Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar SD

20 Cara menghitung persentasi keaktifan siswa berdasarkan lembar pengamatan untuk setiap pertemuan yaitu: Persentasi = S S × 100 Yonny dkk 2010: 176 Kriteria persentasi keaktifan siswa yaitu: 1 0 - 24,99 : Keaktifan siswa rendah 2 25 - 49,99 : Keaktifan siswa sedang 3 50 - 74,99 : Keaktifan siswa tinggi 4 75 - 100 : Keaktifan siswa sangat tinggi Yonny dkk 2010: 175

2.2.7 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar SD

Wahyana dalam 1986 Trianto 2010: 136 mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, serta perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Menurut Sutrisno, Kresnadi, dan Kartono 2007: 1.19, Ilmu Pengetahuan Alam IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar, dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih, sehingga dihasilkan simpulan yang betul. IPA mengandung tiga hal yaitu produk, proses dan prosedur. Badaruddin 2011 menyatakan bahwa IPA sebagai produk adalah kumpulan hasil kegiatan yang dilakukan para ilmuwan. IPA sebagai proses yaitu 21 memahami IPA dengan cara memahami bagaimana mengumpulkan fakta-fakta dan bagaimana menghubungkan fakta-fakta untuk mempresentasikannya. Keterampilan proses IPA di antaranya yaitu mengamati, mengukur, menarik simpulan, mengendalikan variabel, merumuskan hipotesis, membuat grafik dan tabel, membuat definisi operasional, dan melakukan eksperimen. Menurut Trianto 2010: 148, keterampilan proses perlu dilatihkan dalam pembelajaran IPA, karena keterampilan proses mempunyai peran-peran sebagai berikut: 1 Membantu siswa belajar mengembangkan pikirannya, 2 Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan, 3 Meningkatkan daya ingat, 4 Memberikan kepuasan intrinsik bila anak telah berhasil melakukan sesuatu, 5 Membantu siswa mempelajari konsep-konsep sains. IPA sebagai prosedur menurut Sutrisno Sutrisno, Kresnadi, dan Kartono 2007: 1.23, yaitu IPA dibangun melalui penalaran inferensi berdasarkan data yang tersedia. IPA merupakan suatu metode ilmiah. Langkah-langkah metode ilmiah yaitu: 1 Melakukan observasi, 2 Menyusun hipotesis, 3 Menguji hipotesis melalui percobaan, 4 Membuat simpulan. Pembelajaran IPA munurut tradisi konstruktivisme menurut Driver 1982 dalam Sutrisno, Kresnadi, dan Kartono 2007: 2.12, adalah pengembangan serangkaian makna personal untuk memahami kejadian sehari-hari. Carin dan 22 Sund 1989 dalam Badaruddin 2011 memberikan petunjuk tentang bagaimana seharusnya IPA diajarkan pada pendidikan dasar. Salah satu diantaranya adalah menanamkan ke dalam diri siswa keingintahuan akan alam sekitar, serta dapat memahami pejelasan-penjelasan ilmiah tentang fenomena alam. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan pendidikan IPA yaitu bahwa IPA harus mampu meberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia dimana kita hidup, dan bagaimana kita sebagai makhluk hidup harus bersikap terhadap alam. Menurut Driver dan Bell 1982 dalam Sutrisno, Kresnadi, dan Kartono 2007: 2.12, hasil belajar tergantung pada lingkungan dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Disarankan oleh Bell 1993 Sutarno dkk 2008: 8.18, agar pengetahuan siswa yang diperoleh di luar sekolah dipertimbangkan sebagai pengetahuan awal dalam sasaran pembelajaran.

2.2.8 Pengertian Model Pembelajaran