keselamatan bagi para petani Dhana Dhanya Samruthi, harmonisasi keluarga, dan pekerjaan usahanya sendiri.
Tahap kedua yaitu upacara Kalyana Mohotsava yang merupakan upacara perkawinan simbolis arca perwujudan Dewa Wishnu Shri Balaji Venkateshwara dengan arca
perwujudan Shri Padmawati dan arca perwujudan Shri Aandaal yang dilakukan oleh pendeta dan seluruh Bhakta. Dalam upacara ini Bhakta yang terdiri dari wanita bersuami atau anak
gadis dapat membawa hantaran untuk perkawinan Varisai Taddu berupa dua macam buah, bunga atau kalung bunga, gelang tangan, serbuk kunkuman, daun sirih, dan pinang yang
ditempatkan pada sebuah talam. Hantaran ini nantinya akan dipersembahkan kepada dewa yang mereka sembah. Pada akhir upacara ini, arca dewa-dewi yang telah dikawinkan secara
simbolis akan diarak kejalanan sesuai lokasi yang telah disepakati, untuk mengabarkan kepada semua Bhakta bahwa perkawinan yang dilakukan telah terlaksana dan memberi
berkat kepada para Bhakta yang tidak dapat hadir dalam upacara itu.
3.2 Latar Belakang dan Tujuan Pelaksanaan Upacara
Semua umat Hindu percaya bahwa alam semesta beserta isinya baik yang berada di segala penjuru bumi, di lautan maupun di angkasa merupakan bagian dari tubuh Sang Hyang
Widhi meskipun tidak tampak langsung oleh manusia. Umat Hindujuga percaya bahwa bumi beserta isinya diciptakan oleh Sang Hyang Widhi bertujuan untuk kehidupan manusia
ciptaannya. Cara yang paling mudah dan paling indah untuk mendekati Sang Hyang Widhi adalah melalui rasa.
Untuk membangkitkan rasa cinta kepada Sang Hyang Widhi maka diperlukan suatu kondisi tertentu, kondisi yang dapat membangkitkan rasa Ketuhanan muncul dan hidup
dengan baik. Hal inilah yang membuat umat Hindu mendirikan kuil di tempat-tempat yang indah, bersejarah atau yang dapat membangkitkan kekaguman akan kebesaran Sang Hyang
Universitas Sumatera Utara
Widhi, disamping dekat dan mudah dicapai umatNya. Dengan kondisi yang demikian maka orang akan mudah mengagumi dan menghormati Sang Hyang Widhi, dan rasa ego serta
keangkuhan akan hilang diganti rasa kagum dan hormat sehingga hubungan yang baik akan selalu terjaga antara manusia sebagai ciptaan dengan Sang Hyang Widhi sebagai pencipta.
Bahan dan bentuk kuil pun tidak dibuat menyerupai rumah tempat tinggal ataupun gedung biasa.
Bagi umat Hindu kuil bukan hanya sebagai tempat ibadah semata, melainkan dianggap sebagai Kahyangan tempat memuja kekuasaan Sang Hyang Widhi serta tempat
untuk menerima berkat bagi kehidupan Bhakta, karena itu dibangunlah kuil dengan bentuk dan bahan yang berbeda dengan bangunan biasanya sehingga disaat memasuki kuil perasaan
akan seperti dalam Kahyangan dan Sang Hyang Widhi pun memberikan kesejukan hati. Perwujudan rasa hormat tersebut terlihat pada etika hidup masyarakat Hindu yang
membangun kuil menghadap arah timur atau matahari terbit karena umat Hindu percaya bahwa sinar matahari meerupakan sinar kemuliaan Sang Hyang Widhi, karena matahari juga
memiliki pengaruh yang besar terhadap hidup dan keselamatan umat manusia. Matahari juga dipercayai mempunyai kekuatan yang menyebabkan bumi berputar, angin dan air beredar.
Dengan adanya sinar matahari semua mahluk hidup bisa hidup sehingga jika matahari tidak ada, maka bumipun akan mati. Maka pada waktu sembahyang, umat Hindu mencakupkan
tangannya memuja Sang Hyang Widhi ke arah matahari terbit timur, tempat darimana Sang Hyang Widhi menyampaikan kasih berupa anugerah yang berlimpah kepada semua mahluk
hidup serta umat Hindu akan menundukkan kepalanya ke arah matahari terbit itu juga sebagai simbol ucapan rasa syukur dan terima kasih.
Adapun hal yang melatarbelakangi pelaksanaan upacara ini adalah karena rasa hormat dan kagum kepada Sang Hyang Widhi serta ucapan syukur kepadaNya serta bagi umat Hindu
membangun suatu tempat suci kuil adalah kewajiban yang harus dilakukan. Karena melalui
Universitas Sumatera Utara
kuil inilah umat Hindu bisa selalu beribadah untuk memuji Sang Hyang Widhi dan menerima segala berkatNya. Di dalam kuil ini juga semua umat Hindu dapat menerima ajaran yang
sesuai dengan tindakan dan perilaku yang dikehendaki Sang Hyang Widhi serta akan melaksanakannya dalam kehidupannya. Berangkat darisinilah umat Hindu melaksanakan
upacara Mandalabhisekam, upacara ini merupakan persyaratan yang sangat penting dalam membangun sebuah kuil baru. Upacara ini merupakan upacara peresmian yang harus
dilaksanakan agar sebuah bangunan kuil yang baru dibangun dapat dipergunakan secara sah menurut ajaran agama Hindu, dengan kata lain jika upacara ini tidak digunakan maka kuil
tersebut belum bisa dipergunakan. Jika pelaksaan upacara Mandalabhisekam telah selesai dilaksanakan maka kuil tersebut telah sah menurut agama dapat dipergunakan sehingga
melalui upacara tersebut juga para dewa yang disembah akan memberkati kuil tersebut. Oleh karena kuil tersebut telah diberkati oleh Sang Hyang Widhi maka umat yang melaksanakan
ibadah akan terberkati, itulah tujuan dari pelaksanaan upacara tersebut.
3.3 Tempat Pelaksanaan Upacara