Pengaruh Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik terhadap Kinerja Bidan Desa Motivasi Intrinsik

4.8. Pengaruh Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik terhadap Kinerja Bidan Desa

Untuk mengetahui tingkat hubungan faktor intrinsik dan ekstrinsik dengan kinerja bidan di desa Kabupaten Deli Serdang , dilakukan uji regresi logistik untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap kinerja bidan di desa, dengan hasil uji sebagai berikut : Tabel 4.11. Pengaruh Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik terhadap Kinerja Bidan Desa di Kabupaten Deli Serdang Variabel p Exp B 95.0 C.I. for EXP B Lower Upper Motivasi Intrinsik 0,010 2.638 1.882 3.861 Motivasi Ekstrinsik 0,000 4.161 3.147 5.894 Konstanta 0,000 Setelah dilakukan uji regresi logistik diperoleh hasil yang menunjukkan variabel Motivasi Intrinsik p=0,010 dengan OR=2.638;95CI= 1.882OR3.861, dan Motivasi Ekstrinsik p=0,000 dengan OR= 4.161;95 CI=3.147OR5.894 mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja bidan desa. Dapat dijelaskan bahwa variabel Motivasi Intrinsik mempunyai nilai odds ratio Exp B sebesar 2.638, artinya bidan desa yang mempunyai motivasi intrinsik yang tinggi mempunyai peluang 2.638 2,5 kali lebih besar untuk mencapai kinerja yang baik dibandingkan bidan yang tidak mempunyai Motivasi yang tinggi. Demikian juga dengan variabel motivasi ekstrinsik , dengan nilai odds ratio Exp B sebesar 4.161 , artinya bidan desa yang mempunyai motivasi ekstrinsik yang tinggi mempunyai peluang 4.161 4 kali lebih besar untuk mencapai kinerja yang baik dibandingkan bidan desa yang tidak mempunyai motivasi ekstrinsik yang tinggi. Universitas Sumatera Utara BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik terkait dengan aspek tanggung jawab, prestasi yang di raih, pengakuan orang lain dan pekerjaan itu sendiri. Motivasi intrinsik ada pada setiap dalam diri individu, yang terkadang menjadi aktif dan berfungsi dan tidak perlu di rangsang dari luar. Uraian sebagai berikut; a. Tanggung Jawab Seseorang yang memiliki tanggung jawab dalam pekerjaannya tentu saja sanggat mempengaruhi hasil kerja individu tersebut. Berdasarkan hasil penelitian tentang motivasi intrinsik dengan aspek tanggung jawab menunjukkan sebagian besar responden sebanyak 35 responden 51,5 selalu bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, sebanyak 43 responden 63,2 kadang- kadang mengerjakan semua tanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagai bidan sesuai dengan program yang ditetapkan, sebanyak 33 responden 48,6 kadang-kadang bertanggung jawab dalam membuat dokumentasi sesuai dengan tindakan yang dilakukan kepada pasien, dan responden mengatakan selalu melakukan tugas dan fungsi sebagai bidan sesuai dengan kewenangannya sebanyak 34 responden 50. Dilihat dari kategori umur diatas, mayoritas bidan adalah yang berumur 35 tahun sebanyak 45 responden 66,2 mempunyai kinerja yang baik dibanding umur 62 Universitas Sumatera Utara yang kurang dari 35 tahun. Sesuai dengan hasil penelitian Saimim 2005 bahwa bidan yang bertugas di wilayah pedesaan umumnya bidan yang memiliki umur lebih tua, yang sudah berpengalaman dan memiliki tanggung jawab sehingga masyarakat yakin terhadap pertolongan persalinan yang diberikannya. Hasil analisis penelitian diatas dapat dilihat bahwa bidan mempunyai tanggung jawab dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai bidan desa, namun pelaksanaannya belum optimal. Hal ini sejalan dengan latar belakang penelitian yang mengungkapkan bahwa masih ada pelayanan kesehatan yang belum memadai dan menjangkau masyarakat banyak, khusunya di pedesaan. Selain itu,dalam meningkatkan mutu pelayanan di perlukan tenaga kesehatan yang profesional dengan spesifikasi tugas bidan sesuai standart kompetensi yang telah ditetapkan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wirjoatmojo 2003, yang mengungkapkan bahwa beberapa penyebab rendahnya kinerja bidan di daerah pedesan dikarenakan kurangnya evaluasi standart kompetensi yang ditetapkan, sehingga bidan-bidan masih ada yang belum menjalankan tugas dan fungsinya sesuai program yang ditetapkan. Hal ini tidak sejalan dengan teori Herzberg dalam Hasibuan 2005, menyatakan bahwa setiap orang ingin diikutsertakan dan ingin diakui sebagai orang yang berpotensi, dan pengakuan ini akan menimbulkan rasa percaya diri dan siap memikul tanggung jawab. Universitas Sumatera Utara b. Prestasi yang diraih Hasil pengukuran dari prestasi yang diraih, sebagian besar responden atau sebanyak 30 responden 44,1 selalu menjalankan tugas dan fungsinya untuk mendapatkan prestasi kerja, sedangkan 35 responden 51,5 kadang-kadang menjalankan tugas dan fungsinya sebagai bidan untuk mendapatkan hasil yang paling maksimal dan untuk mendukung kenaikan pangkat. Dilihat dari kategori pendidikan, sebagian besar responden berpendidikan Diploma 1 sebanyak 45 responden 66,2, selebihnya berpendidikan Diploma 3. Menurut Hariyanti 2004, mengungkapkan beberapa faktor pegawai melakukan kinerja dikarenakan mengejar prestasi, sehingga mereka bisa mendapatkan reward dalam bentuk peningkatan karier dan peningkatan pendidikan. Hasil analisis penelitian diatas dapat dilihat bahwa masih ada bidan bekerja untuk mendapatkan prestasi, hal ini di duga karena prestasi mempengaruhi seseorang dalam melakukan tindakan. Banyak bidan- bidan di daerah pedesaan yang seharusnya sudah mendapatkan peningkatan pendidikan untuk meningkatkan mutu pelayanan. Hal ini sejalan dengan teori Herzberg dalam Hasibuan 2005, menyatakan bahwa setiap orang menginginkan keberhasilan atau prestasi dalam setiap kegiatan. Pencapaian prestasi dalam melakukan sesuatu pekerjaan akan menggerakkan yang bersangkutan untuk melakukan tugas-tugas berikutnya. Demikian juga dengan teori David C McClelland dalam handoko 2001, mentakan bahwa motivasi berprestasi yang tinggi berhubungan dengan peningkatan kinerja. Universitas Sumatera Utara Hal ini juga sejalan dengan penelitian Dewi 2006 yang merekomendasikan salah satu upaya dalam rangka meningkatkan kinerja bidan di RSUD Kabupaten Bulelang adalah dengan pemberian umpan balik, adanya reward dengan kenaikan pangkat. c. Pengakuan orang lain Berdasarkan hasil pengukuran dari pengakuan orang lain , sebagian besar responden sebanyak 47 orang 69,1 kadang- kadang menjalankan tugas dan fungsinya sebagai bidan agar rekan kerja atau mitra kerjanya terbantu dalam menjalankan tugas, sebanyak 39 responden 57,4 mengatakan kadang-kadang menjalankan tugas dan fungsinya sebagai bidan karena rekan kerja atau mitra kerja yang membutuhkannya, responden mengatakan kadang-kadang menjalankan tugas dan fungsinya sebagai bidan karena masyarakat sangat membutuhkan bidan sebanyak 42 responden 61,8, sebanyak 36 responden 52,9 mengatakan kadang-kadang menjalankan tugas dan fungsinya sebagai bidan agar di senangi dan dihargai oleh atasan. Dilihat dari status perkawinan, sebagian besar responden sudah kawin sebanyak 57 responden 83,8 selebihnya belum kawin. Menurut Rizal 2001 status perkawinan mempengaruhi seseorang bersosialisasi dalam pekerjaan, seseorang yang sudah menikah lebih baik bersosialisasi dalam pekerjaannya. Hal ini dikarenakan kurangnya keegoisan seseorang yang sudah memiliki kematangan dalam berfikir dan bertindak. Universitas Sumatera Utara Dari hasil analisis peneliti dapat dilihat, bidan desa dalam bekerja banyak yang menyadari pentingnya aktualisasi diri, dengan terbantunya seseorang karena diri kita membuat suatu dorongan yang kuat dalam diri kita sehingga kita bisa melakukan tindakan yang baik pula. Hal ini sejalan dengan teori Herzberg dalam hasibuan 2005, yang menyatakan bahwa petugas yang terdorong secara intrinsik akan menyenangi pekerjaan yang memungkinkannya menggunakan kreativitas dan inovasinya, bekerja dengan tingkat otonomi yang tinggi dan tidak perlu diawasi dengan ketat. Pengakuan terhadap prestasi merupakan alat motivasi yang cukup ampuh, bahkan bisa melebihi kepuasan yang bersumber dari kompensasi. Sejalan dengan pendapat Handoko 2001, yang mengungkapkan bahwa motivasi intrinsik merupakan motivasi yang berfungsi tanpa adanya rangsangan dari luar, dalam diri individu sudah ada suatu dorongan untuk melakukan tindakan. d. Pekerjaan itu sendiri Berdasarkan hasil pengukuran dari pekerjaan itu sendiri sebagian besar responden sebanyak 37 responden 54,4 kadang-kadang memberikan pelayanan kebidanan karena masyarakat banyak yang membutuhkan bidan, sebanyak 33 responden 48,5 selalu meberikan pelayanan kebidanan sesuai dengan tugas dan fungsinya agar dapat membantu mengurangi angka kesakitan dan kematian pada ibu dan anak, sebanyak 36 responden 52,9 selalu memberikan pelayanan kebidanan dengan sungguh-sungguh agar pelayanan kebidanan dapat tercapai, sebanyak 30 responden 44,1 kadang-kadang melakukan tugas dan fungsinya sebagai bidan Universitas Sumatera Utara merupakan kepentingan informasi bagi penelitian di desa dan responden mengatakan melakukan tugas dan fungsinya sebagai bidan merupakan kepentingan informasi bagi pendidikan sebanyak 31 responden 45,6 Dilihat dari kategori masa bekerja, sebagian besar responden sebanyak 35 responden 51,5 memiliki masa kerja 10 tahun. Menurut Saimin 2005 mengungkapkan bidan di desa dengan masa kerja lebih lama 10 tahun dalam melaksanakan pelayanan kebidanan khususnya pertolongan persalinan umumnya mempunyai pengalaman yang lebih banyak, hal ini terkait dengan berbagai macam persalinan yang dihadapi dan variasi faktor penyulit dalam menolong persalinan. Dengan kondisi demikian umumnya bidan di desa yang banyak melakukan pertolongan persalinan dan masa kerja yang cukup lama tentunya mampu memahami dan melaksanakan peranannya sebagai bidan desa Berdasarkan hasil analisis peneliti, berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa ada kesadaran bidan dalam menjalankan tugas dan fungsinya untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak, tetapi masih ada bidan yang belum melakukan tugas dan fungsinya sesuai dengan pekerjaanya dikarenakan tidak ada ada evaluasi yang dilakukan yang menyebabkan rendahnya motivasi seorang bidan. Hal ini sejalan dengan pendapat Suyudi 2001 yang menyatakan pentingnya motivasi bidan di desa dalam pelayanan kesehatan, khususnya kebidanan yang merupakan tenaga kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat, serta diharapkan paling mengetahui keadaan kesehatan masyarakat khusunya ibu hamil, ibu bersalin, Universitas Sumatera Utara dan bayi melihat besarnya tanggung jawab yang harus di emban oleh setiap bidan di desa ini perlu motivasi yang tinggi dalam pelaksanaan tugas. Hal ini sejalan dengan teori Herzberg dalam hasibuan 2005, yang menyatakan bahwa pekerjaan itu sendiri merupakan faktor motivasi bagi pegawai untuk berforma tinggi. Pekerjaan atau tugas yang memberikan perasaan telah mencapai sesuatu, tugas yang memberikan tantangan bagi pegawai, merupakan faktor motivasi, karena keberadaannya sangat menetukan bagi motivasi untuk berforma tinggi dan memerlukan reinforcement.

5.2. Motivasi Ekstrinsik