29
tersebut dapat dicontohkan pada kehidupan masyarakat desa di Jawa yang masih bergotong royong.
Terkait dengan etika dan budaya mereka yang bersifat umum, Lorent Febrian2011 menyebutkan berikut ini ciri-ciri masyarakat desa:
1 Sederhana
2 Mudah curiga
3 Menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku di daerahnya
4 Memiliki sifat kekeluargaan
5 Lugas atau berbicara apa adanya
6 Tertutup dalam hal keuangan mereka
7 Perasaan tidak ada percaya diri terhadap masyarakat kota
8 Menghargai orang lain
9 Demokratis dan religius
10 Jika berjanji akan selalu diingat
Sedangkan cara beradaptasi mereka sangat sederhan, dengan menjunjung sikap kekeluargaan dan gotong royong antar sesama, serta
yang paling menarik adalah sikap sopan santun yang sering digunakan masyarakat pedesaan.
5. Tinjauan mengenai Penanggunalangan Bencana a. Kesiagaan Menghadapi Bencana
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan baik oleh faktor alam danatau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerugian lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis Undang-undang No. 24 Tahun 2007, Pasal 1 Ayat 1.
30
Dalam sepuluh tahun terakhir, Indonesia telah dilanda berbagai bencana alam yang memakan korban ratusan ribu jiwa, serta membawa
kerugian ratusan triliun rupiah. Beraneka bentuk bencana alam telah terjadi di Indonesia, mulai dari banjir, tanah longsor, angin puting
beliung, gunung meletus, gempa bumi, hingga tsunami. Bencana ini terjadi hampir di setiap provinsi yang ada di Indonesia.
Oleh karena itu, kita harus senantiasa mewaspadai potensi bencana alam yang bisa terjadi sewaktu-waktu di sekitar kita. Ancaman bencana bukan
hanya tanggung jawab perorangan atau lembaga tertentu saja, akan tetapi menjadi tanggung jawab berbagai pihak baik lembaga
pemerintahan, Lembaga Swadaya Masyarakat LSM, dan masyarakat umum guna menumbuhkan kesiagaan masyarakat terhadap ancaman
bencana. Pembangunan ketahanan masyarakat dalam mengurangi resiko
bencana menjadi prioritas pembangunan nasional sejak disepakatinya Kerangka Aksi Hyogo atau hyogo Framework for Action 2005-2015 dan
selanjutnya disebut HFA oleh sebagian besar negara di dunia, termasuk Indonesia. Dalam HFA tersebut dicantumkan 5 prioritas aksi untuk
membangun ketahanan komunitas dalam pengurangan resiko bencana, yaitu :
1 Komponen pemerintahan
2 Pengukuran resiko
3 Pengetahuan dan pendidikan
31
4 Penurunan kerentanan dan manajemen resiko
5 Kesiapsiagaan dan penanganan darurat
Dalam menghadapi bencana yang bisa sewaktu-waktu terjadi, diperlukan kesiagaan menghadapi bencana. Dalam leafleat Mengelola
Bencana yang diterbitkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB, dijelaskan tentang kegiatan kesiagaan menghadapi bencana
meliputi : 1
Mengetahui potensi ancaman bencana alam Untuk menghadapi bencana alam, kita perlu mengetahui
potensi ancaman bencana alam yang paling mungkin terjadi di wilayah tempat tinggal kita. Informasi mengenai ini bisa di dapat
dari instansi pemerintah, seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD, Badan Geologi, BMKG, dan instansi terkait yang
menangani kebencanaan. Dengan mengetahui informasi ini, maka kita bisa mengetahui daerah-daerah mana yang rawan bencana
sekaligus daerah-daerah yang aman. 2
Menyusun Rencana Penanggulangan Bencana Setelah kita menyadari dan mengenali potensi ancaman
bencana yang mungkin terjadi di wilayah kita, maka kita perlu menyusun Rencana Penanggulangan Bencana guna menghadapi
ancaman tersebut. Rencana ini bertujuan untuk meminimalisir korban jiwa dan kerugian berupa harta benda. Mitigasi bencana
merupakan tindakan Penanggulangan Bencana yang meliputi