Tinjauan mengenai Penanggunalangan Bencana a. Kesiagaan Menghadapi Bencana

32 Kesiapsiagaan, Tanggap Darurat, Pemulihan awal, dan Rehabilitasi Rekonstruksi. 3 Menyusun Rencana Kontinjensi Rencana kontinjensi adalah suatu proses identifikasi dan penyusunan rencana yang didasarkan pada keadaan atau situasi yang akan segera terjadi, pada keadaan yang tidak menentu. Penekanan rencana kontinjensi adalah kesiapsiagaan menghadapi bencana, yaitu suatu proses yang mengarah pada kesiapan dan kemampuan untuk memperkirakan terjadinya bencana, mencegah dan mengurangi resiko serta menanggulangi bencana. Rencana Kontinjensi harus dibuat secara bersama-sama antara pemerintah daerah dan stake holder yang ada setelah dilakukan analisis terhadap bencana dan analisis resiko. Rencana Kontinjensi disusun berdasar prinsip kebersamaan, terbuka, kejelasan dalam pembagian peran dan tugas setiap pelaku, mengikat sebagai konsensus bersama serta dibuat untuk menghadapi keadaan darurat. 4 Sistem Peringatan Dini Sistem peringatan dini yang tepat, cepat, dan akurat menjadi dasar dilakukannya evakuasi. Peringatan dini ini dimaksudkan untuk mengingatkan dan menyiagakan masyarakat dan petugas operasi tanggap darurat setempat atas kemungkinan terjadinya bencana. Dengan adanya peringatan dini ini masyarakat bisa 33 menyiapkan diri sebelum dilakukan evakuasi, misalnya dengan mengemasi barang-barang yang sekiranya penting untuk dibawa saat mengungsi dan tidak membebani. Peringatan dini disebarluaskan kepada masyarakat melalui berbagai cara, seperti menggunakan sirine, megaphone, pengeras suara, kentongan, HT, telepon seluler dan lain sebagainya. Bagi petugas operasi tanggap darurat, peringatan dini aadalah perintah untuk segera mempersiapkan peralatan khusus guna mengevakuasi masyarakat yang masuk dalam kelompok rentan. Selain itu juga perintah untuk segera mempersiapkan kendaraam untuk evakuasi, mengkoordinir masyarakat menuju titik kumpul evakuasi, memimpin evakuasi hingga tempat pengungsian, menyiapkan sarana dan prasarana di tempat pengungsian, mempersiapkan dapur umum, dan pendataan jumlah pengungsi untuk mempersiapkan kebutuhan logistik yang diperlukan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan kesiagaan menghadapi bencana meliputi mengetahui potensi ancaman bencana alam, menyusun rencana penanggulangan bencana, menyusun rencana ontinjensi, dan sistem peringatan dini.

b. Sistem Nasional Penanggulangan Bencana

Sistem Nasional Penanggulangan Bencana adalah sistem pengaturan yang menyeluruh tentang kelembagaan, penyelenggaraan, tata kerja, dan mekanisme serta pendanaan dalam penanggulangan 34 bencana, yang ditetapkan dalam pedoman atau peraturan dan perundangan Undang-undang No. 24 Tahun 2007. Secara kelembagaan, penanggungjawab upaya penanggulangan bencana di Indonesia berada pada Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB. Dalam menjalankan tugasnya, Kepala BNPB didukung oleh unsur pengarah dan pelaksana. Dalam kegiatan penanggulangan bencana, diperlukan keterlibatan antar pihak yang sesuai dengan kewenangan masing-masing sehingga dibutuhkan koordinasi yang kuat. Koordinasi ini bertujuan untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan operasional bersama guna mewujudkan pengelolaan bencana secara menyeluruh pada aspek ancaman, daya dukung lingkungan dan sosial budaya masyarakat. Pihak-pihak yang terkait dapat penanggulangan bencana unsur pengarah meliputi : 1 Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB, yaitu badan pemerintah daerah yang memiliki wewenang dan tangung jawab untuk melakukan dan penanggulangan terhadap bencana yang terjadi pada daerah yang bersangkutan. 2 Badan Geologi, yaitu instansi pemerintah yang salah satu tugasnya adalah melaksanakan mitigasi bencana geologi meliputi gunungapi, gempa bumi, dan tanah longsor. 3 Balai Besar Wilayah Sungai BBWS, yaitu instansi pemerintah yang mengelola sumberdaya air meliputi perencanaan, pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan dalam rangka konservasi sumberdaya air, pengembangan sumberdaya air, pendayagunaan sumberdaya air, dan pengendalian daya rusak air pada wilayah sungai. 4 Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisikan BMKG, yaitu yaitu instansi pemerintah yang memberikan informasi dan peringatan dini kepada instansi dan pihak terkait serta masyarakat 35 berkenaan dengan bencana karena faktor meteorologi, klimatologi, dan geofisika. 5 Dinas Sosial, yaitu instansi pemerintah yang ada di KabupatenKota, bertugas untuk menangani bidang kesejahteraan, termasuk di dalamnya membantu masyarakat yang dilanda bencana, melalui Taruna Siaga Bencana Tagana yang sudah terlatih dalam upaya-upaya penanganan bencana. 6 Dinas Pekerjaan Umum, yaitu instansi pemerintah yang bertugas untuk melaksanakan pengelolaan, pengembangan wilayah dan teknik konstruksi. 7 Dinas Kesehatan, yaitu instansi pemerintah yang bertugas memberikan layanan kesehatan melalui Puskesmas dan Rumah Sakit pemerintah maupun swasta. 8 Kepolisian, yaitu instansi pemerintah yang berfungsi menjaga keamanan dam ketertiban masyarakat, termasuk juga melindungi keselamatan manusia dan harta bendanya. Instansi ini bisa melakukan tindakan-tindakan yang bersifat darurat dalam penanganan bencana. 9 Tentara Nasional Indonesia TNI, yaitu organisasi yang paling efektif, termasuk untuk memberi pelatihan kepada masyarakat guna meningkatkan kemampuan dalam bidang operasi di lapangan. 10 Palang Merah Indonesia PMI, yaitu sebagai lembaga penolong kemanusiaan,PMI mempunyai kemampuan SAR, memberikan pertolongan pertama, dan penyediaan darah guna keperluan transfusi. 11 Search and Rescue SAR, yaitu organisasi yang menaruh perhatian pada usaha-usaha pencarian, pertolongan dan penyelamatan orang-orang yang menjadi korban dalam suatu musibah atau bencana. 12 HansipLinmas, yaitu kelompok masyarakat sipil yang bertugas membantu kepolisian dalam hal perlindungan keamanan kepada masyarakat. Secara organisasi mereka di bawahi oleh Kantor Kesbanglinmas. 13 Kelompok Masyarakat Penanggulangan Bencana KMPB, merupakan kelompok masyarakat yang anggotanya telah terlatih dan memiliki kemampuan untuk melakukan upaya-upaya penanganan bencana. 14 Lembaga Swadaya Masyarakat LSM, di mana LSM lokal bisa membantu masyarakat dalam menanggulangi bencana, mulai dari 36 pendataan korban dan kebutuhan hingga menghubungkan masyarakat dengan instansi atau lembaga lain 15 Media massa yang dapat membantu menyebarkan berita tentang bencana kepada masyarakat luas untuk membangun simpati dan empati masyarakat agar tergerak memberikan bantuan. Berikut ini adalah bagan Sistem Nasional Penanggulangan Bencana dan keterkaitan antar pihak.

Dokumen yang terkait

PERUBAHAN SOSIAL PADA MASYARAKAT PASCA BENCANA ERUPSI GUNUNG KELUD (Studi Kasus Tentang Perubahan Perilaku dan Kehidupan Sosial Masyarakat Desa Padansari Pasca Bencana Erupsi Gunung Kelud)

6 28 28

PENDAHULUAN STUDI FAKTOR PENENTU DALAM PEMILIHAN MATERIAL REKONSTRUKSI RUMAH TINGGAL PASCA ERUPSI MERAPI DI DESA UMBULHARJO, KECAMATAN CANGKRINGAN, KABUPATEN SLEMAN.

0 4 11

TINJAUAN LOKASI PENELITIAN STUDI FAKTOR PENENTU DALAM PEMILIHAN MATERIAL REKONSTRUKSI RUMAH TINGGAL PASCA ERUPSI MERAPI DI DESA UMBULHARJO, KECAMATAN CANGKRINGAN, KABUPATEN SLEMAN.

0 7 18

KESIMPULAN DAN SARAN STUDI FAKTOR PENENTU DALAM PEMILIHAN MATERIAL REKONSTRUKSI RUMAH TINGGAL PASCA ERUPSI MERAPI DI DESA UMBULHARJO, KECAMATAN CANGKRINGAN, KABUPATEN SLEMAN.

0 6 53

PELATIHAN KECAKAPAN VOKASIONAL DALAM MEWUJUDKAN HIDUP MANDIRI : Studi pada Masyarakat Pascabencana Erupsi Merapi di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta.

0 12 71

Hubungan antara persepsi terhadap dukungan sosial dengan penyesuaian diri pada korban erupsi gunung Merapi yang tinggal di hunian tetap.

0 3 171

PENYELENGGARAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA KORBAN ERUPSI MERAPI DI HUNIAN TETAP (HUNTAP) DONGKELSARI DESA WUKIRSARI KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN.

1 5 177

peningkatan berkesenian bagi masyarakat desa kaliurang pasca erupsi merapi

0 0 4

299 EVALUASI POTENSI MATAAIR UNTUK KEBUTUHAN AIR DOMESTIK DI KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN PASCA ERUPSI MERAPI 2010

0 1 11

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA KORBAN ERUPSI GUNUNG MERAPI YANG TINGGAL DI HUNIAN TETAP

0 0 169