4 Pekerja sosial melaksanakan tanggung jawab demi mutu dan
keleluasaan pelayanan yang diberikan. Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang
lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan
bersifat stabil. Yang berperan dalam suatu kedudukan yaitu seseorang yang bekerja untuk orang lain atau dengan kata lain pekerja sosial.
Pekerja sosial adalah seseorang yang mempunyai kompetensi profesional dalam pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan formal
atau pengalaman praktik di bidang pekerjaan sosialkesejahteraan sosial yang diakui secara resmi oleh pemerintah dan melaksanakan tugas profesional
pekerjaan sosial.
24
Menurut Jack Claridge, Pekerja sosial adalah seorang individu yang bertujuan untuk membantu orang-orang dalam masyarakat yang tidak
mampu atau kesulitan dalam menangani masalah kehidupan yang mereka hadapi. Pekerja sosial dapat melakukan tugas mereka di sekolah, rumah sakit,
organisasi, dan sektor publik lainnya.
25
Sedangkan menurut Princeton, Pekerja sosial ialah seseorang yang menghabiskan hari-hari mereka membantu orang
yang mempunyai masalah dengan kesehatan, psikologis, sosial, atau bahkan masalah keuangan.
26
Dari beberapa uraian defenisi pekerja sosial di atas dapat disimpulkan bahwa pekerja sosial adalah orang yang memiliki profesi pertolongan, yang
paling sering bekerja dengan orang dan membantu mereka mengelola
24
Wikipedia Indonesia, h.129
25
Ibid, h. 129
26
Ibid, h.129
kehidupan sehari- hari mereka, memahami dan beradaptasi dengan penyakit, cacat, kematian, dan memberikan pelayanan sosial, seperti perawatan
kesehatan, bantuan pemerintah, dan bantuan hukum.
C. Pengertian Perilaku
Dalam sebuah buku yang berjudul “Perilaku Manusia” Drs. Leonard F. Polhaupessy, Psi.menguraikan perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat
diamati dari luar, seperti orang berjalan, naik sepeda, dan mengendarai motor atau mobil. Untuk aktifitas ini mereka harus berbuat sesuatu, misalnya kaki
yang satu harus diletakkan pada kaki yang lain. Jelas, ini sebuah bentuk perilaku.
27
Cerita ini dari satu segi. Jika seseorang duduk diam dengan sebuah buku ditangannya, ia dikatakan sedang berperilaku. Ia sedang membaca.
Sekalipun pengamatan dari luar sangat minimal, sebenarnya perilaku ada dibalik tirai tubuh, didalam tubuh manusia.
Dalam buku lain diuraikan oleh Notoatmodjo bahwa perilaku adalah suatu
kegiatan atau
aktifitas organisme
makhluk hidup
yang bersangkutan.
28
Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh
– tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku karena mereka mempunyai aktifitas masing
–masing. Sehingga yang dimaksud perilaku manusia, Pada hakikatnya adalah tindakan atau
aktifitas manusia dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,
membaca dan sebagainya.
27
Polhaupessy, Leonard F. Perilaku Manusia. Jakarta: 1995 h. 122
28
Atmodjo, Noto. Pekembangan Psikologi. Jakarta:2003 h.114.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetanhuan, kesadaran, dan sikap yang positif
maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng.
29
1. Bentuk Perilaku
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dakam
bentuk terselubung atau tertutup covert. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan kesadaran, dan sikap yang terjadi belumbisa diamati secara jelas oleh orang lain.
b. Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam
bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek practice.
2. Domain Perilaku
Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus rangsangan dari luar. Hal ini berarti meskipun bentuk
stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Faktor
– faktor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut
29
http:www.infoskripsi.comFree-ResourceKonsep-Perilaku-Pengertian-Perilaku-Bentuk- Perilaku-dan-Domain-Perilaku.html
determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
b. Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang
bersifat given atau bawaan misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
c. Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, ekonomi,
politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi faktor yang dominanyang mewarnai perilaku seseorang.
3. Proses Tejadinya Perilaku
Penelitian Rogers 1974 mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru berperilaku baru, didalam diri orang tersebut
terjadi proses yang berurutan, yaitu: a
Awareness kesadaran, yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui setimulus objek terlebih dahulu,
b Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus,
c Evaluation menimbang
– nimbang baik dan tidaknya stimulus bagidirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi,
d Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru,
e Adoption,
subjek telah
berperilaku baru
sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus rangsangan dari luar. Hal ini berarti meskipun bentuk
stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung
maupun yang tidak dapat diamati pihak luar.
D. Anak Jalanan
Keberadaan anak jalanan sudah lazim kelihatan pada kota-kota besar di Indonesia. Kepekaan masyarakat kepada mereka nampaknya tidak begitu
tajam. Padahal Anak merupakan karunia Ilahi dan amanah yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia yang harus dijunjung
tinggi. Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945, UU No.39 tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia, dan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 tahun 1990 tentang pengesahan Convention on the right of the child Konvensi tentang
Hak-hak Anak.
Hidup menjadi anak jalanan bukanlah sebagai pilihan hidup yang menyenangkan, melainkan keterpaksaan yang harus mereka terima karena
adanya sebab tertentu. Anak jalanan bagaimanapun telah menjadi fenomena yang menuntut perhatian kita semua. Secara psikologis mereka adalah anak-
anak yang pada taraf tertentu belum mempunyai bentukan mental emosional yang kokoh, sementara pada saat yang sama mereka harus bergelut dengan
dunia jalanan yang keras dan cenderung berpengaruh negatif bagi perkembangan dan pembentukan kepribadiannya.
Aspek psikologis ini berdampak kuat pada aspek sosial. Di mana labilitas emosi dan mental mereka yang ditunjang dengan penampilan yang
kumuh melahirkan pencitraan negatif oleh sebagian besar masyarakat terhadap anak jalanan yang diidentikan dengan pembuat onar, anak-anak
kumuh, suka mencuri, sampah masyarakat yang harus diasingkan.
Pada taraf tertentu stigma masyarakat yang seperti ini justru akan memicu perasaan alienatif mereka yang pada gilirannya akan melahirkan kepribadian
introvet, cenderung sukar mengendalikan diri dan asosial. Padahal tak dapat dipungkiri bahwa mereka adalah generasi penerus bangsa untuk masa
mendatang.
Untuk memahami anak jalanan secara utuh, kita harus mengetahui definisi anak jalanan.Departemen Sosial RI mendefinisikan anak jalanan
adalah anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya.
Menurut Heru Nugroho, Pengertian Anak jalanan atau sering juga disebut dengan gelandangan.
30
Menurut beberapa tokoh yang diantaranya adalah:
1. Artidjo mengartikan anak jalanan atau gelandangan sebagai orangyang
tidak mempunyai tempat tinggal dan mata pencaharian yangtetap dan layak atau mereka sering berpindah-pindah dari satutempat ke tempat
30
Nugroho, Heru. Menumbuhkan Ide-ide Kritis, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000
yang lain, berkeliaran di dalam kota dan makan minum disembarang tempat.
31
2. Sudarsono mengartikan anak jalanan atau gelandangan adalah
mereka yang tidak memiliki tempat tinggal yang tetap, yang secara yuridis tidak berdomisili yang otentik, disamping itu merekamerupakan
kelompok yang tidak memiliki pekerjaan tetap dan layak menurut ukuran masyarakat pada umumnya dan mereka sebagian besar tidak mengenal
nilai-nilai keluhuran.
32
Dari kedua
pengertian diatas mempunyai
kemiripan arti
tentang anak jalanan atau gelandangan yaitu anak-anak yang sebagian masih dibawah umur yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap dan setiap
hari berkeliaran
dijalan-jalan setiap
sudut kota
dan kurang
memiliki etika sebagai mana anak-anak pada umumnya. Menurut Mursalih dalam skripsinya, mengatakan bahwa Direktorat
Bina Sosial DKI yang termasuk anak jalanan adalah anak yang berkeliaran di jalan raya sambil bekerja, mengemis atau menganggur. Usianya berkisar dari
bayi dibawa orangtuanya mengemis sampai batas usia remaja. Tidak semuanya merupakan anak jalanan yang terlantar, meskipun sebagian besar
adalah anak yang mempunyai tempat tinggal tetap dan orangtuanya tidak ada di Jakarta.
33
Demikian pula batas yang digunakan oleh Departemen Sosial United Nations Development Programme UNDP merumuskan definisi anak jalanan
31
http:id.shvoong.comsocial-scienceseducation2179548-pengertian-anak- jalananixzz2CT5NXuTf
32
Ibid
33
Mursalih. Pendidikan Non Formal Dalam Upaya Peningkatan Ekonomi anak Jalanan Jakarta: Cipete Utara. 2009. hal 38
sebagai anak-anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berkeliaran dan mencari nafkah di jalanan dan tempat-tempat umum
lainnya.
34
Anak jalanan dilihat dari sebab dan intensitas mereka berada di jalananmemang tidak dapat disamaratakan. Dilihat dari sebab, sangat
dimungkinkan tidak semua anak jalanan berada dijalan karena tekanan ekonomi, boleh jadi karena pergaulan, pelarian, tekanan orang tua, atau atas
dasar pilihannya sendiri.
Pengertian anak jalanan adalah anak-anak berusia dibawah 18 tahun, sebagian besar waktunya dihabiskan di tempa-tempat umum untuk mencari
nafkah atau berkeliaran, penampilan mereka biasanya kumal, kotor serta tidak terawat
dan memiliki
hubungan yang
kurang dekat
dengan keluarga.
35
Depsos, 2006 dan Garliah, 2004.
Ada beberapa pengertian anak jalanan menurut beberapa ahli hukum, Sandyawan memberikan pengertian bahwa anak jalanan adalah anak-anak
yang berusia maksimal 16 tahun, telah bekerja dan menghabiskan waktunya di jalanan.
36
Sedangkan menurut Peter Davies memberikan pemahaman bahwa fenomena anak-anak jalanan sekarang ini merupakan suatu gejala
global. Pertumbuhan urbanisasi dan membengkaknya daerah kumuh di kota- kota yang paling parah keadaannya adalah di negara berkembang, telah
34
Ibid, hal 38
35
Garliah, Lili.”Program Intervensi Dalam Penanganan Masalah Anak Jalanan”.Jurnal. Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran. Universitas Sumatera Utara: 2004. h. 3
36
Sudrajat,TataAnak Jalanan dan Masalah Sehari-hari Sampai Kebijaksanaan, Bandung: Yayasan Akatiga, 1996, h. 151-152.