45
Sugiyono, 2012: 329. Dalam penelitian ini dokumentasi berbentuk foto dan data-data berbentuk tulisan tentang data pekerja buruh gendong
perempuan, data statistik jumlah tenaga kerja penduduk baik laki-laki dan perempuan,buku-buku dan leafleat yang berkaitan dengan buruh gendong
dan Yasanti. Dokumentasi digunakan untuk melengkapi data hasil observasi dan wawancara.
Tabel 3. Teknik Pengumpulan Data No
Aspek Sumber Data
Teknik
1 Aktivitas perilaku sosial
masyarakat korban
bencana erupsi merapi Korban
bencana erupsi
merapi, dokumentasi
berupa foto sebelum erupsi
merapi Observasi,
wawancara dan dokumentasi
2 Perubahan
sosial masyarakat
korban bencana erupsi merapi
korban bencana erupsi merapi
Observasi dan
wawancara
4. Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penilitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human
instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data,
analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya
46
Sugiyono, 2012:306. Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah.
Suharsimi Arikunto, 2010: 203. Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen utama penelitian adalah
peneliti sendiri dibantu dengan pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi terstruktur yang dibuat sendiri oleh peneliti.
5. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, maka data akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif. Aktivitas dalam analisis data,
yaitu reduksi data data reduction, display data data display, dan kesimpulan atau verivikasi conclusion drawingverivication. Adapun
model interaktif analisis data menurut Miles dan Huberman ditunjukkan pada gambar berikut ini
Data collection
Data Reduction
Data Display
Conclusion:dra wingverivicatio
n
47
Gambar 3. Komponen dalam analisis data interactive model Miles dan Huberman
1. Data Reduction Reduksi Data Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang direduksi akan
memberikan gambaran lebih jelas tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya
dan mencarinya bila diperlukan. Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang
akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu, kalau peneliti dalam melakukan penelitian menemukan
segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan
reduksi data. 2. Data Display Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Akan tetapi sebelum di displaykan data diklasifikasikan terlebih dahulu. Yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dalam bentuk uraian singkat berbentuk teks yang bersifat naratif. Dengan mennyajikan data
maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
48
3. Conclusion Drawing Penarikan Kesimpulan Kesimpulan awal merupakan kesimpulan sementara, dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung ada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi
apabila kesimpulan
yang dikemukakan di tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan akan semakin valid apabila selalu dilakukan verifikasi
kelapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat
berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang awalnya belum jelas sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa kasual atau interaktif,
hipotesis atau teori.
6. Teknik Keabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Data yang dikumpulkan diklarifikasi sesuai dengan sifat tujuan penelitian
untuk dilakukan pengecekan kebenaran melalui teknik trianggulasi. Mengacu pada pendapat Lexy J. Moleong 2011: 330, triangulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu. Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan
triangulasi sumber data. Menurut Moleong 2011: 330-331, triangulasi sumber data adalah peneliti mengutamakan check-recheck, cross-recheck
49
antar sumber informasi satu dengan lainnya. Dengan kata lain bahwa dengan triangulasi, peneliti dapat me-receck temuannya dengan jalan
membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, penyidik, atau teori. Untuk itu, menurut Moleong 2011: 332 peneliti dapat melakukannya
dengan jalan: 1. Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan.
2. Mengeceknya dengan berbagai sumber. 3. Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data
dapat dilakukan. Dalam penelitian ini triangulasi sumber data dilakukan dengan cara
membandingkan data hasil wawancara antar masyarakat korban bencana erupsi merapi di desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.
50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Deskripsi Tempat Penelitian. Desa Glagaharjo terletak di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Glagaharjo memiliki luas 795 Ha. Batas-batas Desa Glagaharjo adalah:
a. Sebelah Utara : Kehutanan
b. SebelahTimur : Kabupaten Klaten Jawa Tengah
c. Sebelah Selatan : Desa Argomulyo
d. Sebelah Barat : Kaligendol Desa Kepuharjo
Desa Glagaharjo terdiri dari 10 Dusun, 41 RT dan 20 RW. Data monografi Desa Glagaharjo tahun 2013 menyebutkan jumlah penduduk Desa Glagaharjo adalah 3.557
jiwa. Terdiri dari laki-laki 1.714 dan perempuan 1.843 yang semuanya merupakan WNI Warga Negara Indonesia. Jumlah kepala keluarga 1.225 KK, sedangkan
penduduk berdasarkan agama menyebutkan bahwa penduduk Desa Glagaharjo yang beragama Islam berjumlah 3.553 orang dan Katolik berjumlah 4 orang. Adapun
struktur perekonomian Desa Glagaharjo sebagai berikut: a pertanian buah-buahan Palawijo dan tanaman kayu tahunan, b peternakan sapi potong dan sapi perah, c
perdagangan pasar desa, d industri rumah tangga gula kelapa, tempe, makanan tradisionallokal dan d pertambangan golongan C .
Sebelum erupsi merapi pada tanggal 5 November 2010, Desa Glagaharjo merupakan desa yang asri dan damai dengan lahan perkebunan serta peternakan,
51
memiliki lahan yang luas dan subur untuk bercocok tanam serta beternak berbagai macam hewan ternak.
Namun setelah terjadinya erupsi merapi semuanya berubah, masyarakat desa Glagaharjo tidak bisa melakukan aktifitas bercocok tanam, beternak hewan-hewan
besar yang awalnya merupakan mata pencaharian masyarakat setempat. Dengan adanya perubahan tersebut, masyarakat setempat harus berusaha beradaptasi dengan
perubahan-perubahan yang ada. Dari matapencaharian yang beternak beralih menjadi berdagang dan ada juga yang harus menjadi buruh.
2. Deskripsi Hunian Tetap Banjarsari a. Sejarah Berdirinya Hunian Tetap Banjarsari
Hunian tetap Huntap Banjarsari di adakan guna relokasi dari rumah warga yang hancur dikarenakan peristiwa erupsi merapi pada tahun 2010.Huntap Banjarsari
dibangun atas dana dari bantuan pihak ke-3 REKOMPAK dan Pemerintah yang bekerjasama dengan Pemerintah Desa. Huntap Banjarsari juga di bangun dengan
tenaga kerja lokal.
b. Sumber Pendanaan Huntap
Huntap Banjarsari di bangun atas dana dari bantuan pihak ke-3 REKOMPAK dan Pemerintah yang bekerjasama dengan Pemerintah Desa dan Tim Pengelola
Kegiatan TPK. Dengan rumah tipe 36 dan luas 100 m
2
KK, Huntap Banjarsari dihuni oleh dua Padukuhan yaitu Padukuhan Ngancar dan Padukuhan Basalen
sejumlah 179 KK dengan rincian penduduk 636 jiwa. Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB juga memberikan bantuan dana seberapa
30jutaKK.
52
c. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana di Huntap Banjarsari ini di fasilitasi oleh Pemerintah.
B. Data Hasil Penelitian 1. Perubahan Pola Perilaku Sosial Masyarakat Pasca Erupsi Merapi di Desa
Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta a. Perilaku Sosial Masyarakat Pasca Erupsi Merapi
Erupsi merapi yang terjadi di Huntap Banjarsari mengakibatkan adanya perubahan perilaku di dalam keluarga maupun di masyarakat. Para orang tua yang
menjadi sangat khawatir bila ada tanda-tanda yang membuat mereka teringat dengan kejadian erupsi merapi, sehingga orang tua menjadi membatasi anaknya
dalam melakukan aktifitas sehari-sehari. Begitupun sebaliknya, tidak hanya orang tua yang mengkhawatirkan anaknya, sebagai anak pun mempunyai rasa khawatir
sehingga lebih mengayomi orang tua agar tidak khawatir dan takut atau cemas jika ada tanda-tanda yang membuat kejadian erupsi merapi itu teringat.
Seperti yang di sampaikan oleh SPM selaku tokoh masyarakat di Huntap Banjarsari sebagai berikut:
saya sering takut mbak kalo ada hujan gede sama angin, pasti saya udah sibuk nelponin anak yang masih di luar, anak saya juga kalo ada hujan atau
angin gede langsung saya dicari disuruh didalam rumah. Lagi ngelakuin kegiatan apa disuruh tinggalin aja. CW, 06082015
Hal serupa juga di dukung oleh pernyataan SML sebagai berikut: saya suka khawatir mbak kalo ada tanda-tanda angin rada kenceng, atau
hujan deres, pasti langsung masuk rumah tutup pintu. Anak lagi main tak susul pokoknya harus di rumah semua. CW, 06082015
Selain kecemasan secara informal, ada pula kecemasan yang dirasakan sebagai warga masyarakat. Warga Huntap Banjarsari yang merupakan kumpulan
53
dari Dusun Besalen dan Dusun Pancar ini memiliki lingkungan yang berdampingan setelah terjadinya erupsi merapi dengan adanya Huntap Banjarsari.
Di Huntap Banjarsari ini warga di alokasikan dengan rumah tipe yang berdempetan sehinggga mempengaruhi perilaku sosial antar warga menjadi
berbeda dari sebelumnya. Warga yang sebelumnya individual dikarenakan jarak dari rumah satu kerumah lainnya jauh, sekarang menjadi lebih terbina hubungan
kekerabatannya. Seperti yang disampaikan oleh SPM, sebagai berikut: Semenjak di Huntap ini saya lebih bisa berbaur sama tetangga mbak, karna
udah berdekatan gini jadi enak mau ngobrol atau mau saling peduli CW, 24032015
Namun selain pernyataan diatas ada juga perubahan perilaku warga yang disebabkan karena adanya rasa saling menghargai sesama warga. Seperti yang di
sampaikan FTM, sebagai berikut: Saya tinggal di Huntap ini jadi menjaga sikap mbak kalau mau ngelakuin
sesuatu, takut kalau saya jadi mengganggu warga lainnya, kan gak enak juga mbak rumah deketan tapi nanti gak tegur-teguran. CW, 24032015
Berdasarkan pemaparan di atas dan hasil observasi di lungkungan huntap, dapat disimpulkan bahwa perilaku sosial masyarakat didalam keluarga menjadi
berubah dikarenakan rasa cemas akan kejadian erupsi merapi yang pernah menimpa warga Huntap Banjarsari. Selain itu kondisi dan keadaan lingkungan
huntap menyebabkan Warga Huntap Banjarsari saling menjaga keadaan lingkungan satu sama lainnya.
b. Interaksi Sosial Masyarakat Pasca Erupsi Merapi