Penyebab Kesulitan Belajar Peserta Didik Berdasarkan Pencapaian

58

b. Pandangan Kognitif

Menurut Pandangan ini seperti Jean Piaget, Robert Glaser, John Anderson, Jerome Bruner, dan David Ausubel Belajar adalah proses internal mental manusia yang tidak dapat diamati secara langasung. Perubahan terjadi dalam kemampuan seseorang untuk bertingkah laku dan berbuat dalam situasi tertentu, perubahan dalam tingkah lauku hanyalah suatu refleksi dari perubahan internal dan tak dapat diukur tanpa dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental. aspek-aspek yang tidak dapat diamati seperti pengetahuan, arti, perasaan, keinginan, kreatifitas, harapan dan pikiran. Menurut Crow crow dalam buku Educational Psycology 1958 menyatakan ”Learnig is acquisition of habits, knowledge, nad attitude”, belajar adalah memeproleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap. Belajar dalam pandangan mereka menunjuk adanya perubahan yang progresif dari tingkah laku Sobur, 2003. Pengertian ini menyangkut pada proses yang mempunyai konotasi urutan langkah atau kemajuan yang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan. Any change in any object or organism, particularly a behavioral or psychological change proses adalah suatu perubahan yang progresif menyangkut tingkah laku atau kejiwaan Syah, 2006. Dari berbagai pendapat dan pandangan mengenai definisi belajar terlepas dari berbagai macam kelemahan-kelemahan dari masing pandangan dapat disimpulkan bahwa belajar suatu porses yang terjadi dalam diri seseorang pandangan kognitif, tetapi juga menekankan pentingnya perubahan dalam tingkah laku yang dapat diamati sebagai pertanda bahwa belajar telah berlangsung pandangan behavioristik dengan menunjukkan perubahan yang progresif pada tingkah laku sehinga hasil yang dicapai maksimal.

4.2. Pengertian Kesulitan Belajar

Untuk memperjelas tentang kesulitan belajar , penulis akan memaparkan beberapa pengertian menurut pendapat para ahli sebagai berikut : Kesulitan Belajar Kesulitan belajar yang didefenisikan oleh The United States Office of Education USOE yang dikutip oleh Abdurrahman 2003:06 menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ajaran atau tulisan. 59 Di samping defenisi tersebut, ada definisi lain yang yang dikemukakan oleh The National Joint Commite for Learning Dissabilites NJCLD dalam Abdurrahman 2003:7 bahwa kesulitan belajar menunjuk kepada suatu kelompok kesulitan yang didefenisikan dalam bentuk kesulitan nyata dalam kematian dan penggunan kemampuan pendengaran, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar atau kemampuan dalam bidang studi biologi. Sedangkan menurut Sunarta 1985 : 7 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kesulitan belajar adalah “kesulitan yag dialami oleh peserta didik dalam kegiatan belajarnya, sehingga berakibat prestasi belajarnya rendah dan perubahan tingkah laku yang terjadi tidak sesuai dengan partisipasi yang diperoleh sebagaimana teman-teman kelasnya. Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa kesulitan belajar adalah suatu keadaan dalam proses belajar mengajar dimana anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Kesulitan belajar pada dasarnya adalah suatu gejala yang nampak dalam berbagai manivestasi tingkah laku, baik secara langsung maupun tidak langsung. Disebutkan pula mengenai individu yang mengalami kesulitan belajar menunjukkan gejala sebagai berikut. a. Hasil belajar yang dicapai rendah dibawah rata-rata kelompoknya. b. Hasil belajar yang dicapai sekarang lebih rendah disbanding sebelumnya. c. Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. d. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar. e. Menunjukkan sikap yang kurang wajar, misalnya masa bodoh dengan proses belajar, mendapat nilai kurang tidak menyesal, dst. f. Menunjukkan perilaku yang menyimpang dari norma, misalnya membolos, pulang sebelum waktunya, dst. g. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, misalnya mudah tersinggung, suka menyendiri, bertindak agresif, dan lain-lain. Pada dasarnya kesulitan belajar tidak hanya dialami oleh peserta didik yang berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh peserta didik berkampuan tinggi. selain itu, kesulitan belajar juga dapat dialami oleh peserta didik yang berkampuan rata – rata normal disebabkan oleh faktor –faktor tertentu yang menghambat tercapainya kinerja akademik sesuai dengan harapan. 60

5. Mengidentifikasi Kecakapan Peserta Didik Yang Memerlukan

Perbaikan 5.1. Konsep Identifikasi Masalah Kesulitan Belajar Sebelum mengidentifikasi kecakapan atau masalah kesulitan belajar peserta didik, guru sangat dianjurkan untuk terlebih dahulu mengenali gejala dengan cermat terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda peserta didik tersebut. Upaya ini disebut diagnosis yang bertujuan menetapkan “jenis penyakit” yakni jenis kesulitan belajatr peserta didik yang memerlukan perbaikan. Banyak langkah-langkah diagnostik yang dapat ditempuh guru, antara lain yang cukup terkenal adalah prosedur Weener Senf 1982 sebagaimana yang dikutip wardani 1991 sebagai berikut: a. Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang peserta didik ketika mengikuti pelajaran. b. Memeriksa penglihatan dan pendengaran peserta didik khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar. c. Mewawancarai orang tua atau wali peserta didik untuk mengetahi hal ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar. d. Memberikan tes diagnostic bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami peserta didikkecakapan yang memerlukan perbaikan. e. Memberikan tes kemampuan intelegensia IQ khususnya kepada peserta didik yang diduga mengalami kesulitan belajar. f. Menganalisis hasil; diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antar bagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar mengenai kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik yang memerlukan pemecahan masalah. g. Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan. h. Menyusun program perbaikan, khususnya program remedial teaching pengajaran perbaikan. 61

5.2. Langkah –langkah Hasil Identifikasi Program Pemecahan Masalah

a. Analisis Hasil Identifikasi program Data dan informasi yang diperoleh guru melalui diagnostik kesulitan belajar tadi perlu dianalisis sedemikian rupa, sehingga jenis kesulitan khusus yang dialami peserta didik yang berprestasi rendah itu dapat diketahui secara pasti. b. Menentukan Kecakapan Bidang Bermasalah Bidang-bidang kecakapan bermasalah dapat dikategorikan menjadi tiga macam: 1 Bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru sendiri. 2 Bidang kecakapan bermasalh yag tidak dapt ditangani oleh guru dengan bantuan orang tua. 3 Bidang kecakapan bermasalah yang tidak dapat ditangani baik oleh guru maupun orangtua. c. Menyusun program Perbaikan Dalam hal menyusun program pengajaran perbaikan remedial teching, sebelumya guru perlu menetapkan hal-hal sebagai berikut: 1 Tujuan pengajaran remedial 2 Materi pengajaran remedial 3 Metode pengajaran remedial 4 Alokasi waktu pengajaran remedial 5 Evaluasi kemajuan siswa setelah mengikuti program pengajaran remedial. d. Melaksanakan Program Perbaikan Kapan dan dimana program pengajaran memerlukan perbaikan yang telah dirancang itu dapat anda laksanakan? Pada prinsipnya, program pengajaran perbaikan itu lebih cepat dilaksanakan lebih baik. Tempat penyelenggaraannya bisa dimana saja, asal tempat itu memungkinkan untuk peserta didik peserta didik yang memerlukan bantuan memusatkan perhatiannaya terhadap proses pengajaran perbaikan tersebut.

5.3. Pemecahan Masalah Kesulitan Belajar

Tugas pendidik atau guru adalah mempersiapkan generasi bangsa agar mampu menjalani kehidupan dengan sebaik-baiknya dikemudian hari .Dalam menjalankan tugas ini pendidikan berupaya mengembangkan potensi fitrah sebagai anugrah Allah yang