Definisi Etika Bisnis Islam

15 zaman dan mempertimbangkan dimensi ruang dalam waktu. Islam seringkali dijadikan sebagai model tatanan kehidupan. Hal ini tentunya dapat dipakai untuk pengembangan lebih lanjut atas suatu tatanan kehidupan tersebut, termasuk tatanan kehidupan bisnis. Al- Qur’an dalam mengajak manusia untuk mempercayai dan mengamalkan tuntutan-tuntutannya dalam segala aspek kehidupan seringkali menggunakan istilah-istilah yang dikenal dalam dunia bisnis, seperti jual-beli, untung-rugi, dan sebagainya. Dalam konteks ini al- Qur’an menjanjikan dalam surat At Taubah ayat 111 yang artinya: “Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin harta dan jiwa mereka dan sebagai imbalannya mereka memperoleh surga. Siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah maka bergembiralah dengan Jual-Beli yang kamu lakukan itu. Itulah kemenangan yang besar”.QS At-Taubah :111 Dan teradapat juga dalam surat Al Jumu’ah : 9 – 10 yang artinya: ““Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari jum’at. Maka bergegaslah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkan jual- beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan sembahyang maka bertebaranlah di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak- banyak supaya kamu beruntung”. QS Al-Jumu’ah:9-10 Ayat tersebut memberi pengertian agar berbisnis dilakukan setelah melakukan shalat dan dalam pengertian tidak mengesampingkan tujuan keuntungan yang hakiki yaitu keuntungan yang dijanjikan Allah. Oleh karena itu, walaupun mendorong 16 melakukan kerja keras termasuk dalam berbisnis, Al- Qur’an menggaris bawahi bahwa dorongan yang seharusnya lebih besar bagi dorongan bisnis adalah memperoleh apa yang berada di sisi Allah. Bisnis merupakan kegiatan muamalah. Bisnis yang sehat adalah bisnis yang berlandaskan pada etika. Oleh karena itu, pelaku bisnis muslim hendaknya memiliki kerangka etika bisnis yang kuat, sehingga dapat mengantarkan aktivitas bisnis yang nyaman dan berkah. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam berbisnis, yaitu penerapan-penerapan ajaran akhlak dalam kegiatan yang berkaitan dengan bisnis, seperti investasi, produksi, distribusi, promosi, dan konsumsi.

a. Investasi

Investasi berarti pemupukan dan pendayagunaan dana dan sumber daya hari ini demi keuntungan hari esok 15 Menurut Islam pada prinsipnya investasi dalam bisnis apa saja boleh, kecuali tidak untuk beberapa hal, yaitu bisnis daging babi dan barang konsumsi yang mengandung daging babi, bisnis minuman keras, perjudian dan seks. Berinvestasi itu bagi orang yang memiliki modal. Sedang orang yang hanya memiliki tenaga tentu bekerja dengan tenaganya, seperti menjadi pegawai. Namun baik bagi orang yang melakukan investasi atau menjadi pegawai sama- sama bekerja, dan bekerja itu hukumnya wajib. 16 Allah berfirman: “Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah ”.al-Balad:4 15 Panitia Istilah Manajemen Lembaga PPM, Kamus Istilah Manajemen Jakarta: Taka Binaman Pressindo, 1994, hlm. 72. 16 Sudirman Tebba, op. cit., hlm. 125-126. 17 Ayat tersebut menyiratkan bahwa manusia memiliki konsekuensi sebagai makhluk Allah yang ditakdirkan sebagai makhluk yang mulia. Kemuliaan ini hanya dapat dicapai dengan ketekunan dan kerja keras.

b. Produksi

Produksi dapat dilihat dari dua segi, yaitu aspek teknis ekonomis dan normatif, yakni mengenai dorongan dan tujuan produksi. 17 Pandangan Islam tentang produksi adalah menyangkut aspek normative. Dalam Islam, sebagaimana terlihat dalam Al- Qur’an, terdapat ajaran tentang dorongan dan tujuan produksi, yaitu: “Dan karena rahmat-Nya Dia jadikan untukmu malam dan siang supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia- Nya pada siang hari”. al-Qashash:73. Ayat tersebut mendorong umat manusia, khususnya umat Islam, untuk bekerja dan memproduksi segala hal keperluan hidup mereka agar bisa hidup makmur, bukannya miskin dan melarat. Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa rezeki adalah karunia Allah yang harus diusahakan dengan cara produksi.

c. Distribusi

Distribusi meliputi distribusi barang dan kekayaan. Distribusi barang ialah proses penyebaran barang dari tempat produsen ke pemakai terakhir, yang mencakup semua pemasaran dan penjualan. 18 Barang yang telah diproduksi harus segera didistribusikan agar keperluan masyarakat tetap tersedia di pasar. 17 Monzer Kahf, “The Thoery Of Production dalam Rahman, sayyid Tahir, Aidit Ghazali, dan Syed Omar syed Agil, ed., Reading in Microeconomicus: An Islamic Perspective Kuala Lumpur: Longman Malaysia, 1992, hlm. 113. 18 Panitia Istilah manajemen Lembaga PMM, op. cit., hlm. 48.