5.3 Kinerja Bidan
Pengukuran kinerja bidan desa di dasarkan pada program pelayanan yang menjadi tugas dan fungsi pokok bidan di desa yaitu, Pelayanan antenatal
Pemeriksaan Kehamilan, Pertolongan Persalinan, Deteksi dini resiko tinggi Komplikasi kebidanan, Rujukan komplikasi Kebidanan, serta pelayanan neonatal
dan ibu nifas dalam satu tahun terakhir. Hasil penelitian pengukuran kinerja bidan sebagian besar menunjukkan
kinerja bidan di desa baik sebanyak 32 responden 47,1, selebihnya memiliki kinerja cukup dan kurang. Hasil analisis penelitian diatas dapat dilihat bahwa bidan
desa di Kabupaten Deli Serdang setengahnya sudah menjalankan tugas dan fungsi pokonya sebagai bidan, namun hasilnya belum maksimal.
Keberadaan bidan di desa sebagai tenaga pelayanan kesehatan paling depan di tengah masyarakat, khususnya masyarakat yang tinggal di pedesaan, seperti yang
dituangkan dalam Surat Ederan Direktur Jenderal Pembinaan Masyarakat No. 278BMDJBKKIII1994 tentang tugas dan fungsi pokok bidan di desa dalam
menunjang upaya akselerasi penurunan AKB. Lahirnya kebijaksanaan Depkes menempatkan bidan di desa sejak tahun 1989 karena langkanya tenaga kesehatan
yang tinggal menetap di desa sehingga bidan menjadi tumpuan harapan untuk melakukan kegiatan di luar tugas pokoknya, dan adanya pengamatan bahwa bidan di
desa banyak di bebani dengan tugas lain yang kurang berhubungan langsung dengan tugas pokok sehingga tidak mampu memberikan kontribusi yang nyata dalam
mempercepat AKI dan AKB.
Universitas Sumatera Utara
Kemampuan bidan di desa sebagai tenaga pelayanan kesehatan sangat menentukan keberhasilan pelaksaan perannya di tengah masyarakat. Apabila seorang
tenaga bidan desa mempunyai kemampuan yang baik tentang pelayanan kesehatan diharapkan mampu melakukan tugas dan fungsinya dengan baik pula. Secara teoritis
ada korelasi yang kuat antara kemampuan dengan pendidikan, artinya bidan di desa yang pernah mendapatkan pendidikan kebidanan pada tingkat lebih tinggi Diploma
3 akan mempunyai kemampuan yang lebih baik dibandingkan bidan desa dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah Diploma 1. Maka perlu kebijakan dari Dinas
Kesehatan untuk memberikan kesempatan bagi bidan D1 untuk melanjutkan kependidikan yang lebih tinggi minimal diploma 3
Dilihat dari hasil pengukuran karakteristik, dari 68 responden, sebagian besar 45 responden 66,2 berpendidikan Diploma 1. Menurut hasil analisis peneliti dari
data diatas, bidan yang mempunyai pendidikan diploma 1 bisa menghasilkan kinerja yang baik karena pengalaman kerja yang lama, sehingga mereka pernah menemukan
dan menangani berbagai macam masalah-masalah pelayanan kebidanan. Dengan rasa sosialitas dan bermasyarakat bidan bisa menyadari perananannya sebagai bidan desa.
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian syukri 2007 Kinerja sangat dipengaruhi oleh pendidikan seseorang, baik kualitas maupun kuantitas dalam suatu
pekerjaan. Hasil kerja yang dapat dicapai seseorang sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing.
Sedangkan berdasarakan status pekerjaan, sebagian besar responden mempunyai status pekerjan PNS sebanyak 53 reponden 77,9, selebihnya adalah
Universitas Sumatera Utara
bidan PTT. Menurut hasil analisis peneliti dari data di atas bidan yang status kerja sebagai bidan PNS biasanya lebih mendapat atau mengemban tanggung jawab yang
lebih berat sesuai dengan job description yang tertera dalam peraturan kontrak kerja. Sejalan dengan penelitian Iwan 2005 mengatakan bahwa masih ditemukan
banyak kendala dan hambatan pada kerja bidan desa yang berstatus bidan PTT, kompetensi yang tidak mendukung untuk melakukan Job deskripsi bidan terutama
tugas tambahan yang harus di emban oleh bidan desa.
5.4. Pengaruh Motivasi Intrinsik terhadap Kinerja Bidan