peraturan yang
bersangkutan.
5. Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan mengurai sesuatu sampai ke komponen- komponennya dan kemudian menelaah hubungan masing-masing komponen dengan
keseluruhan konteks dari berbagai sudut pandang. Penelaahan dilakukan sesuai dengan
Universitas Sumatera Utara
35
tujuan penelitian yang telah ditetapkan.
51
Adapun analisis data difokuskan pada kegiatan mengumpulkan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penelitian ini
yaitu KUH Perdata, UU Perbankan, UUHT, UU PT, PBI No. 1125PBI2009, PBI No. 782005, SEBI No.
79DPNP tahun 2005 dan peraturan terkait lainnya serta memilah-milah pendapat para sarjana yang berkaitan dengan penelitian hukum ini dan karya tulis ilmiah
lainnya. Bahan Hukum sekunder yang diperoleh dari penelitian kepustakaan dan bahan
hukum primer yang diperoleh dari penelitian lapangan kemudian disusun secara berurutan dan sistematis dan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan pendekatan
kualitatif, yang merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analitis, yaitu apa yang dinyatakan oleh sasaran penelitian yang bersangkutan secara
tertulis atau lisan dan perilaku nyata.
52
Metode pendekatan kualitatif yang digunakan adalah metode deduktif, yaitu cara berpikir yang dimulai dari hal-hal bersifat umum
untuk selanjutnya menuju kepada hal-hal yang bersifat khusus dalam menjawab segala permasalahan dalam suatu penelitian. sehingga memungkinkan menghasilkan
kesimpulan yang menjawab permasalahan yang telah ditetapkan.
51
Ibid., hlm 67.
52
Ibid., hlm. 67.
Universitas Sumatera Utara
36
BAB II PELAKSANAAN SISTEM PEMBERIAN KREDIT SECARA SECARA
JOINT FINANCING DENGAN PEMBERIAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN A. Manfaat
Joint Financing Kredit 1. Bagi Kreditur
Pemberian Kredit dalam jumlah besar untuk membiayai proyek-proyek tertentu secara joint financing
53
kepada debitur dari dan oleh kreditur secara bersama-sama dengan kreditur lainnya sangat bermanfaat dan memberikan beberapa keuntungan.
Beberapa manfaat dan keuntungan tersebut bagi kreditur atau bank antara lain :
54
1. Bagi bank yang sebelumnya tidak memiliki hubungan dengan debitur, keikut sertaannya memberikan kesempatan baginya untuk menjalin hubungan dengan
debitur yang bersangkutan. Bagi bank hubungan ini sangat menguntungkan terutama apabila debitur merupakan pengusaha besar yang memiliki reputasi
sangat bagus dalam dunia bisnis.
2. Untuk mengatasi masalah Batas Maksimum Pemberian Kredit BMPK atau Legal Lending Limit. Apabila permintaan kredit yang diajukan oleh debitur bank
sedemikan besar jumlahnya sehingga tidak mungkin dibiayai seluruhnya oleh bank itu sendiri tanpa melanggar BMPK, sedangkan bank tidak ingin kehilangan
melepas hubungan dengan debitur tersebut. Bila hal ini terjadi, sudah tentu merupakan kerugian besar bagi bank tersebut dan bahkan tidak mustahil bank
lain yang menampung debitur tersebut akan mengambil alih semua kredit yang telah diberikannya.
3. Menambah salah satu pendapatan bank yang berasal fee based income disamping pendapatan atas bunga kredit. Perlu dipahami bahwa pada pemberian
kredit biasa, bank pemberi kredit hanya akan memperoleh bunga atas pemberian kredit itu dan tidak dimungkinkan untuk untuk menarik pembayaran fee debitur.
53
Pada prinsipnya sifat pemberian kredit secara joint financing hampir sama dengan pemberian kredit secara sindikasi, karena sama-sama diberikan oleh lebih dari satu kreditur pada seorang debitur
untuk pembiayaan proyek-proyek tertentu dalam jumlah besar sehingga secara umum manfaat kedua jenis kredit tersebut adalah hampir sama.
54
Sutan Remy, Sjahdeini, Kredit Sindikasi Proses, Teknik Pemberian, dan Aspek Hukumnya, Op. Cit., hlm. 25 – 28.
36
Universitas Sumatera Utara
37
4. Memungkinkan bagi suatu bank untuk berbagi resiko dengan bank-bank lainnya. Bentuk kredit ini adalah suatu teknik bagi suati bank untuk dapat menyebarkan
risiko dalam pemberian kredit. Karena itu biasanya tidak cocok untuk kredit yang jumlahnya kecil.
5. Menjaga likuiditas dari bank itu sendiri karena kredit dalam jumlah yang sangat besar sangat berpengaruh bagi bank yang terbatas likuiditasnya.
6. Meningkatkan reputasi bank dikalangan perbankan dan dunia usaha pada umumnya.
2. Bagi Debitur