Hak-Hak Pemegang Saham Minoritas

Asas one share one vote ini memberikan batasan kepada masing-masing pemegang saham dalam menyampaikan aspirasinya sesuai dengan jumlah saham yang dimiliki. Namun melihat sifatnya, asas ini dirasa belum memenuhi rasa adil bagi pihak pemegang saham minoritas. Karena dalam hal ini tetap pihak minoritas akan kalah. Hal inilah yang menyebabkan pelunya perlindungan hukum diberikan kepada pemegang saham minoritas, mengingat sangat dominannya pengaruh pihak pemegang saham mayoritas terhadap kepentingan pihak pemegang minoritas. 99

B. Hak-Hak Pemegang Saham Minoritas

Posisi pemegang saham minoritas di dalam suatu perusahaan memang sering kali diabaikan bahkan dirugikan. Seperti yang diketahui, hal ini terjadi karena adanya persepsi yang menganggap bahwa pemegang saham mayoritaslah yang mempunyai peran penting dalam hal kemajuan suatu perusahaan terutama dari segi pemasukan modalnya. Anggapan bahwa pemegang saham mayoritas yang paling berjasa dalam memperbesar pundi-pundi keuangan perusahaan dibuktikan dengan persentase volume penguasan pemasukan modal kepada perusahaan. 100 Hal ini semakin diperkuat lagi dengan adanya asas one share one vote yang terkandung di dalam Pasal 84 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Sehingga apabila diadakan RUPS, pemegang saham minoritas 99 Ibid., hlm.5. 100 Kadir, Adriawan, Pemegang Saham Minoritas, http:www.ka- lawoffices.comarticlesarticle1., diakses tanggal 3 Februari 2014 Universitas Sumatera Utara tidak pernah menang apabila keputusan diambil secara voting. Ini semua disebabkan karena baik dewan komisaris maupun direksi perusahaan tersebut merupakan pemegang saham mayoritas yang tentunya mempunyai volume saham yang besar di perusahaaan tersebut. 101 Mengingat kepentingan pemegang saham minoritas yang sering menjadi korban, sehingga menimbulkan kerugian kepada pihak pemegang saham minoritas, untuk itu Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas melakukan beberapa terobosan, yang sebenarnya telah dilakukan oleh berbagai Undang-undang Perseroan di negara-negara maju. Diantara terobosan tersebut adalah perlindungan terhadap pemegang saham minoritas. Undang- Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas memberikan perlindungan melalui pasal-pasalnya yang dapat dijadikan dasar dari hak-hak pemegang saham minoritas di dalam perusahaan. Adapun bentuk hak-hak tersebut adalah:

1. Hak Mengajukan Gugatan Langsung Direct Suit

Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 61 ayat 1 UUPT yang isinya adalah setiap pemegang saham berhak untuk menggugat perseroan ke pengadilan negeri apabila karena tindakan dari perseroan yang tidak adil menyebabkan pemegang saham mengalami kerugian. 102 Gugatan langsung ataupun Direct Suit ini merupakan gugatan yang dilakukan oleh pemegang saham minoritas yang bertindak untuk dan atas nama dirinya sendiri menggugat perusahaan dengan alasan pemegang saham minoritas merasa 101 Ibid., 102 UU 40 Tahun 2007, Pasal 61 ayat 1. Universitas Sumatera Utara dirinya dirugikan oleh perusahaan. Hal ini juga dapat dilakukan kepada siapa saja yang merugikan dirinya termasuk direksi danatau komisaris atau bahkan kepada pihak luar perusahaan sekalipun. 103 Menurut pasal 61 ayat 1 Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, maka setiap pemegang saham tanpa melihat berapa persen minimal saham yang dimilikinya berhak untuk mengajukan gugatan terhadap perusahaan ke pengadilan mana kala dirinya dirugikan oleh karena tindakan-tindakan yang tidak adil dan tanpa alasan yang wajar, yang dilakukan oleh direksi, dewan komisaris maupun oleh Rapat Umum Pemegang Saham. Dalam pasal 61 ayat 1 tersebut, gugatan yang dilakukan sebenarnya mempunyai beberapa sasaran, yaitu: 104 a. Untuk mencegah agar tindakan akuisisi yang dilakukan dapat dihentikan; b. Untuk mengambil langkah-langkah terhadap tindakan akuisisi yang telah terlanjur dilakukan. Dalam hal ini termasuk tindakan ganti rugi kepada pihak yang telah dirugikan; c. Untuk mencegah terjadinya tindakan serupa akuisisi di kemudian hari.

2. Hak Mengajukan Gugatan Derivatif Derivative Suit

Derivative Suit adalah gugatan yang berdasarkan pada hak utama primary right dari perseroan, tetapi dilakukan oleh pemegang saham untuk dan atas nama perusahaan. Jadi jika dalam gugatan biasa yang mewakili perusahaan adalah 103 Munir Fuady a, Op.Cit., hlm.126. 104 Ibid., Universitas Sumatera Utara direksi maka lain hal dengan gugatan derivatif yang dimana perusahaan jusrtu diwakili oleh pemegang saham untuk menggugat yang dalam hal ini direksi yang menjadi pihak tergugatnya. Seperti yang disebutkan dalam Pasal 97 ayat 6 dan pasal 114 ayat 6 Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 memperkenankan pelaksanaan hak untuk mengajukan gugatan derivatif kepada pemegang saham dengan syarat sebagai berikut: a. Gugatan paling sedikit dilakukan oleh 10 sepuluh persen pemegang saham, dan b. Gugatan diajukan hanya kepada direksi danatau dewan komisaris perseroan yang bersangkutan.

3. Hak Melakukan Pemeriksaan dokumen Perusahaan

Di dalam pasal 138 ayat 1 UUPT Nomor 40 Tahun 2007 dikatakan bahwa “pemeriksaan terhadap Perseroan dapat dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data atau keterangan dalam hal terdapat dugaan bahwa: a. Perseroan melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan pemegang saham atau pihak ketiga; atau b. Anggota Direksi atau Dewan Komisaris melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan Perseroan atau pemegang saham atau pihak ketiga.” pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas Pasal 138 ayat 3 huruf a UUPT berhak untuk meminta dilakukan pemeriksaan terhadap perseroan Universitas Sumatera Utara oleh pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat keududukan perseroan dengan mengajukan permohonan secara tertulis, dengan tujuan untuk mendapatkan akses dan informasi mengenai perseroan tersebut, berhubung terdapat dugaan adanya kecurangan-kecurangan atau hal-hal yang disembunyikan oleh Direksi, Komisaris atau pemegang saham mayoritas. Pada dasarnya yang melakukan pengawasan terhadap direksi dalam pengelolaan perseroan adalah komisaris, namun dalam praktik sering sekali terjadi kesalahan dan kelalaian yang mengakibatkan kerugian pada pemegang saham minoritas sehingga pemegang saham minoritas berhak untuk melakukan pemeriksaan kegiatan operasional perusahaan melalui pemeriksaan dokumen perusahaan. 105

4. Hak Meminta dilaksanakannya RUPS

Permintaan untuk dilaksanakannya RUPS dapat dilakukan oleh pemegang saham minoritas manakala pemegang saham minoritas merasa ada hal-hal yang penting yang perlu diputuskan dalam rapat. Hal ini sesuai dengan Pasal 79 ayat 2 UU Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang mengatakan 1 satu orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama mewakili 110 satu persepuluh dari seluruh jumlah saham dengan hak suara, berhak meminta penyelenggaraan RUPS. 105 Fransiscus Xaverius Denny Satria Aliandu, Perlindungan HUkum Pemegang Saham Dalam Perseroan, http:dennyaliandu.blogspot.com201305perlindungan-hukum-pemegang- saham, diakses tanggal 4 Februari 2014. Universitas Sumatera Utara Dengan tidak dilakukannya pemanggilan RUPS oleh direksi atau komisaris maka pemegang saham minoritas dapat melakukan pemanggilan sendiri sesuai dengan Pasal 80 ayat 1 UUPT menyatakan pemegang saham minoritas berhak untuk mengajukan permohonan kepada ketua pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat perseroan didirikan, agar memberikan izin kepada pemohon untuk melakukan pemanggilan sendiri. 106

5. Hak Meminta Perseroan dibubarkan

Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 memberikan hak kepada pemegang saham minoritas untuk dapat mengajukan usulan atau meminta agar perseroan dibubarkan. Permintaan pembubaran perseroan tersebut dilakukan melalui RUPS. Dalam Pasal 144 ayat 1 dikatakan bahwa direksi, dewan komisaris dan pemegang saham ninoritas yang mewakili paling sedikit 110 satu persepuluh bagian dari seluruh saham dengan hak suara dapat mengajukan usulan agar perseroan dibubarkan melalui RUPS. Pembubaran dapat dilakukan, namun tidak menjadi suatu keharusan. Karena pembubaran hanya dapat dilakukan apabila memenuhi syarat yang ada dalam Pasal 87 ayat 1 dan Pasal 89. 107 1. Syarat kuorum kehadiran paling sedikit 34 tiga perempat dari jumlah seluruh saham dengan hak suara, hadir atau diwakili dalam RUPS, Adapun syaratnya tersebut adalah: 106 UU 40 Tahun 2007, Pasal 80 ayat 1. 107 UU 40 Tahun 2007, Pasal 144 ayat 2. Universitas Sumatera Utara 2. Syarat sahnya keputusan RUPS apabila disetujui paling sedikit 34 bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan dalam RUPS Namun, seperti yang terdapat didalam Pasal 144 ayat 2, pengambilan keputusan RUPS juga harus sesuai dengan Pasal 87 ayat 1 yaitu harus lebih dahulu dilakukan secara musyawarah untuk mufakat, agar keputusan yang diambil sesuai dengan persetujuan para pemegang saham yang hadir dalam RUPS. Dalam hal ini, sangat mungkin diadakannya RUPS kedua apabila RUPS pertama gagal mencapai kuorum kehadiran sesuai dengan Pasal 89 ayat 1, maka menurut Pasal 89 ayat 3 RUPS dapat dialksanakan kembali jika jumlah pemegang saham dengan hak suara yang hadir paling sedikit 23 dua pertiga dan keputusan sah apabila disetujui oleh paling sedikit 34 tiga perempat dari suara yang hadir. Pembubaran perseroan juga dapat dilakukan oleh pengadilan negeri atas permintaan dari pemegang saham minoritas dan mayoritas seperti yang tertulis dalam Pasal 146 ayat 1 huruf c Undang-Undang Perserroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 yang mengatakan pengadilan negeri dapat membubarkan perseroan atas permohonan pemegang saham, direksi atau dewan komisaris berdasarkan alasan perseroan tidak mungkin untuk dilanjutkan. Universitas Sumatera Utara

6. Hak untuk Memperoleh Keterbukaan Informasi

Undang-Undang Perseroan Terbatas sebagai alat dalam melindungi pemegang saham minoritas di Indonesia, juga mengatur tentang asas keterbukaan yang merupakan fondasi dari perlindungan pemegang saham minoritas. Dalam hal keterbukaan ini, UUPT menginplementasikannya melalui pengaturan dalam pasal- pasalnya yang mewajibkan perseroan terbatas untuk mengumumkan kegiatan atau dokumen tertentu suatu perseroan melalui beberapa sarana kewajiban pengumuman tersebut diantaranya: 108 1. Pendirian perseroan yang diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia dalam Pasal 30 ayat 1 dilakukan oleh Menteri: a. Akta pendirian perseroan beserta Keputusan Menteri sebagaimana dlam Pasal 7 ayat 4; b. Akta perubahan anggaran dasar perseroan berdasarkan Keputusan Menteri sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 21 ayat 1; c. Akta perubahan anggaran dasar yang telah diterima pemberitahuannya oleh Menteri. 2. Dalam Pasal 34 ayat 3 UUPT, penyetoran atas modal saham dapat dilakukan dalam bentuk uang danatau dalam bentuk lainnya. Penyetoran saham dalam bentuk tidak bergerak tersebut harus diumumkan dalam 1 satu surat kabar atau lebih, dalam jangka waktu 14 empat belas hari 108 http:fikiwarobay.blogspot.com201205perlindungan-hukum-terhadap-pemegang, Terakhir kali diakses tanggal 9 Februari 2014. Universitas Sumatera Utara setelah akta pendirian tersebut ditandatangani ataupun setelah RUPS memutuskan penyetoran saham tersebut. 3. Keputusan RUPS yang dilakukan dalam hal pengurangan modal perseroan wajib diumumkan oleh direksi. Hal ini seperti yang diatur dalam Pasal 44 ayat 2 yaitu direksi wajib untuk memberitahukan keputusan RUPS dalam hal pengurangan modal perseroan kepada semua kreditor dengan mengumumkannya ke dalam 1 satu surat kabar dalam jangka waktu paling lambat 7 tujuh hari terhitung dari tanggal keputusan RUPS tersebut. 4. Keterbukaan juga terlihat dalam hal laporan tahunan, yang dimana laporan tahunan yang disampaikan oleh direksi kepada RUPS setelah ditelaah oleh dewan komisaris, kemudian ditandatangani oleh semua anggota direksi dan semua anggota dewan komisaris yang menjabat pada tahun buku, dapat diperiksa oleh pemegang saham. Hal ini terdapat dalam Pasal 66 ayat 1 dan Pasal 67 ayat 1 Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007. 5. Seperti halnya laporan tahunan, UUPT juga mengatur keterbukaan dalam hal laporan keuangan pereroan kepada akuntan publik untuk diaudit yang terdapat dalam Pasal 68 ayat 1, yang dimana neraca dan laporan labarugi dari laporan keuangan tersebut seperti yang terdapat dalam Pasal 68 ayat 1 huruf a, huruf b, dan huruf c setelah mendapat pengesahan RUPS wajib diumumkan kedalam 1 satu surat kabar Pasal 68 ayat 4. Universitas Sumatera Utara 6. Bagi Perseroan Terbuka, UUPT juga mengatur tentang asas keterbukaan yaitu yang terkandung di dalam Pasal 83 ayat 1 yangmengatakan bahwa sebelum dilakukanya pemanggilan RUPS bagi Perseroan Terbuka, maka wajib di dahului dengan mengadakan pengumuman mengenai akan diadakannya pemanggilan RUPS dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. 7. Dalam hal pengangkatan anggota direksi yang tidak memenuhi persyaratan seperti yang dimaksud dalam Pasal 93 UUPT, maka anggota direksi dan dewan komisaris wajib untuk melakukan pengumuman tentang batalnya pengangkatan anggota direksi. Seperti yang diatur dalam Pasal 95 ayat 2 dikatakan pengumuman tersebut diumumkan dalam surat kabar dan memberitahukan kepada menteri untuk dicatat dalam daftar perseroan dengan jangka waktu paling lambat 7 tujuh hari terhitung sejak diketahui. 8. Perwujudan asas keterbukaan juga terlihat di dalam hal proses restrukturisasi yang dilakukan oleh perusahaan yaitu penggabungan, pengambilalihan, peleburan atau pemisahan seperti yang tertulis dalam Pasal 127 ayat 2 UUPT No. 40 Tahun 2007 yang isinya yaitu direksi perseroan yang akan melakukan penggabungan, pengambilalihan, peleburan atau pemisahan wajib mengumumkan ringkasan rancangannya kedalam 1 satu surat kabar dan juga mengumumkan kepada karyawan perseroan yang akan melaksanakan penggabungan, pengambilalihan, peleburan, atau pemisahan tersebut secara tertulis dengan jangka wktu Universitas Sumatera Utara paling lambat 30 tiga puluh hari sebelum dilakukannya pemanggilan RUPS. Dalam hal penggabungan dan peleburan yang telah diterima oleh direksi perseroan, pada Pasal 133 ayat 1 UUPT No. 40 Tahun 2007 menyebutkan hasilnya harus diumumkan kedalam 1 satu surat kabar atau lebih dengan jangka waktu paling lambat 30 tiga puluh hari terhitung sejak tanggal berlakunya penggabungan dan peleburan. Begitupun juga dengan perseroan yang sahamnya diambil alih, Pasal 133 ayat 2 UUPT mewajibkan direksi perseroan untuk melakukan pengumuman seperti yang dimaksud oleh Pasal 133 ayat 1 tersebut. Hampir dari seluruh aturan yang terdapat dalam pasal-pasal UUPT mengatur keterbukaan dalam hal pengumuman dilakukan melalui media surat kabar. Hal ini sangat beralasan mengingat surat kabar merupakan media yang sangat mudah untuk dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

C. Perlindungan Pemegang Saham Minoritas Melalui Appraisal Rights