Makna dari Upaya hukum peninjauan kembali PK Herziening sebagai Upaya

38 perbuatan yang dituduhkan sebagai terbukti akan tetapi tanpa ketentuan bahwa pernyataan terbukti itu diikuti oleh suatu pemidanaan.

3. Makna dari Upaya hukum peninjauan kembali PK Herziening sebagai Upaya

Hukum Luar Biasa dalam Hukum Pidana Indonesia Kata peninjauan kembali diterjemahkan dari kata “Herziening”, Mr. M. H. Tirtaamijaya menjelaskan herziening adalah sebagai jalan untuk memperbaiki suatu putusan yang telah menjadi tetap-jadinya tidak dapat diubah lagi dengan maksud memperbaiki suatu kealpaan hakim yang merugikan si terhukum…, kalau perbaikan itu hendak dilakukan maka ia harus memenuhi syarat, yakni ada sesuatu keadaan yang pada pemeriksaan hakim, yang tidak diketahui oleh hakim itu…, jika ia mengetahui keadaan itu, akan memberikan putusan lain. 34 Upaya hukum peninjauan kembali disebut sebagai upaya hukum luar biasa adalah karena upaya hukum yang terakhir yang dapat ditempuh terhadap pemeriksaan suatu perkara. Upaya Hukum merupakan cara yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan perkara yang diajukan ke pengadilan dengan harapan akan tercapainya tujuan hukum yaitu memperoleh keadilan mendapatkan manfaat atas penegakkan hukum yang diharapkan serta menjamin adanya Upaya hukum peninjauan kembali PKHerziening merupakan salah satu dari upaya hukum luar biasa dalam hukum pidana Indonesia. Upaya hukum peninjauan kembali PKHerziening dilakukan terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap. Peninjauan kembali sebagai upaya hukum luar biasa diatur dalam Bab XVIII bagian kedua Pasal 263 sampai dengan Pasal 269 KUHAP yang merupakan penjabaran lebih jauh dari Pasal 23 Undang-Undang No. 14 Tahun 1970 Jo Undang-UndangNo. 35 Tahun 1999 Jo. Undang-undang No. 4 tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman. 34 Ibadur Rahman, op.cit. Universitas Sumatera Utara 39 kepastian hukum terhadap penegakan hukum tersebut. Sedangkan peninjauan kembali adalah salah satu dari upaya hukum yang dilakukan terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, peninjauan kembali dilakukan bila diketemukan adanya novum atau keadaan atau peristiwa baru yang sebelumnya tidak pernah diketemukan, dimana penemuan novum tersebut diduga dapat mempengaruhi perubahan putusan yang dijatuhkan. Sedangkan menurut Bachtiar Sitanggang, herziening atau peninjauan kembali adalah suatu putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap atas suatu perkara pidana, berhubung dengan ditemukannya fakta-fakta yang dulu tidak diketahui oleh hakim yang akan menyebabkan dibebaskannya terpidana dari tuduhan. 35 a Peninjauan kembali Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dapat dilakukan oleh terpidana atau ahli warisnya. Berdasarkan ketentuan Pasal 264 ayat 3 dan Pasal 268 ayat 1 dan ayat 3 KUHAP maka dapatlah ditarik kesimpulan bahwa peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap memiliki ruang lingkup tertentu, adapun ruang lingkup tersebut antara lain : b Peninjauan kembali putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap hanya dapat dilakukan terhadap putusan yang memberikan pidana kepada terpidana. c Terhadap putusan bebas atau vrijspraak dan putusan pelepasan dari segala tuntutan hukum atau onslag van alle rechtsvervolging tidak dapat diajukan peninjauan kembali. d Permohonan pengajuan peninjauan kembali tidak dibatasi dengan suatu jangka waktu. 35 Bachtiar Sitanggang, Hakikat Peninjauan kembali Atas Suatu Perkara Pidana, Indonesia-P Kompas Online, www.hamline.eduapakabarbasisdata , , diakses pada tanggal 27 November 2009 pada pukul 13.30 wib. Universitas Sumatera Utara 40 e Permintaan peninjauan kembali atas suatu putusan tidak menangguhkan ataupun menghentikan pelaksanaan dari putusan yang telah dijatuhkan tersebut. Berdasarkan uraian diatas sesuai dengan yang diatur dalam Pasal 263 ayat 1 KUHAP maka yang dapat mengajukan permohonan upaya hukum peninjauan kembali PKHerziening adalah terpidana atau kuasa hukumnya atau ahli warisnya. Namun pada kenyataannya telah terjadi paradigma baru dalam perkembangan hukum saat ini. dimana pengajuan permohonan upaya hukum peninjauan kembali PKHerziening telah dilakukan oleh jaksa dan diterima oleh Mahkamah Agung. Hal ini tentu menjadi pembahasan yang pro dan kontra dalam masyarakat, sebagian orang menganggap bahwa pengajuan permohonan peninjauan kembali oleh jaksa merupakan hal yang melampaui batas koridor hukum acara pidana di Indonesia, karena KUHAP sudah mengatur sebagaimana yang diatur dalam Pasal 263 ayat 1. Hal ini semakin menunjukkan bahwa upaya hukum peninjauan kembali PKHerziening merupakan upaya hukum yang luar biasa. Namun pihak jaksa dan Hakim Agung mempunyai landasan mengapa jaksa diperbolehkan untuk mengajukan upaya hukum peninjauan kembali PKHerziening. Pengajuan upaya hukum peninjauan kembali PKHerziening oleh jaksa sudah dilakukan sejak tahun 1996 yaitu pada kasus Mochtar Pakpahan sebagaimana dalam putusan Mahkamah Agung No. 55 PKPid1996. Adapun yang dijadikan sebagai landasan diperbolehkannya jaksa mengajukan upaya hukum peninjauan kembali PKHerziening adalah dengan menafsirkan beberapa hal sebagai berikut ; a Pasal 244 KUHAP hanya menegaskan “Putusan bebas” tidak dapat dimintakan kasasi. Dalam praktik ketentuan Pasal 244 KUHAP telah diciptakan aturan baru berupa putusan bebas murni tidak dapat dimintakan kasasi, putusan bebas tidak Universitas Sumatera Utara 41 murni dapat dimintakan kasasi dan hal ini dijadikan sebagai yurisprudensi konstan. b Pasal 23 Undang-Undang No. 14 Tahun 1970 Jo Undang-Undang No. 35 Tahun 1999 Jo. Undnag-undang No. 4 tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman dimana pihak berkepentingan ditafsirkan adalah kejaksaan yang tentunya berhak memohon pemeriksaan peninjauan kembali pada Mahkamah Agung. c Pasal 263 ayat 3 KUHAP dimana ditafsirkan Pasal ini ditujukan pada jaksa karena jaksa adalah pihak yang paling berkepentingan agar putusan hakim diubah sehingga putusan yang berisi pernyataan keasalahan terpidana, tetapi tidak diikuti pemidanaan dapat diubah dengan diikuti pemidanaan terhadap terpidana. d Berdasarkan asas legalitas serta penerapan asas “keseimbangan hak asasi” antara kepentingan perseorangan dan kepentingan umum, bangsa, dan Negara dilain pihak. Atas dasar keseimbangan penerapan hak asasi tersebut, maka disamping perseorangan terpidana juga kepentingan umum yang diwakili oleh kejaksaan dapat mengajukan peninjauan kembali. e Mahkamah Agung sebagai badan peradilan tertinggi bertugas membina dan menjaga agar semua Undang-Undangditerapkan secara tepat dan adil. Oleh karena itu, terjadi kekosongan hukum dalam KUHAP, maka Mahkamah Agung akan menciptakan hukum sendiri yurisprudensi untuk menjamin adanya kepastian hukum. Universitas Sumatera Utara 42 Hal-hal tersebutlah yang dijadikan sebagai landasan guna menampung kekurangan pengaturan mengenai hak atau wewenang jaksa untuk mengajukan upaya hukum peninjauan kembali PKHerziening dalam perakra pidana. 36

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai hal yang akan penulis bahas dalam penulisan skripsi ini, yaitu menguraikan isi penulisan dalam lima bab, dengan sistematika sebagai berikut : BAB I Pendahuluan, bab ini berisi uraian mengenai latar belakang yang merupakan alasan mengapa penulis mengangkat masalah ini sebagai bahan penelitian untuk kemudian dituangkan dalam penulisan skripsi. Selain latar belakan pada bab ini juga berisikan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penelitian, tinjauan pustaka dan serta sistematika penulisan. BAB II Menguraikan tentang bagaimana pengaturan terhadap upaya hukum peninjauan kembali PKHerziening dalam peraturan perUndang-undangan di Indonesia dan sinkronisasi antara peraturan perUndang-undangan tersebut dalam hal mengatur upaya hukum peninjauan kembali PKHerziening. 36 Lilik Mulyadi, Putusan Hakim dalam Hukum Acara Pidana dan Permasalahannya Bandung: Citra Aditya Bakti, 2007, hlm. 250. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Terhadap Perlindungan Investor Asing Dalam Kegiatan Penanaman Modal Di Sumatera Utara (Studi Putusan MA - RI No. 382 K/TUN/2010)

1 69 133

Tinjauan Yuridis Atas Pensertifikatan Tanah yang Berasal dari Hak Ulayat (Studi Kasus Putusan MA No. 274/K/PDT/2005)

3 52 113

Tinjauan Yuridis Mengenai Upaya Hukum Peninjauan Kembali (PK)/Herziening Yang Diajukan Oleh Jaksa (Analisa Terhadap Putusan MA RI No. 55 PK/Pid/1996, Putusan MA RI No. 109 PK/Pid/2007 dan Putusan MA RI No. 07 PK/Pidsus/2009)

2 111 125

Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Ditinjau dari UU No. 41 Tahun 1999 (Studi Putusan MA No. 68K/PID.SUS/2008)

4 78 338

Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pelaku Tindak Pidana Perusakan dan Pencemaran Lingkungan (Studi Putusan MA RI No. 755K/PID.SUS/2007)

1 50 100

Analisis Kasasi Jaksa Penuntut Umum Terhadap Putusan Bebas Judex Facti Yang Mengadili Tidak Sesuai Ketentuan Kuhap.(Putusan MA Ri No. 1112.K/Pid /2001)

0 21 85

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG YANG MEMBATALKAN PUTUSAN JUDEX FACTI (Studi Kasus Putusan MA RI No. 1112K/Pid/2001)

0 6 16

KAJIAN YURIDIS TENTANG KEKUATAN MENGIKAT KLAUSULA ARBITRASE DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN JUAL BELI RUMAH SUSUN (Studi Putusan MA RI No. 3145 K/Pdt/1999)

0 4 95

KAJIAN YURIDIS TENTANG PERLAWANAN EKSEKUSI LELANG PUPN OLEH DEBITUR YANG WANPRESTASI DI BPD BALI CABANG NEGARA (Studi Putusan MA RI No. 2911 K/Pdt/2000)

0 4 96

Analisis Terhadap Perlindungan Investor Asing Dalam Kegiatan Penanaman Modal Di Sumatera Utara (Studi Putusan MA - RI No. 382 K/TUN/2010)

0 0 6