Perlindungan Pemegang Saham Minoritas Melalui Appraisal Rights

paling lambat 30 tiga puluh hari sebelum dilakukannya pemanggilan RUPS. Dalam hal penggabungan dan peleburan yang telah diterima oleh direksi perseroan, pada Pasal 133 ayat 1 UUPT No. 40 Tahun 2007 menyebutkan hasilnya harus diumumkan kedalam 1 satu surat kabar atau lebih dengan jangka waktu paling lambat 30 tiga puluh hari terhitung sejak tanggal berlakunya penggabungan dan peleburan. Begitupun juga dengan perseroan yang sahamnya diambil alih, Pasal 133 ayat 2 UUPT mewajibkan direksi perseroan untuk melakukan pengumuman seperti yang dimaksud oleh Pasal 133 ayat 1 tersebut. Hampir dari seluruh aturan yang terdapat dalam pasal-pasal UUPT mengatur keterbukaan dalam hal pengumuman dilakukan melalui media surat kabar. Hal ini sangat beralasan mengingat surat kabar merupakan media yang sangat mudah untuk dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

C. Perlindungan Pemegang Saham Minoritas Melalui Appraisal Rights

Salah satu hak yang dimiliki oleh pemegang saham minoritas adalah hak untuk memberikan dissenting opinion, yaitu hak untuk berbeda pendapat, termasuk untuk tidak menyetujui keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan tertentu yang dilakukan oleh direksi. Tindakan-tindakan tersebut haruslah tindakan yang substansial bagi pemegang saham dan perusahaan secara keseluruhan. Seperti merger, akuisisi dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara Tindakan dissenting opinion ini diwujudkan melalui appraisal rights, yaitu pemegang saham minoritas yang tidak setuju dengan tindakan yang dilakukan oleh direksi boleh memilih jalan lain dengan mempergunakan hak appraisalnya appraisal right, atau yang sering disebut juga dengan istilah dissenters right atau right of dissent, yang merupakan hak untuk keluar dari perusahaan dengan kewajiban perusahaan untuk membeli saham pemegang saham yang keluar tersebut dengan saham yang dinilai appraise pada harga yang pantas. 109 Yang dimaksud dengan hak menjual saham” appraisal right adalah hak dari pemegang saham yang merasa dirugikan dari tindakan-tindakan perusahaan untuk menjual saham-sahamnya. Didalam Pasal 62 ayat 1 Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 hanya memberikan hak appraisal terhadap tindakan-tindakan sebagai berikut: a. Perubahan anggaran dasar; b. Pengalihan atau penjaminan kekayaan perseroan yang mempunyai nilai lebih dari 50 lima puluh persen kekayaan bersih perseroan; c. Penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan. Sehingga apabila pemegang saham minoritas tidak setuju terhadap tindakan- tindakan sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 62 ayat 1 tersebut, maka penjualan saham-saham tersebut dilakukan kepada: 110 109 Munir Fuady d, Op.Cit., hlm.177-178. 110 Munir Fuady a, Op.Cit., hlm.128. Universitas Sumatera Utara

a. penjualan kepada pihak pemegang saham lainnya atau pihak luar perusahaan

menurut Pasal 126 ayat 2 Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, yaitu apabila pemegang saham minoritas yang tidak setuju terhadap tindakan tersebut tidak dapat menjual sahamnya kepada pihak lain, maka pemegang saham minoritas yang tidak setuju tersebut dapat memaksa perusahaan untuk membeli saham-sahamnya dengan alasan perusahaan tetap melaksanakan rencana yang tidak disetujui oleh pemegang saham minoritas tersebut. 111

b. Penjualan kepada perseroan

Pihak pemegang saham yang tidak setuju terhadap tindakan akuisisi tersebut dapat meminta kepada perseroan agar sahamnya dibeli kembali sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 62 ayat 1 UUPT. Kemudian sesuai dengan Pasal 37 ayat 1 UUPT dalam hal ini perseroan wajib membeli saham tersebut berdasarkan hak yang dimilikinya, yaitu hak untuk membeli kembali saham-saham perseroan tersebut. Akan tetapi pembelian atas saham yang dilakukan oleh perseroan memiliki batas maksimum, yakni tidak boleh melebihi 10 sepuluh persen dari modal yang ditempatkan. Apabila pembelian saham oleh perseroan terhadap saham pemegang saham minoritas yang tidak setuju melebihi jumlah tersebut, maka 111 Munir Fuady d, Op.Cit., hlm.189-190. Universitas Sumatera Utara perseroan wajib mengusahakan saham tersebut dibeli oleh pihak lain pemegang saham lain atau pihak luar. 112 Selanjutnya dalam hal perseroan telah berupaya untuk mencari pihak lain agar membeli saham pihak minoritas yang tidak setuju tersebut ternyata tidak menemukan pihak pembeli dengan harga wajar, maka hal ini berarti tindakan akuisisi oleh perusahaan harus dihentikan karena tidak dapat memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan oleh undang-undang. Namun apabila dalam hal demikian pihak perseroan tetap bersikeras untuk melanjutkan tindakan akuisisi tersebut, maka pihak pemegang saham minoritas tersebut membatalkannya melalui derivative suit atau mengajukan gugatan langsung direct suit. 113 Tentang hak appraisal ini, Pasal 62 Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 haruslah dibaca bersama-sama dengan Pasal 37 ayat 1. Pasal 37 ayat 1 menyatakan sebagai berikut: 1. Perseroan dapat membeli kembali saham yang telah dikeluarkan dengan ketentuan: a. Pembelian kembali saham tersebut tidak menyebabkan kekayaan bersih perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan, ditambah dengan cadangan wajib yang telah disisihkan; 112 Ibid., hlm .190. 113 Ibid., Universitas Sumatera Utara b. Jumlah nilai nominal seluruh saham yang dibeli kembali oleh perseroan tidak melebihi 10 sepuluh persen dari jumlah modal yang telah ditempatkan di perseroan. Dari ketentuan Pasal 62 dan Pasal 37 ayat 1 Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 tersebut terlihat bahwa syarat-syarat suatu perusahaan dapat membeli kembali saham-sahamnya adalah sebagai berikut: 114 1. Hak appraisal adalah hak dari setiap pemegang saham tanpa melihat persentase kepemilikan sahamnya tersebut. 2. Harga saham yang dibeli oleh perseroan haruslah harga yang wajar. 3. Hak appraisal baju ada jika perseroan melakukan tindakan korporat tertentu yang merugikan pemegang saham. 4. Jika perusahaan tidak dapat membeli saham lagi karena melebihi batas maksimum sebagaimana yang ditentukan pada Pasal 37 ayat 1 huruf b UUPT, maka perusahaan wajib mengusahakan agar sisa saham dibeli oleh pihak lain. 5. Harga pembelian saham oleh perusahaan harus diambil dari laba bersih perusahaan. 6. Pembelian kembali saham tersebut tidak menyebabkan kekayaan perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan ditambah cadangan yang diwajibkan. 114 Ibid., hlm.181. Universitas Sumatera Utara 7. Jumlah nominal seluruh saham yang dibeli kembali oleh perseroan dan gadai saham atau jaminan fidusia atas saham yang dipegang oleh perseroan sendiri danatau perseroan lain yang sahamnya secara langsung maupun secara tidak langsung dimiliki oleh perseroan tidak melebihi 10 sepuluh persen dari jumlah modal yang ditempatkan. 8. Pembelian kembali saham tidak menyebabkan ditariknya saham tersebut, kecuali dalam hal pengurangan modal. 9. Perolehan saham oleh perseroan yang bertentangan dengan Pasal 37 UUPT akan batal karena hukum. Dalam perkembangannya, institusi hak appraisal ini sebenarnya mempunyai dua fungsi yuridis sebagai berikut: 115 1. Berfungsi sebagai jalan keluar bagi pemegang saham minoritas terhadap perusahaan yang telah berubah secara fundamental, dimana pemegang saham tersebut tidak setuju terhadap perubahan tersebut. 2. Berfungsi untuk menjaga keadilan bagi pemegang saham dengan menggunakan institusi hukum berupa hak appraisal ini, mencoba mengusir pihak pemegang saham minoritas dari perusahaan dengan merancang sebuaah perubahan aturan prinsipil yang tidak disenangi oleh pemegang saham minoritas, bahkan sangat merugikan pemegang saham minoritas. 115 Ibid., hlm.193. Universitas Sumatera Utara Didalam dunia ilmu hukum korporat tentang appraisal rights, banyak terdapat teori-teori hukum yang dikenal, teori-teori tersebut ada yang mendukung pelaksanaan appraisal right dan ada pula teori yang menentang pelaksanaan appraisl right. Teori-teori tersebut adalah sebagai berikut: 116 Teori-teori yang mendukung pelaksanaan appraisal rights:

1. Teori Maksud Tak Sampai

Teori maksud tak sampai atau defeated expectations adalah teori yang mengajarkan bahwa apabila seseorang telah memiliki saham pada suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang tertentu, maka tidaklah dapat dipaksakan untuk bergabung dan memiliki saham pada perusahaan lainnya sebagai akibat dari akuisisi, meskipun dia hanya sebagai pemegang saham minoritas. Sehingga appraisal rights merupakan jaaln keluar bagi pemegang saham minoritas yang tidak menyetujui tindakan perusahaan tersebut dan memilih untuk mencari perusahaan lainnya yang lebih disukai. Namun, terdapat 2 dua kritikan terhadap teori ini, yakni: 117 a. Sebenarnya terletak pada keinginan pemegang saham yang lebih mengarah kepada penghindaran resiko dan return yang didapat. Mereka tidak terlalu memperdulikan hal-hal yang bersifat sentiment, ideology, jenis kegiatan dari perseroan, dan lain-lain. 116 Munir Fuady a, Op.Cit., hlm.131. 117 Ibid., hlm.132. Universitas Sumatera Utara b. Pada umumnya pemegang saham investor lebih menginginkan perusahaan agar sering melakukan perubahan-perubahan korporat dalam hubungan dengan investasi mereka.

2. Teori Locus Poenitentiae

Teori locus poenitentiae ini disebut juga teori penyesalan yang mengajarkan bahwa dengan adanya appraisal rights berarti sebagai pengingat bahwa pihak manajemen yang melakukan deal akuisisi harus ekstra berhati-hati terhadap keputusan yang mereka lakukan sehingga pihak manajemen terdorong untuk tidak melakukan akuisisi yang dapat merugikan perusahaan maupun pemegang saham. Jadi, pemberlakuan pranata hukum appraisal rights ini dapat merupakan sarana pengecekan, meskipun terasa tidak terlalu mencampuri urusan pihak manajemen yang kemungkinan dalam mengambil keputusan akuisisi merupakan tindakan yang salah. 118

3. Teori Kompensasi

dalam teori ini mengajarkan bahwa keputusan untuk melakukan akuisisi oleh perusahaan, tetap ada pihak-pihak yang merasa dirugikan. Oleh karenanya pemberlakuan appraisal rights dirasa sangat adil karena 118 Ibid., Universitas Sumatera Utara perusahaan membeli kembali saham-saham pemegang saham minoritas sebagai kompensasi terhadap keputusan akuisisi yang tidak disetujui. 119 Selanjutnya teori-teori yang menentang terhadap pelaksanaan appraisal rights adalah sebagai berikut:

1. Teori Konsistensi

Teori konsistensi ini menyebutkan bahwa hukum tidak konsisten terhadap penerapan appraisal rights tersebut. Sebab, ada banyak tindakan korporat lainnya selain akuisisi yang dapat merugikan kepentingan pemegang saham minoritas seperti misalnya tindakan perusahaan dalam merubah haluan bnisnis dan perubahan anggaran dasar. Tindakan tersebut juga bisa saja menyebabkan kepentingan pemegang saham minoritas dirugikan. Namun hal seperti ini tidak diberikan appraisal rights kepada pemegang saham minoritas. 120

2. Teori Pasar Modal

Teori pasar modal ini mengajarkan bahwa khususnya terhadap perusahaan terbuka, maka tidak diperlukan appraisal rights mengingat pihak yang menyetujuinya dapat menjual sahmanya dipasar modal dengan harga pasar yang harga tersebut dianggap pantas dan layak bagi yang bersangkutan. 121 119 Ibid., hlm.133. 120 Ibid., 121 Ibid., Universitas Sumatera Utara

3. Teori Penyedotan Dana

Teori penyedotn dana cash drain ini mengajarkan bahwa pemberlakuan appraisal rights ini menyebabkan perusahaan akan kekurangan dana sebab perusahaan diwajibkan untuk membeli kembali saham dari pemegang saham minoritas yang tidak setuju terhadap keputusan akuisisi, sehingga bukan tidak mungkin perusahaan akan menghentikan tindakan akuisisi tersebut yang mungkin sangat bermanfaat bagi perusahaan yang bersangkutan. Terdapat sanggahan terhadap teori penyedotan dana ini. Sanggahan tersebut yaitu: 122 a. Jika keputusan akuisisi tersebut memang bermanfaat bagi perusahaan, mengapa pihak pemegang saham minoritas terlalu sulit diyakinkan tentang manfaat akuisisi tersebut. Jika pemegang saham minoritas tidak sulit untuk diyakinkan, tentunya appraisal rights tersebut tidak perlu dilakukan. b. Jika akuisisi tersebut bermanfaat bai perusahaan, tentunya tidak sulit bagi pihak manajemen untuk mencari sumber dana agar dapat membayarkan harga saham dalam hal pelaksanaan appraisal right tersebut. Seperti yang disebutkan bahwa pelaksanaan appraisal rights pada pemegang saham minoritas harus diberikan harga yang pantas terhadap sahamnya 122 Ibid., hlm.133-134. Universitas Sumatera Utara oleh perusahaan. Dengan demikian untuk menentukan dan mengetahui maksud harga yang pantas tersebut, terdapat 3 tiga teori yang dikenal, yakni: 123

1. Teori Nilai Perolehan

Nilai perolehan earningsvalueini melihat kepada nilai perolehan atau investasi. Dalam hal ini biasanya dilihat dari nilai perolehan yang akan dicapai perusahaan pada masa yang akan datang future earnings setelah didiskon dengan nilai yang diperoleh perusahaan sekarangpresent value.

2. Teori Nilai Pasar

Teori nilai pasar atau market value ini mengajarkan bahwa harga saham dilihar berdasarkan nilai pasar saham yang bersangkutan sebelum diumumkannya akuisisi tersebut. Nilai pasar dari saham ini sulit ditentukan secara pasti khususnya pada perusahaan yang bukan merupakan perusahaan terbuka.

3. Teori nilai aset

Teori ini mengajarkan bahwa harga saham dari saham yang dibelih oleh perusahaan dalam hal pemegang saham minoritas melakukan appraisal rights adalah sebesar nilai aset di pasar yang wajar. Hal ini akan mendongkrak harga saham tersebut seandainya dalam perusahaan terdapat aset-aset yang untuk sementara tidak aktif atau tidak menghasilkan, padahal harga aset tersebut lumayan material besarnya. 123 Ibid., hlm.134-135. Universitas Sumatera Utara

D. Perlindungan Pemegang Saham Minoritas melalui Silent Majority